Hari Patah Hati Anandhita
Ayuning Jenia Ayunda Putri
"Dasar menyebalkan, aku kan sedang bertanya malah dia diam
saja!" Aku menggerutu dalam hati.
Bagaimana tidak aku bisa menggerutu seperti itu. Aku tidak terlalu
mendengar jelas halaman latihan yang disebutkan oleh dosen lalu aku bertanya
pada orang didepan ku, eh dia malah hanya memandangi ku lalu mengalihkan
pandangannya kembali ke depan tanpa menjawab sepatah kata pun. Dasar aneh, mau
tidak mau aku harus bertanya kepada teman di sebelah ku yang sedikit jutek itu.
"Oh ya Ana, latihan yang harus dikerjakan halaman berapa ya
aku tidak mendengar nya dengan jelas tadi saat dosen mengatakan nya?" tanyaku
dengan sopan.
" Makanya kalau dosen menjelaskan itu didengarkan, halaman
12" jawabnya sedikit ketus.
Dalam hati aku menggerutu untuk yang kedua kalinya. " Tinggal
jawab doang apa susahnya sih" ucapku dalam hati. Ya begitulah pengalaman
hari pertama yang sangat tidak mengesankan itu. Padahal sejak malam aku sudah
membayangkan first impression saat bertemu teman-teman baru di dunia
perkuliahan.
Ya begitulah, aku adalah seorang mahasiswi baru di sebuah
universitas yang lumayan bagus dan ternama di kotaku. Jujur aku juga sedikit
bingung mengapa aku dengan mudah dapat lolos lewat jalur SBMPTN yang dimana
jalur itu adalah jalur sejuta umat. Padahal kalau dipikir-pikir aku memilih
linjur dari jurusanku di SMA. Ya mungkin ini adalah rezeki anak Sholeha yang
ingin bebas dari segala rumus-rumus fisika, kimia, dan biologi yang membuat
kepalaku berasap. Hari ini adalah hari pertama ku menjadi mahasiswa baru.
Gugup, takut , grogi pokoknya campur aduk deh. Ya bisa dibilang aku adalah
orang yang sedikit kurang bergaul dan takut jika harus memulai pembicaraan
dengan orang baru. Seperti contohnya tadi saat aku bertanya halaman dengan
sopan yang satu menjawab ketus yang satu hanya diam seperti patung di dalam
museum. Aarrgh tak seperti yang kuharapkan. Kupikir akan dengan mudah
mendapatkan teman yang asik ternyata ekspetasiku tak sesuai kenyataan.
Setelah satu bulan menempuh perkuliahan akhirnya tiba adanya tugas
kelompok dari salah satu dosen mata kuliah. Dan hari ini aku ada janjian dengan
kelompok ku di sebuah cafe. Tapi ada satu hal yang membuat ku tidak semangat
yaitu adalah aku sekelompok dengan si jutek Ana dan Jeno. Ya namanya adalah
Jeno, seseorang yang kalau ditanya hanya terdiam seperti batu. Entah kenapa
dari banyaknya teman lain di kelas aku harus sekelompok dengan mereka berdua.
Mau tidak mau aku harus tetap dengan senang hati dalam tugas kelompok kali ini
kalau aku mau tetap lulus tepat waktu. Dari tempat kos aku buru-buru untuk
pergi ke cafe tempat janjian untuk mengerjakan tugas kelompok. Aku adalah anak
kos yang tidak pandai mengendarai motor jadi kemana-mana memang harus naik
angkutan umum.
"Issh mana sih ini angkotnya kok ga ada sih!" gerutu ku.
Aku sudah menunggu sekitar 5 menit tapi tak ada satupun angkot yang lewat kalau
adapun pasti penuh. Benar-benar hari ini menyebalkan. Mood ku benar-benar buruk
hari ini. Akhirnya setelah menunggu selama 20 menit baru ada angkot yang
kosong. Saking kesalnya aku sampai mengomeli supir angkotnya.
" Kemana aja sih dari tadi bang, saya nungguin dari tadi ga
lewat-lewat!" gerutu ku pada sopir angkot.
"Ga kemana-mana mbak ya
saya jalan muter -muter sesuai rute aja dari tadi" kata sopir angkot
sedikit kebingungan.
Akhirnya
aku sampai di kafe sedikit terlambat 10 menit. Aku langsung saja buru-buru
masuk dan ternyata mereka sudah sampai semuanya dan hanya menunggu aku tiba.
"Hai semuanya, maaf ya aku datangnya terlambat" ucapku.
"Besok-besok dandannya gausah kelamaan!" ucap Ana sedikit
ketus.
"Aku
terlambat bukan gara-gara dandan, aku terlambat karena susah nyari
angkotnya!" pintaku dengan sedikit kesal.
"Oh gitu yaudah maaf kalau salah kira" ucap Ana dengan
enteng .
" Sudah-sudah ayo langsung saja kita mulai diskusinya nanti
tugasnya ga siap-siap lagi" ucap Jeno.
Untuk yang pertama kalinya aku mendengar suara Jeno, ternyata
suaranya asik juga kalau didengar. Akhirnya kami semua mulai diskusi dan
disambili dengan memesan makanan serta minuman.
Dari kerja kelompok hari ini aku melihat sisi lain dari Jeno si
manusia batu. Ternyata dia asik juga. Jiwa kepemimpinan nya juga terpancar dari
cara dia memimpin diskusi kali ini, humble juga orangnya, tapi memang terkadang
suka ngeledek.
"Anandhita gausah
ngeliatin Jeno segitunya kali, ntar kamu naksir loh" ledek Tania padaku.
Sial, aku kepergok Tania sedang memperhatikan Jeno.
"Haha apa sih Tania,
siapa juga yang lagi ngeliatin Jeno, orang aku lagi ngeliatin kendaraan yang
lewat" jawabku ngeles.
"Oh gitu kirain lagi mandangin Jeno." Timpal Tania lagi.
Untung saja Tania percaya pada perkataan ku.
Allahu Akbar Allahu Akbar....
"Wah sudah adzan ashar break shalat dulu lah kita ya gaiz." ajak
Adit.
"Ok deh yang mau shalat
silahkan laksanakan kewajiban kalian gaiz nanti kita lanjutin lagi." Kata
Jeno.
" Ana, Dhita shalat ga?
yuk aku bawa mukena 2 kok" ajak Tania.
"Sorry Tan aku lagi ga sholat nih." Jawabku " Iya
sama, aku juga Tan." timpal Ana.
" Oh oke deh, kalau
gitu aku titip tas ya." kata Tania padaku dan Ana.
Yak di meja hanya tinggal kami bertiga Aku, Ana dan Jeno. Ya Jeno
adalah non-muslim tapi dia sangat menghargai agama lain dengan baik. Contohnya
saja dia selalu memberikan waktu untuk shalat dan selalu mengingatkan pada kami
yang Islam untuk jangan lupa shalat disetiap pertemuan kerja kelompok. Kami pun
juga sangat menghargai ia dan keyakinannya dengan memperbolehkan ia untuk tidak
ikut kerja kelompok pada hari Minggu agar dia dapat fokus beribadah pada hari
Minggu.
"Dhita kamu kos di
mana?" Tanya Jeno. Jujur saja sedikit kaget karena tiba-tiba Jeno Bertanya
padaku.
"Aku ngekos di dekat kampus." Jawabku dengan tenang.
" Oh begitu." Kata Jeno.
Kring...kring... Telfon
Jeno berdering. "Sebentar ya aku angkat tefon dulu." Izin Jeno padaku
dan Ana.
"Jeno kalau dilihat-lihat manis juga ya." celetuk Ana
tiba-tiba. Aku seketika kaget mendengarnya. Bagaimana tidak Ana yang biasanya
kelihatan jutek dan dingin tiba-tiba memuji seseorang. Sebenarnya memang benar
apa yang dikatakan Ana kalau dilihat-lihat Jeno memang manis apalagi saat
tersenyum.
"Kamu naksir sama Jeno
ya Ana?" Tanyaku menyelidik. Ana langsung saja menatapku dengan tatapan
tajam. Dalam hati aku sudah yakin pasti aku akan dijutekin lagi nih sama Ana.
Tak lama Ana celingak-celinguk memastikan bahwa Jeno sedang berada
jauh disana. ""Kamu dapat dipercaya kan Dhita?" Tanya Ana.
" Insyaallah Ana,
memangnya kamu mau bilang apa?" Tanyaku penasaran.
"Sebenarnya dari awal perkuliahan aku suka sama Jeno."
Ucap Ana dengan sedikit berbisik. Sontak saja aku kaget. Ternyata Ana menyimpan
rasa suka dibalik sikap dinginnya itu.
"Haah serius Ana?" tanyaku kaget.
"Kamu jangan syok gitu dong biasa saja nanti ketahuan
lagi." ucap Ana.
"Iya iya maaf aku
sedikit kaget aja." Pinta ku.
"Memangnya menurut kamu Jeno tidak manis ya, dia juga
friendly." kata Ana.
"Ya sedikit manis, tapi tetap saja dia mengacuhkan aku saat
aku bertanya waktu itu, jadinya dalam pikirku dia sedikit menyebalkan."
Jawabku gengsi. Sejak saat itu aku dan
Ana semakin dekat sampai sudah seperti teman akrab biasanya.
Semakin lama Ana semakin menunjukkan kalau di memang naksir dan
suka pada Jeno. Dia sekarang jadi Si Stalker handal. Banyak informasi yang sudah
ia tahu tentang Jeno, mulai dari keluarganya, makanan dan minuman yang
disukainya, warna favoritnya dan masih banyak hal lainnya. Tapi sekarang aku
sudah sudah menjadi temanya Ana dan aku pun pernah mengingatkan kepada Ana
untuk tidak terlalu suka pada Jeno karena mereka berbeda keyakinan. Aku hanya
tak ingin nantinya Ana kecewa terhadap perasaanya sendiri. Eh itulah Ana
diingatin malah aku yang kena. Masa iya dia menuduhku juga suka pada Jeno. Tapi
entahlah perasaan kesalku pada Jeno perlahan mulai memudar. Tidak tidak tidak
Anandhita tidak suka pada Jenola!
“Eh dhita kamu tau ga ini siapa yang foto sama Jeno?” tanya Ana
padaku sambil menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya. Disana Jeno
berfoto dengan seorang wanita yang kalu dilihat-lihat cantik juga.
“ kalau aku tidak salah dia Evelyn, anak fakultas sebelah. Jeno
pernah cerita evelyn adalah temanya sejak SMP” jawabku
‘Oh pantes aja banyak banget foto mereka berdua di instagramnya
Evelyn ini. Kira-kira mereka sedekat apa ya?
tanya Ana dengan nada penasaran.
Aku hanya tertawa cengegesan melihat tingkah Ana yang keponya
selangit. Tapi jujur dalam hati aku juga sedikit penasaran tentang pertanyaan
Ana tadi. Tapi langsung saja aku menepis rasa penasaran itu, toh aku juga ga
suka kan sama Jeno, jadi untuk apa kepo.
Seminggu kemudian ketika aku sedang berada di kelas tiba-tiba Ana
datang padaku menangis sesegukan. Dia langsung saja melihatkan padaku instagram
storynya Jeno. Tepat hari ini tanggal 10
Desember, ia memposting pada ig storynya fotonya berdua dengan Evelyn
dengan tulisan “Happy Anniversary Eve, terima kasih untuk 2 tahun ini tetap
berada disampingku” melihat postingan itu Ana pasti saja sangat kecewa. Tapi
tidak tahu kenapa aku juga merasakan kekecewaan itu dalam hati. Aku langsung
saja menenangkan Ana yang masih saja menangis sesegukan.
“Ternyata evelyn adalah pacarnya Jenola. Dasar dhita kalau member
informasi tidak benar.” Kata Ana dengan nada ketus sambil menangis.
Dalam kedaan menangis Ana masih juga bisa ketus padaku. Memang
terkadang Ana menyebalkan tapi dia adalah teman terbaikku saat ini. Tiba-tiba
Ana berdiri dan menghapus air matanya, lalu tertawa cengengesan. Aku pun
langsung heran melihat tingkah Ana.
“Ana, patah hati boleh kok sedih juga boleh tapi pliss jagan jadi
gila. Nanti aku gapunya temen lagi.”
Kataku pada Ana
“ Ha…ha…ha aku memang sedang sedih karena Jeno ternyata sudah punya
pacar tapi di satu sisi aku senang karena aku patah hati tidak sendirian.” kata
Ana sambil cengegesan
‘Hah Maksud kamu apa Ana?” tanyaku sambil sedikit kebingungan.
“ Ahh sudahlah Dhita tak usah pura-pura lagi, aku sudah tahu kalu
kamu juga suka pada Jeno. Aku tak sengaja membaca tulisan diary yang kamu tulis
di dalam sebuah file saat aku pekan lalu meminjam laptop kamu.” kata Ana
Tiba-tiba saja mukaku langsung saja memerah dan aku pun berteriak kesal pada Ana. Langsung saja kukejar Ia untuk member pelajaran karena tak sopan telah membaca sembarangan tulisanku. Akhirnya kami pun tertawa karena suka dan kecewa pada orang yang sama.
Profil Singkat
Putri Fransiska. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia Universitas Riau. Putri berkuliah di Universitas Riau pada tahun 2021. Sekarang Putri sudah semester 2 dan berada di kelas 2021C.
0 Komentar