Sayangi aku, ma
Rades Kasi
Jendela yang tak pernah dibuka, setia dikegelapan, mencintai aroma
kasur dan selimut tapi memiliki cita-cita menjadi kaya dan berwibawa itulah aku
Vanya Alea Renandra. Anak kesayangannya papa dan satu-satunya perempuan di
keluarga. Aku hanya remaja biasa yang selalu berusaha untuk membanggakan papa,
apapun akan aku lakukan agar papaku tersenyum bahagia. Dimanjakan sejak kecil,
hingga tidak bisa mengerjakan pekerjaan rumah sama sekali, bila dipikir
sebenarnya sangat tidak baik untuk diriku nantinya, namun begitulah cara papaku
mendidik. Aku sangat bahagia apabila menceritakan keseharianku di sekolah,
rasanya papaku sudah seperti sahabat dekat bagiku. Mama? Ya aku dari tadi hanya
sibuk menceritakan papa hingga lupa bahwa aku sama sekali belum membahas mama.
Aku tidak begitu dekat dengannya, dirumah aku dan mama layaknya seperti orang
asing yang tinggal disatu atap. Ntahlah akupun tidak paham mengapa bisa seperti
itu, yang aku tahu pasti bahwa mama tidak menyayangiku dan cenderung mencintai
adik laki-lakiku, dan aku benci itu.
“pa, aku pergi
dulu ya” sambil menyalimi tangan papaku dan bergegas ke sekolah karena hampir
terlambat. Namun dari sudut dapur mama memperhatikan langkahku dengan raut
wajah sedihnya. Mamaku adalah orang yang sangat tertutup, cuek dan sedikit
pemarah, hanya itu yang kutahu tentang dirinya selebihnya aku tidak tahu dan
tidak pernah ingin tahu sediktipun. Orang-orang pasti berfikir bahwa aku sangat
membenci dirinya terutama sahabatku Angel selaku tempatku berkeluh kesah setiap
harinya. Angel sudah seperti saudara kandungku sendiri, lebih dari setengah
masalah hidupku dia ketahui. Bagaimana tidak aku dan angel sudah berteman sejak
kita kecil karena papaku dan ibunya adalah sahabat dekat. Setiap kali aku ke
rumahnya, aku selalu diperlakukan sebagaimana anaknya sendiri bahkan aku lebih
menyanyanginya ketimbang mamaku sendiri.
“Selamat pagi
Vanya Alea Renadra! Sudah terseyumkah hari ini? “ teriak angel dengan suara
cemprengnya tanpa mempedulikan teman sekelas lainnya yang sudah mengarahkan
mata sinis padanya.
“Angel!! Bisa ga
sih sehari aja ga usah berisik dan teriak kek gini? Bikin malu aja”
“Idihhh biasanya
juga gini tumben banget kamu marah, lagi datang bulan ya? Judess banget sih,”
kesal angel padaku.
“Ga gitu, aku lagi
pusing mikirin acara osis besok memperingati hari ibu, yang nyuruh kita bawa
ibu ke sekolah, tau sendirikan aku ga deket sama mamaku. Lagian kurang kerjaan
banget sih osis ngadain kegiatan kek gini! Biasanya ga pernah dan tumben banget.
“Ini mungkin
teguran deh, sudah saatnya kamu bisa deket dan terbuka sama mamamu, coba
dipikir-pikir lagi, selama ini pernah ga kamu sama mamamu menghabiskan waktu
berdua, curhat, malah kebalikannya kamu malah deket bangen sama papamu. Apa ga
ada sedikitpun hatimu pengen ngerasain kasih sayang dari mamamu sendiri?”.
Nasehat Angel sambil menepuk jidatku dengan keras
“Auhh sakit angel,
ngapain harus ditepuk sih, masalahnya kamu tau sendirikan mamaku itu sayang
banget sama adikku dan ga pernah ada sedikitpun niat buat nanyain kabarku,
gimana sekolahku, apa yang aku butuhin. Dia cuma peduli sama anak laki-lakinya,
buat apa jugakan aku ngemis kasih sayang, lah dianya sendiri aja ga peduli sama
aku. Udah dehh gausah berharap lebih buat hubungan aku sama mama. If she not
care, i’ll do the same thing.” Ucapku berlalu sambil meletakkan tas di atas
meja dan segera duduk karena sebentar lagi jam pelajaran akan dimulai.
Sepulang dari
sekolah aku mengetuk pintu rumah, dan tidak seperti biasanya hari ini yang membukakan
pintu adalah bibi yang telah bekerja 8 tahun dirumahku. Awalnya aku penasaran
dan ingin menanyakan itu kepada bibi, tapi ntahlah mungkin gengsiku yang
terlalu tinggi membuatku tidak ingin terlalu peduli dan segera menuju ke kamar.
“Papa pulang...
yuk kita makan malam bareng dulu ini papa bawain pizza kesukaannya Alea” teriak
papa yang bisa terdengar dari kamarku yang berada dilantai dua rumah. Mendengar
itu akupun lantas berlari menuju kesumber suara tersebut. Tengah asyik
menikmati pizza tiba-tiba papa memulai percakapan
“Tadi papa ketemu
mamanya Angel direstoran papa beli pizza, katanya akan ada kegiatan hari ibu
disekolah kamu dan wajib bawa mama, udah kasih tau mama belum?” tanya papa
sambil mengarahkan padangannya padaku
“Hmm hmm ee
be..beluum pa” jawabku grogi
“Lagian keknya
mama juga gabisa deh pa, kan mama harus nganterin sama nemenin Fadhil di
sekolah, udah gedepun masih ditemenin kesekolahnya” Ucapku dengan suara kecil
namun masih bisa didengar oleh mama yang duduk berhadapan denganku
“Kan belum ditanya
kok udah menyimpulkan sendiri seperti itu. Ma, mama bisakan datang ke acaranya
Alea besok di sekolah?” Tanya papaku memastikannya
“Bisa kok pa,
bukan mama mau nolak tapikan Alea ga pernah minta sesuatu sama mama, jadi mama
juga gatau harus ngapain” secuil alasan mamaku untuk menghindari amarah papa.
Mendengar hal itu,
tentu saja emosiku mendadak naik, pikiran dan segala macam hal aneh berkecamuk
dikepalaku, bisa-bisanya dia menyalahkanku untuk sesuatu hal yang sebenarnya
adalah tanggung jawabnya. Itulah mengapa aku tidak pernah bisa dekat dengannya.
“Gimana mau minta
sesuatu sama mama, mama aja sibuk cuma ngurusin anak mama yang satu itu, emang
mama pernah nanyaIN kabar aku? Apa yang aku butuhin? Emang harus ya aku ngomong
dulu aku kenapa-kenapa? Mama harusnya juga peka!! Jangan pilih kasih sayangnya
sama Fadhil aja!” Ucapku dengan nada suara yang sudah tidak terdengar ramah
lagi
“Alea, ga boleh
ngomong gitu sama mama, ga baik! Mama bukannya ga sayang sama kamu, tapikan
wajar Fadhil diperhatiin lebih karena dia masih kecil dan kamu sebagai kakak
harusnya juga paham dan ngertiin itu!” Bentak papa sambil menggenggam gelas
dengan erat
“Kok papa jadi
ikutan berpihak sama mama sih? Pahhh.. aku juga anak mama dan aku juga butuh
perhatian dan kasih sayangnya bukan cuma Fadhil aja” Isak tangisku dan berlari
menuju kamar dan menguncinya.
“Ma, coba kamu
bujuk Alea ya, sepertinya papa terlalu manjain dia sampai dia jadi egois gini,
maafin papa ya” Ucap papa dengan raut wajah bersalah dan merasa kasian terhadap
istrinya yang terlihat menahan tangis.
“Semuanya salah
mama pa, mama selalu sibuk sampai ga liat perkembangan Alea dan memberikan apa
yang seharusnya seorang mama berikan pada anaknya, mama coba bujuk Alea yaa...
maafin juga mama yang bikin suasana berantakan seperti sekarang” berlalu menuju
alea.
“Alea, buka
pintunya sebentar nak, mama mau ngomong” teriak mama dari luar pintu yang
mencoba membujukku agar bisa masuk.
Berkali-kali mama
mengetuk dan memanggilku, namun tidak ada naitan sedikittpun aku menggubrisnya.
Hingga akhirnya mama menyampaikan apa yang ingin ia sampaikan diluar.
“Alea, semoga kamu
dengar ya nak, mama ga ada niatan buat beda-bedain kamu sama Fadhil dua-duanya
anak kesayangan mama, besok mama datang di acara sekolahan Alea ya! Ga usah
khawatir mama janji akan datang, udah malem, tidur ya, jangan lupa cuci kaki
sama gosok gigi” Ucap mama dan segera menuju ke kamarnya.
Sedikit aneh
mendengar perkataan itu keluar dari mulut mamaku. Rasanya pertama kalinya aku
merasa diperhatikan olehnya, hingga membuat hatiku tergerak dan merasa bersalah
telah membentakanya tadi.
Keesokan harinya,
acara memperingati hari ibu yang akan dimulai jam 09:00 WIB, sudah terlihat
ramai didatangi oleh para ibu-ibu siswa sekolahku, meski terlihat tidak peduli,
sejujurnya aku benar berharap mama akan datang seperti apa yang ia katakan tadi
malam. Setengah jam lagi kegiatan akan dimulai, namun belum terlihat
tanda-tanda kedatangan mamaku, hingga akhirnay aku menurunkan gengsi untuk
meneleponnya.
“Ma, mama jadi ga
kesekolah?” Ucapku dengan kesan cuek
“Iyaa sabar ya
Alea, ini mama lagi di jalan menuju sekolah kamu, 7 menit lagi nyampe kok”.
Lega mendengar hal
itu, lalu aku berjalan menuju ke arah teman –temanku yang sudah lengkap bersama
ibu mereka. Tidak lama kemudian dari kejauhan terlihat seorang wanita yang
hendak menghampiriku, awalnya kupikir itu adalah mama, ternyata dia adalah bi
ani.
“Maaf non, bibi
disuruh ibuk datang buat acaranya non alea disekolahan, ibuk gabisa dateng non,
tiba-tiba tadi dapat telepon dari sekolahnnya den Fadhil katanya den Fadhil
abis berantem sama temennya makanya ibuk langsung ke sekolahannya den Fadhil,
dan nyuruh bibi ke sini, gapapa yakan non? Bibi ga telatkan?”.
“Yaudah mau gimana
lagi, gimanapun tetep fadhil jugakan yang bakal diprioritasin sama mama, emang
salah dari awal aku ngarepin mama datang, dan aku pikir mama beneran berubah
dan sayang sama aku, ternyata mama yang dulu ga pernah berubah” Jawabku dengan
sedikit kesal dan raut kecewa yang tidak bisa aku sembunyikan.
Begitulah hari ini
berlalu sesampainya dirumah aku tidak melihat keberadaan mama ataupun papa.
Hingga membuatku semakin jengkel dan memutuskan untuk menginap kerumahnya
angel.
“Bi, kalau papa
pulang dan nanyain aku, nanti bilangin ya aku nginep dirumahnaya angel”.
“Baik non,
hati-hati ya”.
Setelah asyik
menghilangkan badmood dengan menonton film bersama Angel, aku mendapat
panggilan telepon, ternyata yang menelepon adalah mama.
“Aleaa.. maafin
mama ya nak, gajadi kesekolah kamu, mama ga bermaksud ngecewain dan bohongin
kamu, cuma mama juga terpaksa karena Fadhil juga tiba-tiba dapat masalah dan
papa lagi dikantor, jadi harus mama yang datang kesekolahnya Fadhil” Ucap mama
dengan nada suara bersalah dan terdengar serak serak menahan tangis.
“Udah ma, gausah
dipikirin, lagian aku juga ga berharap mama dateng kok, cuma kalau emang ga
bakal dateng gausah ucap janji yang ga bakal mama tepati, selama ini aku cuma
diem liat mama yang super peduli sama Fadhil sedangkan aku cuma seperti anak
asing bagi mama, dari awal kita juga ga pernah deketkan, kenapa mama tiba-tiba
peduli, aku gamau jadi anak durhaka jadi sebaiknya gimana kita yang dulu
teruslah berlanjut seperti itu, aku masih punya papa kok yang bakal nanyain
kabar aku dan yang sayang sama aku. Mama fokus aja sayangi dan besarin Fadhil.
Aku tutup ya ma, udah malem ga enak sama orang tua Angel kalau masih ketahuan
belum tidur.” Segera kumatikan telepon dan membantingkan diri ke kasur.
“Alea.. kamu kok
gitu sih sama mamamu, gimanapun dia tetep mama kamu, dia sebenernya sayang sama
kamu dan emang mungkin caranya agak beda dan kamu ga nangkep itu, percayalah
pasti dia juga punya alasan ngelakuin semua itu, gaboleh gitu ya”.
“Angel, bisa ga
kita gausah bahas ini? Aku cape bahasnya, yuk lanjut nonton’.
Saat sedang asyik
menonton film kesukaan mereka, tiba-tiba Alea mendapat telepon dari teman
sekelasnya bahwa besok akan ada pertandingan basket disekolah dan alea sebagai
cheerleader akan tampil. Namun masalahnya kostum cheerleadernya ketinggalan
dirumah, jadi mau tidak mau alea terpaksa menjemputnya ke rumah.
Sesampainya
dirumah, Alea merasa ada yang menjanggal karena tidak biasanya lampu kamar mama
dan papanya dimatikan, dan Alea menanyakan hal itu kepada bibi, namun bibi
terlihat terkejut karena alea tiba-tiba pulang tanpa memberitahunya.
“Mama papa mana
bi? Tumben banget dimatiin lampu kamarnya? Biasanya kalau ga dirumah ga pernah
dimatiinkan lampunya?”.
“Anuu non, nyonya
sama tuan... ehmm lagi itu anuu lagi diluar katanya mau dinner bareng.” Ucap
bibi yang terlihat gugup dan cemas.
Merasa ada yang
aneh dan seperti ada yang disembunyikan oleh bibi, Alea bergegas lari ke kamar
mama papanya dan segera menghidupkan lampu kamarnya. Tak terlihat mama ataupun
papanya berada dikamar. Namun, ada satu hal yang menjadi pusat perhatiannya
adalah sebuah kaset dengan tulisan Alea anakku. Tanpa berfikir panjang
alea langsung memutarkan kaset tersebut ke DVD yang ada dikamar orang tuanya.
Betapa terkejutnya alea melihat isi dari kaset tersebut. Perjalanan kehamilan
mamanya saat mengandung alea, hingga bagaimana proses keras dan sakit saat
melahirkan alea, bagaimana terlihat sangat bahagia menyambut kelahiran alea,
dicium,digendong, dipeluk dan sambil berkata “alea anakku sayang ini kamu
waktu kecil, cantik dan imut yaa, cepat besar ya sayang, mama sama papa sayang
sama kamu, rasanya kehidupan mama sangat sempurna setelah kehadiran kamu,
cintai mama ya nak” setelah itu terlihatlah foto foto alea dari baru saja
lahir, belajar merangkak, berjuang berdiri, dan berusaha berlari dengan dengan
kedua tapak kaki kecilnya. Dan yang selalu ada menemani alea adalah mamanya.
Dengan iringin lagu ...
Baby
i’m just soggy from the chemo
Sayang, aku hanya lelah karean
kemoterapi ini
But,
counting down the days to go
Namun menghitung hari-hari yang
tersisa
It
just ain’t living, and i just hope you know
Ini bukanlah hidup, dan aku harap
kalian tau
That
if you say, goodbye today
Jika kalian katakan selamat tinggal
hari ini
I’d
ask you to be true
Aku akan meminta kalian untuk jujur
cause
the hardest part of this
Karena bagian terberat dari semua
ini
Is
leaving you
Adalah meninggalkan kalian
Seketika pecah tangisan Alea
mendegarkan lagu ini, ia tau bahwa judul lagu tersebut adalah cancer (Kanker)
oleh my chemical romace, tak
kuasa Alea menahan tangis, ia merasa anak paling durhaka hingga tidak
mengetahui penderitaan mamanya selama ini, ia hanya anak egois, angkuh dan
tidak pernah peduli. Lantas bibi menceritakan semua yang terjadi selama ini
mengapa mamanya terlihat tidak peduli dan selalu memperhatikan Fadhil, itu
karena mamanya harusnya menjalani kemoterapi dan berbohong mengenai Fadhil, ia
menghabiskan hari dirumah sakit selama Alea ke sekolah dan akan pulang apabila
Alea juga pulang dari sekolah. Mamanya tak ingin Alea khawatir dan
menangisinya, ia yakin akan sembuh dan bersepakat untuk menyembunyikan semuanya
dari Alea. Dan sekarangpun mamanya ternyata sedang berada di rumah sakit karena
tiba-tiba drop. Tanpa pikir panjang alea segera menuju ke rumah sakit.
“Mama kenapa bohong sama Alea?
Maafin Alea karena biarin mama ngerasain sakitnya sendirian, Alea gapernah ada
disaat mama butuh Alea, mama boleh pukul atau marahin Alea karena gagal jadi
anak yang baik untuk mama, maaa maafin Alea, jangan tinggalin Alea, Alea sayang
mama”
“Mama gapapa kok sayang, gausah
khawatir ya, melihat Alea dihadapan mama aja sekarang mama udah bahagia banget,
rasanya mama kembali dicintai oleh anak mama, maafin mama udah bohong ya nak,
mama cuma mau lihat Alea bahagia dan ga sedih mikirin mama, pokoknya Alea harus
janji sama mama untuk selalu bahagia ya nak” Dengan isak tangis yang tak
terbendung dan memeluk alea dengan erat.
Satu hal yang benar membuat alea
merasa sangat bersalah adalah ternyata yang mengajukan kegiatan hari ibu kepada
kepala sekolah di sekolahan Alea adalah mamanya sendiri, karena ia pikir itu
akan menjadi hari terakhir kebersamaannya bersama alea, namun sama sekali tidak
kesampaian karena saat diperjalanan mamanya mendadak sakit dan harus dilarikan
kerumah sakit, dan dokter memberitahu mamanya bahwa ia sudah ditahap kanker
stadium akhir dan hanya memiliki waktu lebih kurang 1 minggu.
Hancur-sehancurnya hati Alea mengetahui hal tersebut dan rasanya dunianya akan
hancur jika mamanya tidak bersama dirinya lagi. Seharian penuh mamanya
menyiapkan semua video dan foto yang ada di kaset yang Alea temukan di kamar
mama papanya.
“Jangan nangis ya sayang, mama masih
disini, kita nikmati masa yang tersisa tanpa penyesalan ya, Alea anak
kesayangan mama, nantinya kalau mama udah ga ada kamu harus jadi Alea yang
kuat, ga cengeng, mandiri dan mama yakin Alea bisa tanpa mama” ucapnya dengan
rintihan dan berusaha kuat untuk membendung air matanya.
“Maafin Alea ma, Alea sayang mama, i
love you mama”
0 Komentar