Angin, Sungai dan Aksara di Lembah Cibentang
oleh: M. Rizla Al-Fahrizy
Di sebuah kampung bernama Cibentang, yang terletak di lembah hijau Sukabumi, hidup seorang gadis bernama Maya yang gemar mendengarkan cerita leluhur dari sang kakek. Warisan budaya kampung seperti bahasa daerah, dongeng rakyat, dan alam sekitar mulai terlupakan seiring berkembangnya zaman.
Suatu hari, Maya bertemu dengan Arun, seorang pengembara yang ingin menulis cerita rakyat dari berbagai pelosok Nusantara. Bersama, mereka menjelajahi lembah dan menemukan kembali makna dari “Sungai Aksara” sungai legendaris tempat anak-anak dahulu belajar huruf dari aliran air dan batuan suci.
Namun, badai besar datang sebagai simbol kerusakan alam dan lunturnya warisan budaya. Maya dan Arun lalu mengadakan upacara kecil di tepi sungai, mengajak warga untuk kembali berbicara dalam bahasa ibu, mendongeng, dan menghormati alam sebagai bagian dari identitas mereka.
Sejak saat itu, Cibentang pun berubah, anak-anak mulai bangga dengan bahasa daerah mereka, dongeng kembali hidup di setiap rumah, dan alam dijaga sebagai bagian dari jiwa kampung. Warisan Nusantara tidak lagi hanya dikenang, tetapi dihirup dan dihidupkan dalam keseharian mereka.
.png)
0 Komentar