Menjaga Identitas Di Arus Globalisasi - Putri Aisyah Gultom


MENJAGA IDENTITAS DI ARUS GLOBALISASI
Putri Aisyah Gultom - SMA An Namiroh 1 Pekanbaru

Matahari baru saja menampakkan sinarnya dari balik awan, memantulkan cahaya yang hangat. Udara segar pagi hari menyelinap masuk dari sela-sela pepohonan membawa aroma petrikor dan dedaunan segar. Kicauan burung bersahutan, membangunkan alam dari tidurnya. Naira, gadis cantik berambut panjang dengan lesung pipi yang membuatnya manis kala tersenyum. Kegiatan pagi ini diawali dengan Naira berdiri dipinggir jalan menanti angkot menjemputnya. Beberapa saat kemudian, diujung jalan terlihat angkot hijau perlahan mengarah ke arah Naira “Pak!” teriak Naira sambil melambaikan tangan, berhentilah angkot itu di depan Naira. Lalu ia duduk di ujung angkot. Di dalam angkot cukup penuh diisi dengan ibu-ibu yang ingin ke pasar serta anak anak yang ingin pergi ke sekolah. Angkot berhenti tepat di depan sekolah Naira, SMA Negeri 12 Jakarta. Naira membayar lalu turun dan berjalan ke arah gerbang sekolah, tiba-tiba ada yang merangkul pundak Naira 

“Naira! Haiii!” ucap seseorang yang merangkulnya. 

“Rara! kamu buat aku kaget aja..!” gadis yang bernama Rara itu tersenyum manis.

“Hehe maaf ya Nai, liat nih Nai aku baru beli jepit rambut baru, bagus kan?” ucap Rara sambil menunjuk rambut nya. Naira melirik ke arah jepit rambut sambil mengangguk 

“Iya Ra, lucu.” Rara tersenyum senang, mereka terus berjalan sampai ke kelas mereka 11A. Rara dan Naira kemudia masuk dan langsung duduk di bangku mereka. 

Rara gadis manis berkulit sawo matang yang merupakan teman sebangku Naira ketika di sekolah.

“Ra, kamu tau gak yang lagi viral itu?” ujar Rara sambil meletakkan botol minumnya di meja. 

“Emang apa yang lagi viral ra?” Rara mendengus 

“Itu loh nai yang....“ belum selesai melanjutkan dialognya guru sudah datang ke kelas. 

“Nanti ya aku lanjut” Naira hanya mengangguk dan kembali fokus ke guru. 

Bel tanda istirahat pun berbunyi seluruh siswa berhamburan keluar. Rara mengeluarkan kotakmakannya begitu juga Naira, tak lama datang tiga laki laki ke bangku Rara dan Naira. Kevin, Gayvan, dan Rayanka tiga sosok lelaki yang merupakan teman akrab bagi Rara dn Naira. 

“Eh nai, ra main uno gak?” ucap Gayvan. 

“Boleh, ambillah kursi kalian ke sini” ucap Naira, ketiga laki laki itu mengambil kursi terdekat lalu duduk disekitaran meja Naira dan Rara. 

Di pertengahan permainan Naira menceletuk memecah keheningan, “Eh ra tadi kamu bicara apa tadi?” Tanya Naira, Rara yang menatap Naira dengan bingung sambil mengunyah buah di dalam mulutnya. 

“Ngomong apa emang nya nai?” ucap salah satu dari laki laki tadi 

“Oh! Ini loh yang lagi viral ituu..." 

“Yang batik itu kan ra?”potong Kevin

“Iya! Itu loh berita yang viral kalo batik kita itu diakui sama negara lain..!” ujar Rara. 

“Kalian serius? masa iya? kan sudah jelas jika batik berasal dari Indonesia” ucap Naira. 

“Ada Nai, Malaysia yang mengklaim kalo batik itu berasal dari Malaysia bukan Indonesia dan bukan hanya batik tapi masih banyak lagi kebudayaan yang mereka klaim. ” ucap Kevin sambil meletakkan kartunya. 

“Gak cuman Malaysia, China juga gitu” tambah Kevin 

“Kalian lihat dimana? Kok kalian bisa tau?” ucap Naira, Gayvan terkekeh 

“Nai, teknologi sudah canggih semua berita baik dalam negeri ataupun luar negeri ada dalam instragram atau tiktok, ya tau lah berita begituan.” Naira mengangguk paham. 

“Sekarang berita-berita carinya di tiktok atau gak instagram, atau misalnya kamu mau mengshare berita bagus ya lewat situ aja yakin deh berita kamu jadi viral” tambah Gayvan. Naira terdiam sejenak tanpa mereka sadari bel tanda masuk berbunyi, guru pun datang ke kelas 

“Eh udahan bu Sulsi sudah datang” ucap Rayanka. Mereka berdiri dari kursi lalu duduk kembali ke meja
mereka masing-masing, Bu Sulsi duduk lalu ketua kelas menyiapkan kelas. 

“Pagi anak-anak. Hari ini kita buat kelompok ya satu kelompok lima orang, mau ibu pilihin atau kalian pilih sendiri?” 

“PILIH SENDIRI BUU!!” ucap anak anak kelas dengan serentak. 

“Baik kalian pilih ya kelompok kalian masing- masing” Naira menengok ke belakang ke arah Gayvan memberikan isyarat lewat mata, Gayvan mengangguk seperti mengerti tatapan mata Naira, setelah itu Gayvan berjalan ke meja Rayanka dan Kevin mengajak ke meja Naira dan Rara. 

“Kalo sudah dapat kelompok nya, tugas nya adalah setiap kelompok membuat konten dengan tema MENJAGA IDENTITAS DI ARUS GLOBALISASI” ucap bu Sulsi, mereka mengangguk paham dan mulai berdiskusi dengan kelompoknya masing-masing. Sama seperti kelompok lain, kelompok naira juga mulai berdiskusi. Setelah diskusi lama dan panjang Naira mengusulkan 

“Bagaimana kalo kita buat konten tentang batik terus kita share ke instagram atau tiktok.” Rara mengangguk setuju lalu bertanya lagi 

“Konten ya? tapi konten batik yang bagaimana?” ucap Rara. 

Naira berpikiran hal yang sama juga lalu Raykan menyahut “Kita buat kontennya tentang sejarah dan segala hal yang berhubungan dengan batik yang ada di Indonesia, sudah simple jelas lagi. Kan semua orang lihat tuh jadi orang orang juga bakal berfikir kalo batik itu benar-benar dari Indonesia, toh kita memberikan konten tentang batik,” ucapnya, mereka mengangguk setuju 

“Keren juga pemikiran kamu, Ray,” ucap Gayvan sambil terkekeh dan merangkul pundak Raykan. 

Semenjak itu mereka terus mengerjakan konten itu dan mempostingnya di instragram dan tiktok. Setelah beberapa hari, Naira datang ke sekolah seperti biasa, tiba-tiba Rara datang dan memeluk Naira dari belakang 

“Astaga ra!” Naira kaget, Rara datang begitu saja dari belakang dan langsung memeluk Naira 

“Hehehe, maaf ya nai...soalnya aku ada hot news!!” Naira yang membereskan rambutnya dan tas nya
bertanya kembali 

“Hot news apa? Jangan bilang tentang kakak kelas yang kamu suka itu ya!” ucap Naira dengan nada sedang menggoda Rara 

“Apa sih nai!!” ucap Rara sedikit mendengus, Naira terkekeh geli 

“Terus apa ra?” Rara yang masih sedikit merengut menjawab. 

“Ini loh nai, konten yang kita buat kemarin loh nai, itu viral!” ucap Rara, seketika moodnya langsung berubah. Naira yang mendengar itu sangat senang dan terlihat begitu terkejut 

“Serius ra?! waah!! aku mau liat!” Rara mengarahkan handphone ke Naira lalu menunjukkan video yang mereka buat dan benar kata Rara konten yang mereka buat menjadi viral. 

Ketika di lapangan untuk melaksanakan rutinitas wajib di Senin pagi yaitu upacara, Rara terus mengeluh karena panas. Setelah upacara selesai semua anak murid tidak diperbolehkan kembali ke kelas dulu, karena biasanya akan ada pengumuman penting dari guru. Kemudian Naira dan Rara duduk dibarisan mereka masing-masing disitulah Bu Sulsi datang berdiri didepan semua anak murid 

“Selamat pagi anak-anak, ibu ingin menyampaikan apresiasi untuk sekelompok anak murid dari kelas 11A karena mereka telah membuat kita semua bangga, silahkan maju Naira, Rara, Gayvan, Raykan dan Kevin.” 

Mereka terlihat sangat bingung. Mereka maju ke depan tepat disamping bu Sulsi berdiri 

“Ada yang tau gak kenapa mereka ibu suruh maju kedepan?” semua anak berbisik pada teman teman di samping nyaa juga ikut penasaran kenapa mereka berlima diajak maju ke depan 

“Nah mereka membuat konten tugas tentang batik dan mempostingnya di instagram. Postingannya tidak hanya sekedar vidio pendek. Tapi mengenai sejarah dan segala hal mengenai batik yang dirangkum menjadi satu dan dijadikan video pendek yang bisa dilihat oleh semua orang pengguna sosial media, mungkin kalian bertanya ‘apasih kok cuman gara gara konten simple gitu mereka di apresiasi?’ nah ... di era globalisasi saat ini kita mengenal banyak mengenai budaya atau karekteristik suatu negara atau daerah tertentu. Tanpa kita sadari ada beberapa negara yang mengklaim atau menyatakan bahwa budaya atau adat istiadat tersebut mereka klaim begitu saja. contohnya batik ini ada beberapa warga malaysia yang mengklaim bahwa batik merupakan pakaian tradisional dari negri jiran. Ada artis luar negri yang bilang bahwa dia bingung dengan asal-usul batik ini. Sebab, batik itu sendiri berasal dari Indonesia,” jelas bu Sulsi panjang lebar, semua murid mengganguk paham dan setuju 

“Nah... karna itu lah ibu membuat tugas kelompok yang bertema MENJAGA IDENTITAS DI ARUS GLOBALISASI. mereka berlima ini memilih untuk memberikan edukasi tentang sejarah batik yang memperlihatkan dan memberitahu bahwa identitas batik tersebut kepada banyak orang, sampai walikota mengomentar di konten mereka,” ucap bu Sulsi senang. 

"Maka dari itu kita sebaga penerus bangsa harus bangga dan terus melestarikan serta menjaga kebudayaan dana warisan leluhur kita agar tidak tergerus oleh zaman," tambah Bu Sulsi. Semua anak murid memberikan tepukan tangan yang begitu meriah ke mereka. Mereka hanya tersenyum bangga dengan apa yang mereka perbuat.


 

Posting Komentar

0 Komentar