SMP Darma Yudha
Zuriat dalam Biduk
di antara rimbun daun kelapa,
tanah ini menyimpan zuriat yang tidak tampak,
kata-kata itu terukir dalam setiap lekuknya,
tersembunyi di bawah akar yang merunduk dalam tanah,
seperti biduk yang mengayuh di sungai yang tenang,
melaju membawa kenangan,
mengalirkan kisah yang tak henti bercerita.
Nazam itu menggema di antara perahu yang berlabuh,
dalam suara yang lembut namun kuat,
mengisi angkasa, menyusuri ruang dan waktu,
bukan sekadar syair, tetapi ikrar yang terpatri
dalam perjalanan panjang,
dari hulu ke hilir,
dari orang tua ke anak cucu,
mewariskan bukan hanya kata-kata,
tetapi makna yang tak bisa dilupakan.
Di bawah langit yang bersenandung,
di setiap desa yang terhimpun dalam sejarah,
terdengar gema yang dibawa angin,
suara itu bukan hanya gema,
tapi nafas yang menghidupkan kembali kata-kata
yang tumbuh dari bumi yang penuh hikmah,
di mana biduk itu terus berlayar,
melintasi waktu yang tak pernah kembali,
menyusuri setiap lekuk sejarah yang ditinggalkan oleh nenek moyang.
Di sana, di tengah lapang,
pantun itu hidup di bibir yang tidak pernah kering,
mengalir dengan mulus,
seperti aliran air yang jernih,
mengucapkan Nazam yang menyentuh hati,
menyatu dengan waktu,
seperti pusaka yang tak ternilai harganya,
di mana setiap langkah adalah doa,
setiap kata adalah warisan yang tak terucapkan.
Jangan biarkan warisan itu tenggelam dalam buku,
biarkan ia terus bergema dalam setiap langkah kaki,
di ladang yang penuh hasil,
di rumah yang berdiri kokoh,
di antara tarian yang menghidupkan jiwa,
biarkan ia bernyanyi dalam setiap kesyukuran,
dalam setiap kenduri yang penuh doa,
karena warisan ini bukan untuk dilupakan,
tapi untuk diteruskan,
dari satu zuriat ke zuriat yang berikutnya.
.png)
0 Komentar