Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022

Mentariku yang Sementara Pergi

Anisa Putri Rahayu 


            Malam ini aku duduk termenung sambil melihat fotonya di layar handphoneku dan memikirkan selembar keripik kentang yang ia suapkan untukku dikelas dulu. Sampai saat ini aku masih mengingatnya, Sang Mentariku Yang Sementara Pergi. Dia bukan siapa-siapa, tapi aku sangat peduli kepadanya.

            Namaku, Tisha. Aku adalah salah satu pelajar dari SMP Nusa Bangsa. Menjadi sekretaris kelas membuatku selalu berada disisinya. Ya, siapa lagi kalau bukan ketua kelas yang ditaksir banyak wanita.

            Saat itu kami sedang dikumpulkan oleh pembina OSIS sekolahku, yaitu pak Dhani. Bapak tersebut menyuruh kami untuk berbaris, kemudian membagi kelompok untuk panitia OSPEK siswa baru di sekolahku. Ternyata, aku dan dia satu tim dalam kegiatan tersebut.

            Demi kerjasama yang baik, kami pun harus saling kenal mengenal. Ternyata, yang lain sudah saling kenal kecuali aku.

            “Aku manggilnya kakak atau siapa? “ sahutnya ketika  melihatku.

            "Kok kakak? Kan sama-sama kelas delapan kan? “ jawabku dengan penuh pertanyaan.

            “Emang lahir tahun berapa? “ balasnya kepadaku.

            “Tahun 2002“ jawabku dengan santai.

            “Eh, masa iya?" jawabnya sambil menertawaiku.

            “Emang kenapa?" jawabku terheran-heran.

            “Ga masalah sih, Cuma lebih tua aja" jawabnya kembali sambil tersenyum-senyum.

            “Ooh, pantesan ketawa" jawabku dengan jutek.

            Pada saat mengospek siswa baru tersebut, tergesit dipikiranku ''Dia dari kelas mana ya? Kok aku tidak pernah melihatnya?." Aku ingin menanyakan kepadanya, "Dari kelas manakah dia?." Namun, sebelum aku bertanya kepadanya, ia duluan yang bertanya kepadaku.

            “Eh, Kak. Kakak dari kelas mana?" Sahutnya dengan santai kepadaku.

            “Loh, kok kakak ?? “ jawabku sambil heran.

            “Kan emang lebih tua, tu iya panggil kakak dang“ balasnya sambil tertawa.

            “Iiihh, janganlah panggil kakak, kan kita seangkatan.“ jawabku sambil memohon kepadanya.

            “Ga ada, ga ada, kakak pokoknya" responnya kepadaku sambil menertawaiku.

            “Terserah..!” jawabku dengan marah.

            “Eh, serius nii, dari kelas mana kak?“

            “Delapan B“ jawabku dengan jutek.

            “Ha? Masa iya? Sebelahan kelas kita dong?? “ responnya kepadaku sambil bingung.

            “Iya, emang dari kelas mana?“

            “Dari kelas 8 C" jawabnya sambil tertawa.

            “Tapi kok ga pernah lihat?" Jawabku serentak dengannya.

            Aku bingung, kenapa sudah satu tahun bersebelahan kelas dengannya aku tidak pernah melihatnya sekalipun? Kupikir ini adalah cara indah tuhan pertemukan kami berdua di lapangan sekolah dan satu tim dengannya. Sejak itu, aku semakin dekat dengannya, dan kelihatannya ia mulai tertarik denganku. Awalnya aku tidak pernah suka dengannya, bahkan aku adalah orang yang paling suka memarahinya. Namun sepertinya, dia mulai menaburkan pelet-pelet cinta kepadaku.

            Hari-hari terus berlalu, penghujung waktu untuk mengospek siswa baru pun akan berakhir. Ada disatu  hari terakhir ngospek, kami bermain lompat tali. Kemudian, ia mulai mengusikku dengan taburan pelet-peletnya. Pada saat itu aku mulai sering memarahinya. Namun, orang-orang mengira kami adalah sepasang kekasih yang baru saja jadian.

“Cie-cieeee, langgeng yaa..!" Sapaan teman-temanku dengan nada julid.

“Apa yang langgeng??" Jawabku terheran-heran.

“Semoga langgeng dengan dia yaa..!" Respon teman-temanku sambil tertawa.

“Dia siapa yang kalian maksud?" Jawabku kembali sambil tak enak hati.

“Firza loh.. , dah kami pergi dulu ya, semoga sampai pelaminan“

 Sejak itu, aku mulai tidak suka dengan ucapan teman-temanku. Aku mulai menceritakannya dengan dia. Tidak hanya itu, banyak juga orang yang tidak suka karena kedekatan kami berdua. 

Setelah mengospek siswa baru, waktu libur semester pun berakhir. Kami mulai beraktifitas kesekolah seluruhnya. Saat hari pertama di semester lima, kami sedang mencari kelas baru. Ternyata, aku dapat kelas sembilan B, dan dia kelas sembilan E. Tiba-tiba, ada seorang guru yang bernama bu Putri, ia sedang melakukan penukaran siswa. Bu Putri memanggil salah satu nama dari kelasku untuk dipindahkan ke kelas sembilan E. Kemudian ia menyuruhku untuk memanggilkan siswa dari kelas sembilan E untuk pindah ke kelasku. Ternyata, yang di suruh pindah ke kelasku adalah dia, Firza.

Berbagai kesepakatan telah diputuskan. Wali kelasku menunjuk dia sebagai ketua kelas dikelasku. Tidak hanya itu, akupun adalah sekretaris dikelasku. Jabatan yang kami miliki tersebut membuat kami selalu dekat. Kami berdua sering diberi pekerjaan oleh wali kelasku. Tanggung jawab kelas pun diserahkan kepada kami berdua. Segala urusan yang menyangkut  kelas kami urus bersama.

Saat pembagian tempat duduk, aku duduk didepan barisan kedua dari pintu kelas. Dia duduk dibelakangku bersama Zikri wakil ketua kelas kami. Dari letak tempat duduk tersebut membuat kami semakin dekat. Dia orang yang baik, rajin dan pintar. Jarang sekali kutemukan seorang laki-laki seperti dia yang rajin belajar. Dikarenakan tempat duduk yang berdekatan, aku dan dia pun sering satu kelompok dalam pelajaran. .

Hampir setiap pulang sekolah kami mengerjakan tugas yang disuruh wali kelasku. Ya, pekerjaan yang menyangkut tentang struktur, denah, mata pelajaran dan semacamnya untuk keindahan kelas. Saat itu motorku sering dipakai abangku, sehingga aku meminta izin kepada mereka untuk tidak bisa ikut membuatnya. Namun, mereka tidak mau mengerjakannnya tanpa aku. Akhirnya, dia menawarkan untuk pergi bersamanya.

Berhari-hari kami mengerjakan tugas yang diberikan wali kelasku, tidak ada yang serius dari kami kecuali aku. Aku sering memarahinya karena tidak mau serius dalam  mengerjakannya. Sudah beberapa hari kami belum juga siap mengerjakannya. Aku meminta mereka untuk serius dalam mengerjakannya, dan akhirnya mereka serius membantuku mengerjakannya.  Hari terakhir kami mengerjakannya, dia membuat kata yang singkat di kertas origami berbentuk love yang berwarna kuning dengan tulisan “ Ti Amo “ yang aku sendiri tidak tau artinya.

“Ti Amo?? Apa artinya ni Fir? “ kataku dengan bingung.

“Cari di google" jawabnya sambil tersenyum.

“Emang dari bahasa apa nii ??" balasku kembali sambil heran.

“Cari aja di google“ respon temanku lainnya sambil menertawaiku.

  Tak terasa, ternyata aku sering berboncengan dengannya untuk mengerjakan tugas sekolah. Bahkan, hujan petir pun pernah aku lalui bersama dengannya.

Saat disekolah, aku bingung untuk menghampirinya. Aku tidak tau apa maksud dari yang ditulisnya dikertas origami tersebut. Aku terus bertanya kembali kepadanya, namun ia tetap tidak ingin memberitahunya. Kemudian, aku bergegas pergi dan ingin bertanya kepada sahabatnya yaitu Zaki. Namun, setelah aku bertanya kepada Zaki, Zaki malah menertawaiku. Sejak itu aku semakin bete dan tidak nyaman serta sering memarahinya. Lalu ia membocorkan asal daerah kata tersebut. Dan aku kemudian mencarinya di google, ternyata artinya diluar dugaanku. Masa artinya “Aku Mencintaimu“ kan ga lucu menurutku.

Setelah aku mengetahui arti dari kertas origami yang ia berikan kepadaku, aku mulai menjauhinya. Ku kira kami hanya akan menjadi teman saja, namun sepertinya ia semakin ingin dekat denganku. Lalu aku mengirimkan pesan kepadanya di facebook.

“Jangan terlalu dekat denganku, aku takut menyakitimu“ pesanku kepadanya sambil keringat dingin.

“Kenapa??"

“Aku hanya takut menyakitimu, jadi jangan terlalu dekat denganku“ balasku dengan serius.

“Bagaimana Tisha mau menyakitiku? Sementara Tisha sendiri yang selalu membuatku bahagia selama ini, pliss janganlah ngomong gitu“ jawabnya kembali sambil mengirimkan emoticon sedih.

Kata-kata yang ia ucapkan itu yang membuatku semakin tau bahwa ia suka denganku, namun aku sangat risih sebenernya. Tapi mau bagaimana lagi, aku belum pasti tau pikiranku benar atau salah. Lama-kelamaan aku tak bisa jauh darinya, entah kenapa aku sangat nyaman dengannya. Apa mungkin karena tingkahnya kepadaku bisa membuatku seperti ini? Entahlah, aku kurang mengerti dengan perasaanku.

Setelah aku merasakan hal aneh dengan diriku, aku menceritakannya dengan Ciara, sahabatku. Ciara mengatakan hal yang sama denganku tentang perasaannya kepada Zaki, sahabatnya Firza. Kami berdua menjadi bingung, apa yang sudah kami lakukan? Kenapa kami berdua menjadi seperti ini? Bahkan, saat itu kami malah takut kehilangan mereka. Kami akui memang kami setiap hari selalu bermain bersama. Kami dekat karena aku bersahabatan dengan Ciara yang satu kelas dengan Zaki, dan aku yang sekelas dengan Firza. Sungguh sangat rumit kisah kami ini. Orang-orang pun heran dengan kedekatan diantara kami.

Setelah aku mengakui pada diriku sendiri bahwa aku benar-benar suka kepadanya, aku lebih sering cemburu kepadanya ketika ia berbicara dengan perempuan lain. Padahal, aku tau bahwa ia memang menyukaiku. Aku tahu dia menyukaiku dari sahabatku, Ciara. Ciara sih taunya saat Firza chattingan dengannya.

Kuperhatikan hari-hari kami semakin indah, sampai-sampai guru-guru di sekolahku pun mengetahui kedekataan diantara kami. Guru kami tidak pernah memarahi kedekatan kami, karena guru kami mengetahui kami tidak mungkin berbuat hal yang aneh-aneh.

Ya, mungkin karena kami termasuk murid yang berprestasi di kelas. Firza juara 1 dikelasku, sementara aku juara 3. Ciara juara 1, dan Zaki juara 2 dikelasnya. Saat itu terkadang guru-guru pun suka julid kepada kami. Ia bilang muka kami miriplah, cocoklah, sampai pelaminanlah, banyak lagi guyyss.. risih sih, tapi mau diapain juga ga akan hilang ledekannya. Kami sehari tak bersama aja guru-guru pada tau kami lagi berantem. Huh sedekat apa cobak kami berempat? Udah kayak keluarga bahagia ga? Hahha.. Bahkan guru yang tidak mengajar kami pun juga tau sama kami. Apa kami yang digosipin di kantor guru-guru setiap hari? Pertanyaan itu selalu ada dipikiran kami berempat.

Lucu ternyata memikirkan hal-hal yang pernah aku lalui bersama sahabat-sahabat seperjuangan yang kini entah dimana rimbanya. Ya, Mentari yang selalu ku rindu kepergiannya. Mentariku Yang Sementara Pergi bagiku kini. Ku berharap dan berdo'a semoga mereka sukses dan bahagia selamanya. Semoga Allah pertemukan kami pada saatnya tiba. Berbahagialah cinta, kasih, dan sayangku, penghuni hari-hariku di jendala SMP.


Profil Singkat


Anisa Putri Rahayu. Gadis Minang yang lahir di Pekanbaru, 13 April 2002 memiliki moto "Dahulukan Akhirat, maka Allah bantu dunia". Ia meyakini bahwa ketika ia bisa memimpikan sesuatu, maka ia bisa melakukannya. Menjadi Mahasiswa Universitas Riau merupakan sarana untuk menggapai cita-citanya menjadi seorang tenaga kependidikan. Contact person dapat menghubungi anisaputrirahayu02.tbg@gmail.com.

Posting Komentar

0 Komentar