MENYULAM SASTRA DI BIBIR PUKAT - Putri Liana Zahirah



Tema Puisi UNRI SMP 2025 : Pelestarian Sastra dalam Alunan Kata sebagai Jati Diri Bangsa

Asal : SMP Negeri 2 Sabak Auh Kab. Siak


MENYULAM SASTRA DI BIBIR PUKAT

Oleh: Putri Liana Zahirah


Sebelum besi-besi dan bahan pancang tegak

menusuk punggung sotoh dan menghujam aliran

Sebelum lampu pepat terpejam

dua jam sebelum pukat menerjang kejam sastra ibu

Aku adalah cinta yang selalu memeluk jalan pulang.

Selepas bibir berujar kalam, salam

di hadapan gerbang Sultan

Ku coba merayu Tuhan di sudut sengau budaya negeri

Setapak hidup milikku digulung

Aroma anyir payau membuncah desau

Di daun bibir sastra ibu, akar-akar bakau berbisik,

dari rungu ke rungu kaladuta berdeting

menusuk suka, geming.

Sastra ibu nan basau mulai berdesing.

oh, siapakah jasad itu?

Warisan sastra diseret kehidupan! Hancur berkeping.

Mungkin lunau, mungkin itu kepala, tangan

yang mengakar ke jalan-jalan ke konkaf ingatan.

Dalam candu sastra sampan yang teriris bak menangis

biduk-biduk kecil memangku darah.

Di tanganmu, daun dill, peterseli dan rimba sungai

saling berpeluk, meratap basaumu dengan khusyuk

Nur di mata lamat-lamat pergi

Lisanmu pucat pasi, hanya selembar asa juga tinta

mengabarkan puisi-puisi kesumba.

Mataku masih bujur, menyulam warisan sastra ibu

Melupakan asam pedas dan balacan

Membiarkan hujan mengasingkan merah kenyataan

yang tak pernah mengungsi ke koran-koran.

Oh, warisan haribaan terkukung asa


katamu malam adalah puisi panjang

yang dibacakan mimpi pada pagi.

Kata-kata adalah bangunan kokoh

yang membuat kita dekat dengan Illahi.

Tapi bakda kudengar jerat pukat asing itu

berkoar soal sajak kemenangan.

Pada sembilan belas empat puluh delapan

di rumah, ladang-ladang.

Di masjid dan surau, dicetak biru leluhur kita

Mereka menjarakkan peta dengan nyawa-nyawa.

Di mata gandewaku

Kehidupan warisan sastra adalah elegi tanpa titik koma

yang memberi kehidupan dan kekuasaan

yang merumahkan rumah, kehangatan

dan kedamaian ke dalam ingatan

Di mata gandewaku

Warisan sastra ibu

pemberi harapan yang terburai.


Siak, 12 April 2025

Posting Komentar

0 Komentar