Generasi sadar bahasa : Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah dan Kuasai Bahasa Asing (Berawal dari kita, kalau bukan kita siapa lagi?)


Oleh: SALSABILA RAMADHANI

“kami putra putri Indonesia menjunjung tinggi bahasa persatuan, bahasa Indonesia”. Itulah penggalan kalimat dari sumpah pemuda yang menyatakan bahwa 
bahasa Indonesia adalah bahasa pemersatu bangsa. Indonesia adalah negara yang memiliki suku, bangsa, dan bahasa yang khas. Untuk menyatukan seluruh bangsa di Indonesia akhirnya lahirlah sebuah bahasa persatuan yaitu bahasa Indonesia yang tertuang dalam sumpah pemuda 28 Oktober 1928. Ethnologue (2015) mencatat bahwa di Indonesia ada 707 bahasa yang dituturkan oleh sekitar 221 juta penduduk. Untuk itu, bahasa Indonesia dijadikan sebagai bahasa nasional agar menjadi pemersatu dan penghubung bagi seluruh masyarakat Indonesia dalam berkomunikasi. Itu berarti bahwa kurang lebih sepuluh persen dari jumlah bahasa di dunia ada di Indonesia. Di satu sisi, hal itu menjadi suatu kebanggaan karena itu menunjukkan kekayaan bahasa sekaligus keberagaman budaya yang kita miliki. Akan tetapi, di sisi lain hal itu menjadi tantangan, atau bahkan beban, bagi kita untuk menjaga keberadaan bahasa-bahasa itu.

 Eksistensi bahasa Indonesia sebagai bahasa nasional dalam bidang ilmu 
pengetahuan dan teknologi di era globalisasi ini sangat perlu diperhatikan lagi. Banyaknya bahasa asing yang masuk lewat aplikasi media sosial seperti Facebook, Instagram, Twitter, Youtube, dan Tiktok telah menjadi suatu kebutuhan bagi setiap kalangan yang membuat bahasa Indonesia dapat bergeser oleh bahasa asing tersebut. Melakukan interaksi di media sosial tentunya tidak bisa dipisahkan dengan cara kita berbahasa, hal ini sangat berkaitan dengan adanya variasi bahasa yang digunakan generasi milenial untuk berkomunikasi di media sosial.

 Penggunaan media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar baik dari segi pola pikir, maupun perilaku karena tidak ada batasan dalam menggunakan media sosial tersebut. Melakukan interaksi di media sosial tentunya tidak bisa dipisahkan dengan cara kita berbahasa, hal ini sangat berkaitan dengan adanya variasi bahasa yang digunakan generasi milenial untuk berkomunikasi di media sosial. Maraknya penggunaan bahasa gaul dan munculnya berbagai kata dan istilah baru menyebabkan generasi milenial sulit menerima bahasa Indonesia yang baik dan benar dan memahami kedudukan bahasa Indonesia sebagai bahasa negara.

 Di era globalisasi seperti sekarang ini, pengaruh globalisasi dalam perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi sangat mempengaruhi kehidupan masyarakat terutama dikalangan remaja. Salah satu yang terkena dampak globalisasi adalah bahasa yang sering kita gunakan untuk berkomunikasi dengan orang lain. Dalam berbicara sering kita jumpai penggunaan bahasa yang tidak biasa tidak sesuai kaidah bahasa Indonesia. Dan mirisnya kata tersebut dianggap keren dan bisa cepat menyebar luas hingga bahasa yang tadinya tidak biasa menjadi biasa oleh orang yang mengucapkannya.

 Anak muda saat ini lebih tertarik menggunakan bahasa gaul yang membuat mereka lebih eksis di media sosial. Akibatnya, kemampuan bahasa Indonesia yang baik dan benar tergerus dengan munculnya bahasa gaul dan bahasa asing sehingga keaslian dari sebuah kosakata dalam bahasa Indonesia akan sulit diketahui oleh generasi milenial
karena ketertarikan mereka dalam menggunakan bahasa tersebut. Era globalisasi membawa banyak dampak terhadap tatanan hidup bermasyarakat di Indonesia, salah satunya ialah penggunaan Bahasa dalam berkomunikasi sehari-hari. Bangsa Indonesia menggunakan Bahasa persatuan yaitu Bahasa Indonesia, Bahasa Indonesia sebagai identitas bangsa harus dilestarikan dan dijaga bersama. Identitas bangsa menunjukkan jati diri bangsa, oleh sebab itu, kita harus melindungi jati diri bangsa supaya tetap utuh. Dalam isi sumpah pemuda yang dideklarasikan pada tanggal 28 Oktober 1928, dinyatakan bahwa Bahasa Indonesia merupakan Bahasa persatuan bangsa kita. Para
pemuda dan pemudi yang merupakan generasi penerus bangsa yang seharusnya turut berperan dalam melindungi dan menjaga Bahasa Indonesia dalam era globalisasi ini.

 Interferensi bahasa gaul kadang muncul dalam penggunaan bahasa Indonesia
dalam situasi resmi yang mengakibatkan penggunaan bahasa tidak baik dan tidak
benar. Penggunaan bahasa gaul ini kebanyakan berasal dari generasi Z (Rachman, Nurgiansah, et al., 2021). Generasi Z merupakan generasi yang lahir sekitar tahun 1996-2010, yang berusia 11 – 25 tahun di tahun 2011. Mahasiswa berada dalam rentang usia generasi dan merupakan bagian dari generasi Z. Mayoritas mahasiswa sebagai yang merupakan bagian dari generasi Z kerap menggunakan bahasa gaul dalam berkomunikasi sehari-hari (Dewantara, Hermawan, et al.,2021).

 Perubahan bahasa terus meningkat dari waktu ke waktu, perubahan ini
menyebabkan bahasa baru yang di dibuat dengan sengaja atau tidak sengaja. Bahasa itu disebut bahasa gaul. Slang atau gaul sering diartikan sebagai beberapa kata dengan kosa kata yang berbeda. Bahasa gaul biasanya digunakan sebagian besar oleh remaja, di antaranya menggunakan bahasa tersebut karena faktor lingkungan, pertemanan dan
pengaruh media sosial, sehingga di antaranya mengikuti bahasa gaul. Namun saat ini bahasa gaul sudah tidak asing lagi bagi masyarakat, baik tua maupun muda, kalangan anak-anak, remaja maupun dewasa. Mereka sering mendengar bahasa gaul, karena saat ini anak-anak dan remaja sering menggunakan bahasa gaul ketika berbicara. Apakah mereka berkomunikasi antara teman sebaya dan antara anak-anak dan orang dewasa.

 Tentu saja, perlu dicatat bahwa ada banyak variasi bahasa gaul dan kosakata yang berbeda. Pembahasan Pengaruh Penggunaan Bahasa Gaul terhadap Bahasa Indonesia Bahasa gaul banyak digunakan oleh berbagai kalangan masyarakat. Di kalangan remaja, khususnya mahasiswa, banyak dari mereka yang menyisipkan kata-kata gaul dalam melakukan percakapan dengan orang lain dalam kehidupan sehari-hari. Dari hasil survei yang dilakukan pada 96 mahasiswa dari berbagai daerah dan universitas, didapat penjelasan bahwa 33.24% dari total responden, atau sebanyak 32 responden, sangat sering menggunakan bahasa gaul dalam
melakukan percakapan. Selain itu, dari survei yang dilakukan, sebanyak 47.87%
atau sebanyak 46 responden, juga sering menggunakan bahasa gaul.

Gambar : Frekuensi Pengguna Bahasa Gaul Dalam Berkomunikasi Sehari-hari.

 Saat ini, berkomunikasi dengan bahasa yang tidak baku semakin mudah ditemui.
Banyak masyarakat Indonesia yang menggunakan bahasa yang tidak baku atau bahasa asing sebagai bahasa sehari hari dalam berkomunikasi dengan orang lain. Misalnya seorang remaja ingin terlihat lebih keren dengan menggunakan bahasa yang tidak
biasa, seperti:

 Selain fenomena bahasa gaul yang mulai digemari, saat ini bahasa “Jaksel” juga
menjadi salah satu hal yang menyebabkan bahasa Indonesia yang baik dan benar
mulai dilupakan. Penyebab munculnya bahasa asing yang digunakan oleh para remaja ini adalah mereka beranggapan bahwa menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar merupakan bahasa yang terlalu kaku dan formal, maka mereka menciptakan istilah-istilah baru dalam bahasa “Jaksel” sebagai alat komunikasi dan ungkapan ekspresi yang mereka gunakan di lingkungan mereka.

 Bahasa “Jaksel” konon muncul pada saat ada kecenderungan berbicara dalam
bahasa campuran, campuran bahasa Inggris dan bahasa Indonesia dilihat dari
mayoritas orang yang menggunakan bahasa gaul, adalah seorang remaja dan berada di wilayah Jakarta Selatan, maka bahasa gaul disebut “Jaksel”. Dilihat dari penelitian di mana sekitar narasumber mengajukan pertanyaan terkait bahasa sehari-hari “Jaksel”, mereka menjawab dengan variasi. Dalam hal ini, bahasa gaul “Jaksel” termasuk dalam di kalangan remaja di Jakarta, khususnya remaja di Jakarta Selatan, karena mereka biasanya menggunakan bahasa sehari-hari untuk berkomunikasi satu sama lain. Keberadaan bahasa lisan “Jaksel” bermula dari banyaknya remaja Jakarta yang
menggunakan bahasa tersebut karena banyak orang yang menggunakan bahasa
tersebut. Media sosial memiliki pengaruh yang sangat besar terhadap semua trend ing topik saat ini, karena bahasa gaul “Jaksel” secara tidak langsung tersebar melalui media sosial dan pengguna media sosial mengetahui apa itu bahasa gaul “Jaksel”. Dari sini, bahasa gaul “Jaksel” menjadi bahasa yang diyakini digunakan oleh remaja di Jakarta, khususnya di kalangan remaja di Jakarta Selatan.

 Penggunaan bahasa gaul “Jaksel” di kalangan remaja Jakarta rata-rata
menggunakan campuran bahasa Indonesia dan bahasa Inggris. Ingat juga untuk menggunakan kata slang sebagai konjungsi dari kata berurutan atau di awal dan akhir dari penggunaan kalimat tersebut. Dari hasil survei yang dilakukan, banyak bahasa gaul “Jaksel” yang sudah ada dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia (KBBI) di antaranya adalah: 
Tak hanya itu, selain kesalahan berbahasa secara lisan banyak pula masyarakat
indonesia yang melakukan kesalahan berbahasa Indonesia dalam bentuk tulisan. Kesalahan ini biasanya terdapat pada pamflet, brosur, spanduk, papan nama dan lain sebagainya. Kesalahan-kesalahan ini merupakan bentuk kurangnya pengetahuan masyarakat mengenai tata bahasa dan ejaan yang disempurnakan (EYD) serta pengaruh bahasa daerah. Dari hal tersebut terlihat betapa pentingnya peranan bahasa
Indonesia bagi kehidupan bangsa.

 Hal yang dapat dilakukan demi menjaga eksistensi dan perkembangan bahasa
Indonesia adalah dengan cara mengenalkan dan memberikaan edukasi mengenai pentingnya belajar dan menggunakan bahasa Indonesia yang baik dan benar. Selain itu masyarakat harus bisa membedakan bagaimana menggunakan bahasa formal dan
non formal sesuai dengan situasi. Jadi sebagai masyarakat Indonesia sudah sepantasnya kita menggunakan bahasa indonesia yang baik dan benar sebagai bentuk bahwa kita menghargai bahasa kita sendiri.

 Dalam mewujudkan remaja yang mantap berbahasa pastilah hal tersebut tidak
semudah membalikkan telapak tangan. Dimulai dari mengedukasi diri sendiri,
lingkungan keluarga, dan sekolah (Muzyanah,2018) menjadi langkah awal dan sederhana yang bisa kita lakukan guna menjaga bahasa persatuan kita yaitu bahasa Indonesia. Bahasa Indonesia dapat dilestarikan di dalam kehidupan sehari-hari. Kita tidak perlu melakukan hal yang menyusahkan, kita dapat mulai dari berkomunikasi di media sosial dengan menggunakan Bahasa Indonesia. Generasi muda bisa dengan membuat karya tulis secara online, mengikuti lomba lomba penulisan nasional, dan mengikuti seminar nasional guna meningkatkan rasa cinta dan rasa ingin tahu terhadap Bahasa Indonesia yang merupakan jati diri kita semua sebagai Bangsa Indonesia. “Utamakan Bahasa Indonesia, Lestarikan Bahasa Daerah, dan Kuasai Bahasa
Asing”.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOSI DEBAT SMA BULAN BAHASA 2019

MOSI YANG DILOMBAKAN DALAM DEBAT PRATIKUM SASTRA KE 27

NASKAH PUISI UNTUK LOMBA BACA PUISI BULAN BAHASA 2019 TINGKAT MAHASISWA