Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022

Hari Patah Hati Anandhita

Ayuning Jenia Ayunda Putri

 

"Dasar menyebalkan, aku kan sedang bertanya malah dia diam saja!" Aku menggerutu dalam hati.

Bagaimana tidak aku bisa menggerutu seperti itu. Aku tidak terlalu mendengar jelas halaman latihan yang disebutkan oleh dosen lalu aku bertanya pada orang didepan ku, eh dia malah hanya memandangi ku lalu mengalihkan pandangannya kembali ke depan tanpa menjawab sepatah kata pun. Dasar aneh, mau tidak mau aku harus bertanya kepada teman di sebelah ku yang sedikit jutek itu.

"Oh ya Ana, latihan yang harus dikerjakan halaman berapa ya aku tidak mendengar nya dengan jelas tadi saat dosen mengatakan nya?" tanyaku dengan sopan.

" Makanya kalau dosen menjelaskan itu didengarkan, halaman 12" jawabnya sedikit ketus.

Dalam hati aku menggerutu untuk yang kedua kalinya. " Tinggal jawab doang apa susahnya sih" ucapku dalam hati. Ya begitulah pengalaman hari pertama yang sangat tidak mengesankan itu. Padahal sejak malam aku sudah membayangkan first impression saat bertemu teman-teman baru di dunia perkuliahan.

Ya begitulah, aku adalah seorang mahasiswi baru di sebuah universitas yang lumayan bagus dan ternama di kotaku. Jujur aku juga sedikit bingung mengapa aku dengan mudah dapat lolos lewat jalur SBMPTN yang dimana jalur itu adalah jalur sejuta umat. Padahal kalau dipikir-pikir aku memilih linjur dari jurusanku di SMA. Ya mungkin ini adalah rezeki anak Sholeha yang ingin bebas dari segala rumus-rumus fisika, kimia, dan biologi yang membuat kepalaku berasap. Hari ini adalah hari pertama ku menjadi mahasiswa baru. Gugup, takut , grogi pokoknya campur aduk deh. Ya bisa dibilang aku adalah orang yang sedikit kurang bergaul dan takut jika harus memulai pembicaraan dengan orang baru. Seperti contohnya tadi saat aku bertanya halaman dengan sopan yang satu menjawab ketus yang satu hanya diam seperti patung di dalam museum. Aarrgh tak seperti yang kuharapkan. Kupikir akan dengan mudah mendapatkan teman yang asik ternyata ekspetasiku tak sesuai kenyataan.

Setelah satu bulan menempuh perkuliahan akhirnya tiba adanya tugas kelompok dari salah satu dosen mata kuliah. Dan hari ini aku ada janjian dengan kelompok ku di sebuah cafe. Tapi ada satu hal yang membuat ku tidak semangat yaitu adalah aku sekelompok dengan si jutek Ana dan Jeno. Ya namanya adalah Jeno, seseorang yang kalau ditanya hanya terdiam seperti batu. Entah kenapa dari banyaknya teman lain di kelas aku harus sekelompok dengan mereka berdua. Mau tidak mau aku harus tetap dengan senang hati dalam tugas kelompok kali ini kalau aku mau tetap lulus tepat waktu. Dari tempat kos aku buru-buru untuk pergi ke cafe tempat janjian untuk mengerjakan tugas kelompok. Aku adalah anak kos yang tidak pandai mengendarai motor jadi kemana-mana memang harus naik angkutan umum.

"Issh mana sih ini angkotnya kok ga ada sih!" gerutu ku. Aku sudah menunggu sekitar 5 menit tapi tak ada satupun angkot yang lewat kalau adapun pasti penuh. Benar-benar hari ini menyebalkan. Mood ku benar-benar buruk hari ini. Akhirnya setelah menunggu selama 20 menit baru ada angkot yang kosong. Saking kesalnya aku sampai mengomeli supir angkotnya.

" Kemana aja sih dari tadi bang, saya nungguin dari tadi ga lewat-lewat!" gerutu ku pada sopir angkot.

 "Ga kemana-mana mbak ya saya jalan muter -muter sesuai rute aja dari tadi" kata sopir angkot sedikit kebingungan.

            Akhirnya aku sampai di kafe sedikit terlambat 10 menit. Aku langsung saja buru-buru masuk dan ternyata mereka sudah sampai semuanya dan hanya menunggu aku tiba.

"Hai semuanya, maaf ya aku datangnya terlambat" ucapku.

"Besok-besok dandannya gausah kelamaan!" ucap Ana sedikit ketus.

            "Aku terlambat bukan gara-gara dandan, aku terlambat karena susah nyari angkotnya!" pintaku dengan sedikit kesal.  

"Oh gitu yaudah maaf kalau salah kira" ucap Ana dengan enteng .

" Sudah-sudah ayo langsung saja kita mulai diskusinya nanti tugasnya ga siap-siap lagi" ucap Jeno.

Untuk yang pertama kalinya aku mendengar suara Jeno, ternyata suaranya asik juga kalau didengar. Akhirnya kami semua mulai diskusi dan disambili dengan memesan makanan serta minuman.

Dari kerja kelompok hari ini aku melihat sisi lain dari Jeno si manusia batu. Ternyata dia asik juga. Jiwa kepemimpinan nya juga terpancar dari cara dia memimpin diskusi kali ini, humble juga orangnya, tapi memang terkadang suka ngeledek.

 "Anandhita gausah ngeliatin Jeno segitunya kali, ntar kamu naksir loh" ledek Tania padaku. Sial, aku kepergok Tania sedang memperhatikan Jeno.

 "Haha apa sih Tania, siapa juga yang lagi ngeliatin Jeno, orang aku lagi ngeliatin kendaraan yang lewat" jawabku ngeles.    

"Oh gitu kirain lagi mandangin Jeno." Timpal Tania lagi. Untung saja Tania percaya pada perkataan ku.

Allahu Akbar Allahu Akbar.... "Wah sudah adzan ashar break shalat dulu lah kita ya gaiz." ajak Adit.

 "Ok deh yang mau shalat silahkan laksanakan kewajiban kalian gaiz nanti kita lanjutin lagi." Kata Jeno.

 " Ana, Dhita shalat ga? yuk aku bawa mukena 2 kok" ajak Tania.

"Sorry Tan aku lagi ga sholat nih." Jawabku " Iya sama, aku juga Tan." timpal Ana.

 " Oh oke deh, kalau gitu aku titip tas ya." kata Tania padaku dan Ana.

Yak di meja hanya tinggal kami bertiga Aku, Ana dan Jeno. Ya Jeno adalah non-muslim tapi dia sangat menghargai agama lain dengan baik. Contohnya saja dia selalu memberikan waktu untuk shalat dan selalu mengingatkan pada kami yang Islam untuk jangan lupa shalat disetiap pertemuan kerja kelompok. Kami pun juga sangat menghargai ia dan keyakinannya dengan memperbolehkan ia untuk tidak ikut kerja kelompok pada hari Minggu agar dia dapat fokus beribadah pada hari Minggu.

 "Dhita kamu kos di mana?" Tanya Jeno. Jujur saja sedikit kaget karena tiba-tiba Jeno Bertanya padaku.

"Aku ngekos di dekat kampus." Jawabku dengan tenang.

" Oh begitu." Kata Jeno.

Kring...kring... Telfon Jeno berdering. "Sebentar ya aku angkat tefon dulu." Izin Jeno padaku dan Ana.

"Jeno kalau dilihat-lihat manis juga ya." celetuk Ana tiba-tiba. Aku seketika kaget mendengarnya. Bagaimana tidak Ana yang biasanya kelihatan jutek dan dingin tiba-tiba memuji seseorang. Sebenarnya memang benar apa yang dikatakan Ana kalau dilihat-lihat Jeno memang manis apalagi saat tersenyum.

 "Kamu naksir sama Jeno ya Ana?" Tanyaku menyelidik. Ana langsung saja menatapku dengan tatapan tajam. Dalam hati aku sudah yakin pasti aku akan dijutekin lagi nih sama Ana.

Tak lama Ana celingak-celinguk memastikan bahwa Jeno sedang berada jauh disana. ""Kamu dapat dipercaya kan Dhita?" Tanya Ana.

 " Insyaallah Ana, memangnya kamu mau bilang apa?" Tanyaku penasaran.

"Sebenarnya dari awal perkuliahan aku suka sama Jeno." Ucap Ana dengan sedikit berbisik. Sontak saja aku kaget. Ternyata Ana menyimpan rasa suka dibalik sikap dinginnya itu.

"Haah serius Ana?" tanyaku kaget.

"Kamu jangan syok gitu dong biasa saja nanti ketahuan lagi." ucap Ana.

 "Iya iya maaf aku sedikit kaget aja." Pinta ku.

"Memangnya menurut kamu Jeno tidak manis ya, dia juga friendly." kata Ana.

"Ya sedikit manis, tapi tetap saja dia mengacuhkan aku saat aku bertanya waktu itu, jadinya dalam pikirku dia sedikit menyebalkan." Jawabku gengsi.  Sejak saat itu aku dan Ana semakin dekat sampai sudah seperti teman akrab biasanya.

Semakin lama Ana semakin menunjukkan kalau di memang naksir dan suka pada Jeno. Dia sekarang jadi Si Stalker handal. Banyak informasi yang sudah ia tahu tentang Jeno, mulai dari keluarganya, makanan dan minuman yang disukainya, warna favoritnya dan masih banyak hal lainnya. Tapi sekarang aku sudah sudah menjadi temanya Ana dan aku pun pernah mengingatkan kepada Ana untuk tidak terlalu suka pada Jeno karena mereka berbeda keyakinan. Aku hanya tak ingin nantinya Ana kecewa terhadap perasaanya sendiri. Eh itulah Ana diingatin malah aku yang kena. Masa iya dia menuduhku juga suka pada Jeno. Tapi entahlah perasaan kesalku pada Jeno perlahan mulai memudar. Tidak tidak tidak Anandhita tidak suka pada Jenola!

“Eh dhita kamu tau ga ini siapa yang foto sama Jeno?” tanya Ana padaku sambil menunjukkan sebuah foto yang ada di ponselnya. Disana Jeno berfoto dengan seorang wanita yang kalu dilihat-lihat cantik juga.

“ kalau aku tidak salah dia Evelyn, anak fakultas sebelah. Jeno pernah cerita evelyn adalah temanya sejak SMP” jawabku

‘Oh pantes aja banyak banget foto mereka berdua di instagramnya Evelyn ini. Kira-kira mereka sedekat apa ya?  tanya Ana dengan nada penasaran.

Aku hanya tertawa cengegesan melihat tingkah Ana yang keponya selangit. Tapi jujur dalam hati aku juga sedikit penasaran tentang pertanyaan Ana tadi. Tapi langsung saja aku menepis rasa penasaran itu, toh aku juga ga suka kan sama Jeno, jadi untuk apa kepo.

Seminggu kemudian ketika aku sedang berada di kelas tiba-tiba Ana datang padaku menangis sesegukan. Dia langsung saja melihatkan padaku instagram storynya Jeno. Tepat hari ini tanggal 10  Desember, ia memposting pada ig storynya fotonya berdua dengan Evelyn dengan tulisan “Happy Anniversary Eve, terima kasih untuk 2 tahun ini tetap berada disampingku” melihat postingan itu Ana pasti saja sangat kecewa. Tapi tidak tahu kenapa aku juga merasakan kekecewaan itu dalam hati. Aku langsung saja menenangkan Ana yang masih saja menangis sesegukan.

“Ternyata evelyn adalah pacarnya Jenola. Dasar dhita kalau member informasi tidak benar.” Kata Ana dengan nada ketus sambil menangis.

Dalam kedaan menangis Ana masih juga bisa ketus padaku. Memang terkadang Ana menyebalkan tapi dia adalah teman terbaikku saat ini. Tiba-tiba Ana berdiri dan menghapus air matanya, lalu tertawa cengengesan. Aku pun langsung heran melihat tingkah Ana.

“Ana, patah hati boleh kok sedih juga boleh tapi pliss jagan jadi gila. Nanti aku gapunya temen lagi.”  Kataku pada Ana

“ Ha…ha…ha aku memang sedang sedih karena Jeno ternyata sudah punya pacar tapi di satu sisi aku senang karena aku patah hati tidak sendirian.” kata Ana sambil cengegesan

‘Hah Maksud kamu apa Ana?” tanyaku sambil sedikit kebingungan.

“ Ahh sudahlah Dhita tak usah pura-pura lagi, aku sudah tahu kalu kamu juga suka pada Jeno. Aku tak sengaja membaca tulisan diary yang kamu tulis di dalam sebuah file saat aku pekan lalu meminjam laptop kamu.” kata Ana

            Tiba-tiba saja mukaku langsung saja memerah dan aku pun berteriak kesal pada Ana. Langsung saja kukejar Ia untuk member pelajaran karena tak sopan telah membaca sembarangan tulisanku. Akhirnya kami pun tertawa karena suka dan kecewa pada orang yang sama.


Profil Singkat



Ayuning Jenia Ayunda Putri. Lahir di Kota Bukittinggi pada tanggal 23 Januari 2003. Sapaan akrabnya adalah Nining. Anak pertama dari 2 bersaudara. Meskipun lahir di Bukitinggi ia sudah sejak kecil ikut orangtuanya untuk merantau ke Riau. Segala jenjang pendidikan ditempuh di daerah Riau khusunya kota Duri. Untuk sekarang Ia merupakan mahasiswa aktif di Universitas Riau Jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia angkatan 2021.




Putri Fransiska. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia Universitas Riau. Putri berkuliah di Universitas Riau pada tahun 2021. Sekarang Putri sudah semester 2 dan berada di kelas 2021C.

Posting Komentar

0 Komentar