Menjaga Pesona Zapin, Warisan Budaya Riau - Virenesa

 


Menjaga Pesona Zapin, Warisan Budaya Riau
Karya: Virenesa

Indonesia dikenal sebagai negeri yang penuh warna budaya. Setiap daerahbagai mozaik yang menyatu membentuk keindahan nusantara. Salah satunyaadalah Provinsi Riau, tanah yang kaya akan adat dan tradisi. Di antara berbagai warisan budayanya, tari zapin berdiri megah sebagai simbol keanggunandankebanggaan masyarakat Melayu. 

Ketika musik zapin mulai mengalun, denting gambus berpadu lembut dengan tabuhan marwas yang berirama cepat. Suaranya menggetarkan dada, mengundang kaki untuk ikut menapak mengikuti irama. Penari-penari zapinmelangkah anggun di atas panggung, kain songket yang mereka kenakan berkilauditerpa cahaya lampu, seolah menari bersama hembusan angin. Setiap gerakanmereka bukan sekadar tarian, tapi bahasa tubuh yang menyampaikan kehalusanbudi dan keharmonisan hidup masyarakat Melayu. 

Tari zapin lahir dari pertemuan dua dunia: budaya Arab dan jiwa Melayu. Para pedagang Arab dahulu datang membawa musik dan gerak, lalu masyarakat Melayu mengolahnya dengan nilai-nilai sopan santun yang menjadi ciri khasnya. Dari perpaduan itu, terciptalah zapin Melayu, lembut seperti ombak di Sungai Siak, namun penuh makna di setiap langkahnya.

Gerak kaki para penari beriringan dengan lantunan syair zapin yangsarat pesan moral. Dalam setiap hentakan, tersimpan ajaran tentang kesabarandankebersamaan. Penonton yang menyaksikan seolah dibawa masuk ke dalamsuasana itu. Merasakan semilir angin, mendengar tepukan tangan penonton, danmencium wangi kain songket yang baru disetrika. 

Namun, zapin bukan hanya tontonan, melainkan tuntunan. Nilai-nilai di dalamnya mengajarkan tentang sopan santun, saling menghargai, dan pentingnyamenjaga keharmonisan. Lewat setiap gerak yang teratur, zapin seakan berbisik, “Hidup harus seimbang, seperti langkah kaki yang tak boleh mendahului irama.”

Selain zapin, Riau juga dikenal dengan pantun Melayunya yang indahdanberirama lembut di telinga. Pantun bagai untaian kata yang menari di udara. Kadang lucu, kadang menyentuh hati, namun selalu sarat makna. Melalui pantun, masyarakat Riau menyampaikan nasihat dan perasaan dengan cara yang halus danberbudaya. 

Pelestarian budaya seperti zapin dan pantun tidak bisa dibiarkan berjalansendiri. Masyarakat, terutama generasi muda, memiliki peran besar dalammenjaga agar warisan ini tak pudar dimakan waktu. Di tengah derasnya arusbudaya modern, mereka dapat melestarikan budaya dengan cara kreatif: menampilkan zapin di acara sekolah, membuat video budaya di media sosial, atausekadar mengenakan pakaian tradisional dengan bangga. 

Pemerintah Riau pun turut berperan dalam menjaga pesona budaya ini. Melalui festival seperti Festival Zapin Riau dan Pekan Budaya Melayu Riau, panggung-panggung terbuka menjadi lautan warna. Suara musik tradisional bergema di udara, aroma makanan khas menggoda selera, dan senyummasyarakat terpancar di setiap sudut, seolah bumi Lancang Kuning sedang berpestamerayakan jati dirinya. 

Pelestarian budaya sesungguhnya dimulai dari rumah. Saat orangtuamenyalakan lagu zapin di radio, menceritakan kisah masa lalu, atau mengenalkanmakanan khas seperti lemang dan asida, di sanalah benih cinta budaya tumbuhdalam hati anak-anak. Dari momen kecil itu, lahirlah generasi yang mencintai danmenjaga akar budayanya.

Menjaga zapin berarti menjaga jiwa bangsa. Jika budaya adalah napaskehidupan, maka zapin adalah denyut nadi yang terus menghidupkan Riau. Iamenari di antara masa lalu dan masa depan, tak lekang dimakan zaman, tak pudar oleh modernisasi. 

Selama masih ada langkah yang menapak di lantai kayu panggung, selamamusik gambus masih bergetar di udara, zapin akan terus hidup, menari indahmembawa nama Riau dan Indonesia di mata dunia.

Posting Komentar

0 Komentar