Riau memiliki suasana yang tenang tapi hangat. Begitu aku hirup udaranya terasa segar, bercampur dengan aroma kopi dan makanan tradisional yang dijual di warung pinggir jalan. Suasana kotanya tidak terlalu ramai, tapi terasa hidup dan bersahaja.
Di sepantaran jalan, aku melihat rumah-rumah adat Melayu dengan atap lancip yang khas. Warna dindingnya cerah, seperti kuning dan hijau, membuat suasana terlihat indah dan bersih. Di salah satu sudut pasar, aku melihat penjual kain songket sedang menata dagangannya. Kain songket Riau itu berkilau terkena cahaya, dengan motif rumit yang dibuat dari benang emas dan perak. Katanya, setiap corak songket punya makna tersendiri, seperti kesopanan, kehormatan, dan keindahan hidup orang Melayu.
Sore harinya, aku pergi ke tepi Sungai Siak. Air sungainya berkilau terkena sinar matahari, dan angin sore bertiup lembut. Anak-anak terlihat bermain di pinggir sungai sambil tertawa riang. Tak jauh dari sana, beberapa orang dewasa duduk santai menikmati makanan dan minuman sambil berbincang.
Dari arah panggung kecil, terdengar musik gambus yang merdu mengiringi Tari Zapin. Gerakan para penarinya lembut dan anggun, seperti menyatu dengan irama musik yang menenangkan hati.
Menjelang malam, aku sempat menyaksikan pertunjukan budaya di halaman rumah adat Melayu. Lampu-lampu minyak menyala temaram, menambah suasana hangat. Beberapa orang tua melantunkan pantun dengan nada lembut dan penuh makna.
“Kalau ke pasar membeli ikan,
jangan lupa membawa keranjang.
Kalau adat dijaga dengan tangan,
bangsa tak akan kehilangan bayangan.”
Semua orang yang mendengar tersenyum, seolah larut dalam keindahan kata dan irama tradisi dan penonton tersenyum dan bertepuk tangan. Aku pun ikut tersenyum. Rasanya begitu hangat, begitu Indonesia. Budaya di sini tidak sekadar pertunjukan, tapi juga cara orang menghargai kehidupan, alam, dan sesama manusia. Rasanya damai sekali, seperti waktu berjalan lebih pelan di tempat ini.
Orang-orang di Riau terkenal ramah dan sopan. Mereka berbicara dengan nada lembut, menggunakan bahasa Melayu yang terdengar halus dan indah di telinga. Saat aku membeli sarapan di warung kecil dekat pasar, ibu penjualnya tersenyum dan berkata, “Silakan, nak, duduk dulu ya, nanti ibu buatkan yang hangat.” Sapaan sederhana itu terasa begitu tulus. Di kota lain, mungkin orang sibuk dengan urusannya masing-masing, tapi di Riau, aku merasa seperti berada di rumah sendiri.
Masyarakat Riau sangat menghargai adat dan tradisi mereka. Mereka sopan, menghormati orang tua, dan saling membantu satu sama lain. Meskipun kehidupan sekarang sudah modern, budaya Melayu tetap mereka jaga dengan bangga.
Pagi itu aku berjalan ke pasar tradisional yang cukup ramai. Pasarnya tidak besar, tapi penuh warna. Ada yang menjual buah-buahan tropis seperti manggis, durian, dan rambutan. Suara pedagang bercampur dengan tawa para pembeli yang menawar harga dengan santai.
Lalu, aku mengunjungi sebuah sekolah di pinggiran kota. Di sana, anak anak sedang berlatih musik tradisional dan menari. Gurunya bercerita bahwa pelajaran budaya selalu mereka ajarkan agar anak-anak tidak melupakan akar mereka. Melihat wajah mereka yang bersemangat membuatku yakin, budaya Indonesia akan terus hidup, selama masih ada generasi muda yang mau belajar dan mencintainya.
Selain itu, aku juga belajar banyak tentang nilai-nilai kehidupan. Orang Riau sangat menjunjung tinggi sopan santun. Mereka tidak berbicara dengan suara keras, selalu menghormati orang yang lebih tua, dan terbiasa bergotong royong. Saat ada acara adat atau pesta kampung, semua warga datang membantu, tanpa
diminta. Itulah bukti bahwa budaya bukan hanya tentang tarian atau pakaian adat, tapi juga tentang sikap, kebersamaan, dan rasa hormat pada sesama. Budaya Melayu Riau mengajarkanku arti kesederhanaan dan kebersamaan. Dalam setiap senyum, setiap kain songket, setiap pantun, dan setiap langkah Tari Zapin, ada jiwa yang hidup di dalamnya. Semuanya mengingatkan kita bahwa budaya bukan sekadar masa lalu, tapi juga masa depan. Budaya adalah jantung yang membuat bangsa Indonesia tetap hidup dan berdenyut.
Melihat semua itu membuatku sadar, betapa pentingnya melestarikan budaya daerah. Budaya bukan hanya warisan masa lalu, tapi juga jati diri yang membuat kita tahu siapa kita sebenarnya. Aku merasakan betapa budaya bisa hidup di tengah keseharian, sederhana tapi penuh makna. Dari setiap senyum, irama musik, dan kain songket yang berkilau, aku bisa merasakan keindahan Indonesia yang sesungguhnya — hangat, ramah, dan kaya akan budaya.
Selesai dan terima kasih^_^
.png)
0 Komentar