Riau merupakan salah satu provinsi di Indonesia yang terkenal dengan kekayaan alam serta sebagai tempat lahir dan berkembang karya sastra Melayu klasik, terutama syair Melayu yang menjadi kebanggaan masyarakatnya. Syair Melayu merupakan salah satu bentuk puisi lama dalam sastra Indonesia yang berasal dari tradisi lisan masyarakat Melayu. Bagi masyarakat Riau, syair bukan sekadar karya sastra, melainkan bagian dari kehidupan dan tradisi yang diwariskan secara turun-temurun. Melalui syair, masyarakat dapat menyampaikan pesan moral, nasihat, kisah kehidupan, serta ajaran agama dengan bahasa yang indah dan berirama.
Salah satu syair yang masih dikenal hingga kini adalah Syair Surat Kapal yang berasal dari daerah Indragiri, Riau. Syair ini telah ada sejak masa Kerajaan Indragiri dan diwariskan dari generasi ke generasi. Syair Surat Kapal telah ditetapkan sebagai Warisan Budaya Takbenda (WBTB) Indonesia karena memiliki nilai tinggi dalam tradisi Melayu. Syair ini mengisahkan perjodohan antara seorang laki-laki dan perempuan, mulai dari pertemuan hingga menuju pelaminan. Seperti namanya, “surat kapal” menjadi simbol perjalanan dua insan yang berlayar mengarungi samudra kehidupan rumah tangga dengan restu orang tua serta berlandaskan adat dan agama. Syair ini juga mengandung banyak nilai moral dan
sosial. Dahulu, Syair Surat Kapal ditulis dengan huruf Arab Melayu, namun kini telah diganti menjadi huruf Latin dengan bahasa Melayu.
Dalam tradisi pernikahan, Syair Surat Kapal biasanya dibacakan dalam bentuk dendang atau nyanyian pada upacara pernikahan Melayu, khususnya saat kedua pengantin bersanding di pelaminan. Dalam tradisi pernikahan, pembacaan syair biasanya dilakukan oleh pihak pengantin laki-laki ketika rombongan datang ke rumah mempelai perempuan. .Pembacaan Syair Surat Kapal biasanya dilakukan setelah salat Zuhur dan berlangsung sekitar 30 menit dengan jumlah 30–60 bait. Irama pembacaan syair menyerupai lantunan ayat suci Al-Qur’an atau Barzanji dengan tangga nada Arab Makam Hijaz.
Tradisi pembacaan syair ini menunjukkan bahwa masyarakat Melayu sangat menjunjung tinggi nilai sastra sebagai bagian dari kehidupan budaya. Adapun simbol yang digunakan berupa miniatur kapal kayu lengkap dengan nakhoda, juru batu, tukang kelasi, tukang masak, dan sepucuk surat berisi syair yang akan dibacakan.
Dahulu, Syair Surat Kapal sering dibacakan dalam upacara pernikahan. Namun, di era modern saat ini, penggunaannya mulai berkurang. Banyak masyarakat yang lebih memilih konsep pernikahan modern seperti intimate wedding yang bersifat sederhana dan sakral tanpa menampilkan unsur adat daerah. Perubahan gaya hidup ini membuat tradisi Syair Surat Kapal semakin jarang ditemukan dan terancam punah. Akibatnya, banyak generasi muda yang tidak lagi mengenal tradisi berharga ini, bahkan di kalangan masyarakat Melayu sendiri. Padahal, Syair Surat Kapal merupakan warisan budaya yang perlu dijaga dan diwariskan kepada generasi muda agar identitas budaya bangsa tetap lestari. Melestarikan tradisi ini berarti menjaga warisan leluhur agar tidak hilang ditelan zaman.
Syair Surat Kapal adalah warisan budaya Melayu yang sarat makna, bukan hanya sebagai karya sastra, tetapi juga sebagai bagian penting dalam upacara adat pernikahan masyarakat Melayu. Melalui syair ini, tersimpan nilai-nilai kehidupan,
ajaran moral, serta kearifan lokal yang mencerminkan identitas dan jati diri bangsa Indonesia. Maka dari itu, sudah sepatutnya kita sebagai generasi penerus turut menjaga dan melestarikan Syair Surat Kapal, baik melalui pembelajaran di sekolah, kegiatan budaya, maupun media digital. Dengan demikian, nilai-nilai luhur yang terkandung di dalamnya akan tetap hidup dan diwariskan kepada generasi mendatang sebagai bukti cinta kita terhadap kebudayaan bangsa.
.png)
0 Komentar