NASKAH PUISI YANG DIPERLOMBAKAN DALAM LOMBA BACA PUISI BULAN BAHASA 2021 SE-INDONESIA




SELAMAT PAGI INDONESIA

Karya Sapardi Djoko Damono


Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk           

dan menyanyi kecil buatmu.

aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,

dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam

kerja yang sederhana;

bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan

tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.

selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,

di mata para perempuan yang sabar,

di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;

kami telah bersahabat dengan kenyataan

untuk diam-diam mencintaimu.

pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu

agar tak sia-sia kau melahirkanku.

seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam

padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.

aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,

merubuhkan kesangsian,

dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng

kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman

yang megah,

biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu

wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,

para perempuan menyalakan api,

dan di telapak tangan para lelaki yang tabah

telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.


Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil

memberi salam kepada si anak kecil;

terasa benar : aku tak lain milikmu



 

SENJA DI PELABUHAN KECIL

Karya Chairil Anwar

 

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita

tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut

menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

 

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang

menyinggung muram, desir hari lari berenang

menemu bujuk pangkal akanan.

 Tidak bergerak dan kini tanah dan air tidur hilang ombak

 

Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap

sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan

dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap.

 


 

 

SAJAK BULAN MEI 1998 Di INDONESIA

Karya W.S Rendra

 

Aku tulis sajak ini di bulan gelap raja-raja

Bangkai-bangkai tergeletak lengket di aspal jalan

Amarah merajalela tanpa alamat

Kelakuan muncul dari sampah kehidupan

Pikiran kusut membentur simpul-simpul sejarah

 

O, zaman edan!

O, malam kelam pikiran insan!

Koyak moyak sudah keteduhan tenda kepercayaan

Kitab undang-undang tergeletak di selokan

Kepastian hidup terhuyung-huyung dalam comberan

 

O, tatawarna fatamorgana kekuasaan!

O, sihir berkilauan dari mahkota raja-raja!

Dari sejak zaman Ibrahim dan Musa

Allah selalu mengingatkan

bahwa hukum harus lebih tinggi

dari ketinggian para politisi, raja-raja, dan tentara

 

O, kebingungan yang muncul dari kabut ketakutan!

O, rasa putus asa yang terbentur sangkur!

Berhentilah mencari Ratu Adil!

Ratu Adil itu tidak ada. Ratu Adil itu tipu daya!

Apa yang harus kita tegakkan bersama

adalah Hukum Adil

Hukum Adil adalah bintang pedoman di dalam prahara

 

Bau anyir darah yang kini memenuhi udara

menjadi saksi yang akan berkata:

Apabila pemerintah sudah menjarah Daulat Rakyat

apabila cukong-cukong sudah menjarah ekonomi bangsa

apabila aparat keamanan sudah menjarah keamanan

maka rakyat yang tertekan akan mencontoh penguasa

lalu menjadi penjarah di pasar dan jalan raya

 

Wahai, penguasa dunia yang fana!

Wahai, jiwa yang tertenung sihir tahta!

Apakah masih buta dan tuli di dalam hati?

Apakah masih akan menipu diri sendiri?

Apabila saran akal sehat kamu remehkan

berarti pintu untuk pikiran-pikiran kalap

yang akan muncul dari sudut-sudut gelap

telah kamu bukakan!

 

Cadar kabut duka cita menutup wajah Ibu Pertiwi

Air mata mengalir dari sajakku ini.

 

 

IBU KOTA SENJA

Karya Toto S. Bachtiar

 

Penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari

Antara kuli-kuli berdaki dan perempuan telanjang mandi

Di sungai kesayangan, o, kekasih

Klakson oto dan lonceng trem saing-menyaingi

Udara menekan berat di atas jalan panjang berkelokan

 

Gedung-gedung dan kepala mengabur dalam senja

Mengurai dan layang-layang membara di langit-langit barat daya

O, kota kekasih

Tekankan aku pada pusat hatimu

Di tengah-tengah kesibukanmu dan penderitaanmu

 

Aku seperti mimpi, bulan putih di lautan awan belia

Sumber-sumber yang murni terpendam

Senantiasa diselaputi bumi keabuan

Dan tangan serta kata menahan napas lepas bebas

Menunggu waktu menyangkut maut

 

Aku tiada tahu apa-apa, di luar yang sederhana

Nyanyian-nyanyian kesenduan yang bercanda kesedihan

Menunggu waktu keteduhan terlanggar di pintu dinihari

Serta di keabadian mimpi-mimpi manusia

 

Klakson dan lonceng bunyi bergiliran

Dalam penghidupan sehari-hari, kehidupan sehari-hari

Antara kuli-kuli yang kembali

Dan perempuan mendaki tepi sungai kesayangan

Serta anak-anak berenang tertawa tak berdosa

Di bawah bayangan samar istana kejang

Layung-layung senja melambung hilang

Dalam hitam malam menjulur tergesa

 

Sumber-sumber murni menetap terpendam

Senantiasa diselaputi bumi keabuan

Serta senjata dan tangan menahan napas lepas bebas

O, kota kekasih setelah senja

Kota kediamanku, kota kerinduanku .

 

 

 

 

PERJALANAN KUBUR

Karya Sutardji Calzoum Bachri

 

Luka ngucap dalam badan

Kau telah membawaku ke atas bukit

Ke atas karang ke atas gunung

Ke bintang-bintang

Lalat-lalat menggali perigi dalam dagingku

Untuk kuburmu alina

 

Untuk kuburmu alina

Aku menggali-gali dalam diri

Raja darah dalam darah mengaliri sungai-sungai

Mengibarkan bendera hitam

Menyeka matari membujuk bulan

Teguk tangismu alina

 

Sungai pergi ke maritim membawa kubur-kubur

Laut pergi ke maritim membawa kubur-kubur

Awan pergi ke hujan membawa kubur-kubur

Hujan pergi ke akar ke pohon ke bunga-bunga

Membawa kuburmu alina

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

 

Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOSI DEBAT SMA BULAN BAHASA 2019

MOSI YANG DILOMBAKAN DALAM DEBAT PRATIKUM SASTRA KE 27

Mahasiswa 2018: Kesan dan Pesan PKKMB dan Sehari Bersama Maba