DUSTA
Dini Aulia Putri
Menurutku, setiap orang
berhak bebas dari yang namanya “Bullying”. Seharusnya gak ada yang namanya
penindasan, apalagi hanya karena fisik mu dibawah “standar” kecantikan yang
selama ini orang-orang tanam dipikiran mereka.
Kenalin,
namaku Aura Chava Cantika. Tapi aku gak secantik nama itu, yap aku sadar. Aku
itu gemuk, pendek, kusam, jerawatan, dan culun. Dari kecil aku selalu dibully
karena fisik ku yang kata mereka jelek. Tapi tenang, aku masih punya otak
pinter yang selalu bisa ku andalkan untuk jadi peringkat satu tiap semester.
Pagi ini
seperti biasa aku berangkat sekolah dengan motor matic kesayanganku.
Sesampainya disekolah seperti biasa juga aku mendapat tatapan tidak suka dari
orang-orang disepanjang perjalanan menuju kelas. Aku hanya menunduk hingga
sampai dikelasku, aku langsung menuju kursi ku.
“nih,
kerjain PR ku ya! Tulis yang rapi, awas aja kalo gak rapi!” ucap Anna sambil
melempar buku kepadaku.
“ii..iyaa
na” jawab ku pelan.
Anna itu
salah satu dari sekian banyak orang yang membully ku disekolah. Setiap aku
mencoba melawan ketika diganggu mereka malah tambah parah. Terakhir kali tas ku
diisi sisa makanan basi dari kantin lalu dibuang ditempat sampah kelas. Dan
mereka melakukan itu ketika aku lagi pergi kekamar mandi.
Dihidup
ku selama ini cuma punya 2 teman yang beneran baik. Yang pertama namanya Rara,
kami berteman dari SMP. Rara juga teman sebangku ku sekarang. Rara anaknya
cantik, tinggi, bening banget pokoknya. Rara juga dari kalangan orang berada.
Satu-satunya hal yang gak ku suka adalah Rara
selalu jadi tempat perbandingan terbesar ku dimata orang.
Yang
satu lagi adalah tetangga sekaligus temen sejak TK ku, namanya Freya. Dia orang
yang selalu peduli dan belain aku ketika aku diejek.
tingg…tingg…tingg… bell
pulang berbunyi. Aku mulai membereskan buku-buku ku, saat aku membuka tas ku
lagi-lagi aku menemukan banyak sampah. Aku hanya diam sambil membuang sampah
itu. Kejadian seperti ini sudah biasa. Setelah itu aku bergegas pulang. Saat
diparkiran aku melihat ban motor ku kempes, dan terdapat banyak paku disana.
Aku sedih, tapi aku tak tau harus melakukan apa. Tak lama setelah itu Freya
lewat dan menghampiriku.
“kenapa
au?” Tanya freya.
“tidak
apa-apa Frey. Ban ku hanya kempes.”
“oo, baiklah. Ayo aku bantu kamu, kita kebengkel disana aja.
Sekalian ada yang ingin ku ceritakan.”
Kemudian
kami pun kebengkel yang tidak terlalu jauh. Kami duduk menunggu motorku.
“mau
cerita apa Frey?” Tanya ku.
“ini
semua pasti ulah Anna lagi kan Au?” Tanya Freya balik.
“aku
tidak tau Frey. Biarin aja, aku gapapa.” Ucap ku tersenyum.
“ada
yang ingin ku beritahu Au.”
“apa
Frey?”
“ada
dalang dibalik sikap Anna ke kamu selama ini.”
“siapa?”
“besok
kamu temuin aku dihalaman belakang.”
“baiklah.”
Setelah
motorku selesai, aku langsung pulang dan tak
lupa mengucap terimakasih ke Freya.
Keesokan
harinya, saat jam istirahat aku menuju halaman belakang sesuai dengan yang
Freya suruh kemarin. Disana aku melihat sudah ada Freya dan Anna. Aku langsung
menghampiri mereka dan bertanya.
“ada apa
Frey? Kenapa ada Anna?” ucapku terkejut
“aku mau
Anna klarifikasiin ini” ucap Freya
“apaan
sih? Sumpah gapenting!” ucap Anna
“jujur,
siapa yang nyuruh ngebully Aura?!” ucap Freya
“apaansih!”
ucap Anna
“jujur
aja jujur!” tegas Freya
“baiklah,
Rara dalang dibalik semua ini!” ucap Anna
“hah? Maksudnya? Anna, aku tau kamu gasuka sama aku, tapi tolong
jangan bawa-bawa temen baikku!” ucapku
“aku bingung sama kamu Au, kamu sebenernya pinter atau bego sih?
Haha” ucap Anna sambil tertawa remeh
“Frey, jangan percaya, aku yakin Rara cuma dijadiin kambing hitam”
Ucapku
“mana buktinya Anna?” Tanya Freya
“Frey, ngapain sih nanya bukti? Masa kamu gapercaya sama temen sendiri”
ucapku
“saat ini jangan melibatkan status pertemanan Au, kita harus pakai
fakta dulu.” Ucap Freya
“Anna, aku minta buktinya.” Ucap Freya lagi
“ okey sebentar” jawab Anna
Kemudian
Anna ngeluarin HPnya dan dia nunjukin semua percakapan Anna sama Rara. Freya
memastikan kalau itu nomor Rara, ternyata benar. Percakapan Anna dan Rara 80%
berisi soal aku, gimana cara ngebully aku.
Setelah
itu aku langsung lari menuju kelas. Ternyata Rara sedang duduk dibangkunya.
“Aura,
kamu kenapa kayak sedih gitu?” Tanya Rara sambil mengusap punggungku
“aku lagi sakit hati sama orang munafik yang aku kira temen baikku.
Ternyata malah nusuk dari belakang.” Ucapku dengan sedikit emosi
“siapa?” Tanya Rara
“masih perlu aku kasih tau lagi? Gamau nyadar sendiri? Aku gapaham
lagi sama kamu Ra! Kenapa tega banget sama aku? Tujuan kamu apa?” ucapku
“aku gangerti sama yang kamu omongin Au.” Ucap Rara
“masih gamau ngaku? Aku udah tau semuanya dari Anna!” ucapku
“Anna? Maksudnya apasih Au?” ucap Rara
“masih mau ngelak?” ucapku
“huft, padahal aku udah suruh Anna buat hapus chat kami.” Ucap Rara
tersenyum sinis
“tega ya kamu Ra, aku salah apa?”
“salah kamu? Kamu tuh jelek, sadar diri kek!”
“terus kenapa kalau aku jelek?”
“kamu gak pantes dapat juara kelas atau perhatian orang. Harusnya yang
cantik kayak aku yang pinter, bukan kamu!”
“tapi apa harus kamu suruh temen sekelas ngebully aku?”
“iya, biar aku puas liat kamu menderita!”
“kenapa kamu pura-pura baik ke aku?”
“supaya orang-orang ngira aku baik. Karna semenjak aku baikin kamu
banyak yang muji aku, udah cantik, baik pula. Makasih ya haha!”
Aku
sudah gak tahan, aku langsung ambil tas dan ingin izin pulang.
Setelah
kejadian itu aku tidak masuk sekolah 2 hari. Aku benar-benar terpuruk karena
tidak menyangka teman baikku ternyata seorang penghianat.
Sekarang
aku sudah berada disekolah. Sepanjang perjalanan tidak ada lagi tatapan sinis,
bahkan ada beberapa orang yang menyapa ku. Saat sampai dikelas aku tidak
menemukan keberadaan Rara. Freya bilang selama aku tidak masuk, Rara habis
dibully karna penghianatannya telah terbongkar. Rara memutuskan untuk pindah
sekolah. Sekarang aku merasa sedikit lebih nyaman karna tak ada lagi bullyan,
sudah ada yang ingin menjadi temanku. Aku sudah diperlakukan seperti
teman-teman pada umumnya.
0 Komentar