Tari Topeng Kelana Kencana Wungu - Anindita Eliyani

Tari Topeng Kelana Kencana Wungu
Karya: Anindita Eliyani 

 Pada hari Minggu, Aku bersama keluargaku pergi ke rumah nenek yang  berada di Kota Cirebon. Saat tiba di sana, ternyata malam harinya akan  diselenggarakan kesenian daerah. Akhirnya, kami sekeluarga memutuskan untuk  menginap semalam agar dapat menyaksikan kesenian Tari Topeng. 

Malam hari pun tiba, sudah banyak orang yang berlalu-lalang. Aku segera  menuju depan panggung. Tidak berselang lama, acara kesenian Tari Topeng pun  dimulai. Sesuai dengan namanya, tarian ini dimainkan dengan mengenakan topeng sebagai aksesoris utama.  

Tari Topeng merupakan kesenian tradisional yang diyakini berasal dari  Kerajaan Majapahit dan dibawa ke Cirebon pada abad ke-15. Disebut Tari Topeng  karena penarinya menggunakan topeng ketika menari. Tari Topeng merupakan karya dari Nugraha Soeradiredja yang memiliki berbagai jenis dan mengalami  perkembangan dalam gerakan maupun cerita yang disampaikan. Tarian ini  menggunakan lima jenis topeng yang masing-masing melambangkan fase  kehidupan manusia. Diantaranya, Topeng Panji yang mewakili karakter halus,  tenang, dan bijaksana, Topeng Samba mewakili karakter anak-anak yang ceria,  Topeng Rumyang yang mewakili karakter dewasa muda yang sedang dalam tahap  mencintai, Topeng Tumenggung mewakili karakter prajurit yang bijaksana, tegas, 

dan loyal, dan yang terakhir Topeng Kelana yang mewakili karakter serakah dan  angkara murka. Tarian ini juga mengandung pesan moral yang kuat serta menggambarkan perjalanan hidup manusia yang biasanya dimainkan solo atau  beberapa orang.  

Dari Berbagai jenis Tari Topeng, yang Aku saksikan malam itu adalah Tari  Topeng Kelana Kencana Wungu. Tari Topeng ini menceritakan tentang Prabu  Menakjingga, raja Blambangan yang tergila-gila dengan kecantikan Ratu Kecana  Wungu, ratu dari kerajaan Majapahit, hingga kemudian berusaha mendapatkan  pujaan hatinya. Namun, upaya pengejarannya tidak mendapat hasil. Kemarahan  yang tak bisa lagi disembunyikan kemudian membeberkan segala tabiat buruknya. 

Dalam tarian ini, Kelana yang merupakan orang yang serakah, penuh amarah, dan  tidak bisa menjaga hawa nafsu divisualisasikan dalam gerakan langkah kaki yang  panjang dan menghentak. Sepasang tangannya juga terbuka, serta jari-jarinya selalu  mengepal. Stuktur geraknya pun gagah berani, kuat, dan angkaramurka.  

Setiap topeng mewakili masing-masing karakter yang menggambarkan  watak manusia, seperti Kencana Wungu dengan topeng bewarna putih kebiruan,  mewakili karakternya yang lincah tetapi anggun. Menakjingga atau disebut juga  Kelana dengan topeng bewarna merah, mewakili karakternya yang berangasan,  temperamental, dan tidak sabaran. 

Adapun musik untuk mengiringi tarian tersebut adalah lagu gonjingan  kering lazi dengan iringan musik yang didominasi oleh kendang dan rebab,  merupakan ciri khas dari Tari Topeng. 

Tari Topeng yang ditampilkan sangat memukau, sampai tidak terasa waktu  sudah larut. Setelah acara selesai, Aku dan keluargaku memutuskan untuk pulang  ke rumah nenek dan beristirahat.  

Dengan demikian, Tari Topeng tidak hanya sebuah pertunjukan, tetapi juga  sebuah warisan budaya yang patut dilestarikan dan diapresiasi. Banyak sekali pesan  moral yang bisa diambil karena isinya menceritakan kisah perjalanan hidup  manusia dengan berbagai karakter yang beragam.


Posting Komentar

0 Komentar