Hidup Adalah Hari Ini
Wahyuni Kartika
Raffi adalah orang yang ingin selalu nomor
satu. Jika ada ujian dia selalu ingin selesai duluan, PR pun ia kerjakan
setelah pulang dari sekolah. Saking rajinnya, ia jarang sekali bermain bersama
teman-temannya. Memang hal itu tidaklah buruk, justru sangat baik. Kebiasaan di
atas, sudah dilakukan bagus sejak duduk di bangku sekolah dasar hingga waktu
SMA. Prestasi di sekolahnya pun memang terbilang mentereng, selalu masuk 3
besar di kelasnya. Lambat laun, Bagus dewasa dan mulai merenungi banyak hal.
Satu hal yang paling mengganggu pikirannya adalah mengenai kehidupan sosialnya.
Ia merasa tak mempunyai banyak teman karena terlalu sibuk belajar untuk
menyiapkan masa depan. Walau ia jago dalam urusan belajar, tapi hatinya merasa
hampa karena selalu sendirian. Hingga satu waktu, saat menjelang libur
semester, ketika teman-temannya sibuk menyiapkan liburan Bagus justru siap-siap
untuk kembali belajar. Namun ia kembali merenung dan sedih, lantaran tak ada
satu pun yang mengajaknya untuk pergi berlibur.
Waktu liburan akhir tiba dan bagus menghabiskan
waktu liburannya dengan belajar untuk semester selanjutnya. Kembali sekolah,
Raffi kini tampak lebih murung. Ia murung berhari-hari dan diketahui oleh gurunya.
Merasa khawatir, sang guru lalu meminta Raffi untuk datang ke ruangannya.
Mulanya Raffi bingung, apakah ia melakukan kesalahan? Raffi pun bergegas
menemui gurunya tersebut.
“Raffi, kenapa?” jawab sang guru.
Raffi lalu menceritakan mengenai persoalannya
yang sedang ia hadapai. Sang guru hanya memberikan pesan singkat.
“Raffi, hiduplah untuk hari ini, biar esok
menjadi misteri,” tutur si guru.
“Maksudnya begini, kamu boleh mengerjakan
sesuatu untuk besok hari, tapi jangan lupakan hari ini, nikmatilah hari ini.”
“Jangan sampai kamu hidup terlalu cepat hingga
tidak punya teman, ingat, Fi, hiduplah hari ini.”
Kata-kata guru di atas membuat Raffi berpikir,
ia ternyata terlalu sibuk dan khawatir dengan masa depan, sedangkan masa
sekarang ia hiraukan. Perkataan sang guru termaktub oleh Raffi, si murid rajin
ini mulai hidup pelan-pelan dan tak serba cepat.Ia mulai bisa menikmati hidup
dan sedikit demi sedikit mempunyai teman.
0 Komentar