Language: Unlimited Sounds - Muhammad Ridhuan Al-Ardi


 Language: Unlimited Sounds 
Muhammad Ridhuan Al-Ardi - SMK Farmatikom Pekanbaru

Di sebuah kota kecil yang damai, tinggallah seorang pemuda bernama Hikaru. Ia seorang pelajar cerdas yang selalu merasa bahwa bahasa adalah sekadar alat komunikasi, tak lebih dari itu. Bagi Hikaru, bahasa tak lebih dari sekumpulan kata yang diatur sesuai aturan tata bahasa. Hidup Hikaru berubah setelah bertemu dengan gadis yang bernama Mayaka. Mayaka adalah gadis yang berbeda dari kebanyakan teman sebayanya. Ia memiliki ketertarikan besar pada bahasa dan budaya. Baginya, bahasa adalah jiwa dari sebuah peradaban; setiap kata yang diucapkan membawa jejak sejarah, emosi, dan nilai-nilai yang diwariskan dari generasi ke generasi. Di setiap tatapan matanya yang lembut, terpancar semangat antusias yang begitu kuat saat berbicara tentang bahasa-bahasa dari berbagai belahan dunia. “Hikaru, kau tahu? Bahasa bukan hanya sekadar kata-kata. Bahasa adalah identitas kita,” ucap Mayaka suatu hari di kursi taman Sekolah sambil memandang langit yang cerah dan menikmati angin sepoi-sepoi. Matanya berbinar penuh keyakinan. "Di era globalisasi ini, bahasa adalah senjata terkuat untuk menjaga identitas budaya kita." Hikaru memandang Mayaka dengan alis terangkat. "Aku rasa, bahasa hanyalah cara kita untuk berbicara satu sama lain, tidak lebih," jawab Hikaru acuh tak acuh, tanpa sadar kata-katanya mengandung bias yang seakan merendahkan keyakinan Mayaka. Mayaka tersenyum tipis, senyum yang penuh pengertian. "Itu karena kau belum menyadari kekuatannya, Hikaru. Di dunia yang semakin terhubung ini, bahasa bukan hanya tentang bicara, tetapi juga tentang memahami dan dihargai." Hari-hari berlalu, dan Hikaru mulai memperhatikan perubahan yang terjadi di sekelilingnya. Sekolahnya kedatangan banyak siswa asing yang mengikuti program pertukaran pelajar. Suasana di kelas menjadi lebih beragam,

Judul : ”Language:Unlimited Sounds”
Nama : Muhammad Ridhuan Al-Ardi
Instansi : SMK Farmatikom Pekanbaru

dengan beragam bahasa yang terdengar di setiap sudut. Bahasa Inggris menjadi alat komunikasi utama di antara mereka, namun di sela-sela itu terdengar sapaan dalam bahasa Mandarin, Spanyol, Prancis, hingga Jepang. Sebuah kejadian sederhana akhirnya menyadarkan Hikaru akan pentingnya bahasa. Suatu hari, seorang siswi baru asal Jepang bernama Yamada meminta Hikaru Untuk menunjukkan jalan. Meski Hikaru mahir dalam bahasa Inggris dan juga mengikuti kelas Bahasa Jepang, ia kesulitan menjelaskan arah dengan tepat kepada Yamada. Ada kekosongan yang tak bisa diisi oleh keterbatasan bahasanya. Saat itulah ia merasakan ketidakmampuannya dalam menyampaikan ide-ide yang sesungguhnya sederhana. "Bahasa bukan hanya tentang mengerti, tapi juga tentang diterima," suara lembut Mayaka terngiang kembali di benaknya. Kejadian itu membuka mata hati Hikaru. Ia mulai melihat bahasa dari sudut pandang yang berbeda. Bahasa adalah jembatan yang menghubungkan perbedaan budaya, alat yang bisa memperluas wawasan, serta sarana untuk membangun hubungan lebih dalam dengan orang lain. Tanpa kemampuan berbahasa yang baik, dunia terasa lebih sempit dan penuh batas. Semakin hari, Hikaru semakin mendalami belajar bahasa asing. Ia mulai menguasai dasar-dasar bahasa Jepang dan memperbaiki aksennya dalam berbahasa Inggris. Setiap kali berhasil memahami kata-kata baru dalam bahasa asing, ia merasakan keajaiban seakan menemukan dunia baru yang sebelumnya tersembunyi. "Hikaru, Welcome to Unlimited Sounds"kata Mayaka suatu hari ketika mereka duduk bersama di taman sekolah. "Kau akhirnya mengerti, bahwa bahasa bukan hanya tentang bicara. Bahasa adalah cara kita menyentuh hati orang lain, memahami makna yang tidak selalu terlihat."

Judul : ”Language:Unlimited Sounds”
Nama : Muhammad Ridhuan Al-Ardi
Instansi : SMK Farmatikom Pekanbaru

Hikaru tersenyum tulus. "Aku mengerti sekarang, Mayaka. Bahasa adalah pintu menuju dunia yang lebih luas. Di era globalisasi ini, bahasa adalah kunci untuk memahami keberagaman, tanpa harus kehilangan jati diri kita." Mayaka mengangguk pelan. "Kita hidup di dunia yang begitu luas, Hikaru. Semakin banyak bahasa yang kita kuasai, semakin banyak pula dunia yang bisa kita masuki." Sejak hari itu, Hikaru tidak lagi memandang bahasa hanya sebagai sekumpulan kata-kata. Baginya, bahasa telah menjadi alat untuk mengerti dunia. Dan Hikaru pun menjadi akrab dengan siswi asal Jepang yang bernama Yamada, Ternyata gadis ini memiliki perasaan khusus sejak pertama kali bertemu dengan Hikaru. Suatu ketika, Yamada melihat Hikaru sedang belajar dengan Mayaka di Perpustakaan, Yamada pun ikut nimbrung dengan mereka walau Yamada tidak terlalu suka membaca buku; "Yoo, Hikaru!!!" Sapa Yamada dengan antusias karna bertemu dengan orang yang disukai nya, Semua orang di perpustakaan menatap Yamada karna suara nya menggema mengisi kesunyian perpustakaan. Hikaru menaruh telunjuk nya di bibir nya untuk menyuruh Yamada tidak terlalu berisik,Hikaru pun mengajak Mayaka dan Yamada untuk pindah tempat ke kantin. Lalu, "Percakapan Beragam Bahasa" Mereka pun dimulai...
"Mōsugu Ryō-kun ni aenaku narukara nihongo de iwanakya ikenainoni (aku harus mengatakan nya walau harus dalam bahasa Jepang karena aku tidak akan bisa berjumpa dengan Hikaru-kun lagi)" ucap Yamada dalam hatinya,

"Yamada?Kenapa Tiba-tiba diam?" Tanya Hikaru dengan penasaran, "A- aishteru(a-aku mencintaimu)!" Kata Yamada kepada Hikaru, mendengar hal itu

Mayaka yang tadinya acuh tak acuh dengan percakapan mereka langsung kaget karna dia tau arti kata tersebut sedangkan Hikaru kebingungan karna Dia belum mempelajari kata 'itu' di kelas Bahasa Jepang nya.

Judul : ”Language:Unlimited Sounds”
Nama : Muhammad Ridhuan Al-Ardi
Instansi : SMK Farmatikom Pekanbaru

Keesokan harinya, Program pertukaran pelajar telah usai dan murid-murid itu telah kembali ke negara mereka masing-masing. Rasa Kebingungan bercampur aduk dengan kesedihan karna Hikaru tidak sempat mengucapkan 'Selamat tinggal' kepada Yamada dan dia masih kebingungan dengan kata yang diucapkannya, Mayaka tetap tutup mulut dengan arti kata itu agar hati Hikaru tidak bertambah luka. Pada Akhirnya, Hikaru masih memiliki satu lobang kecil yang kosong didalam dirinya. Yang tersisa hanyalah sebuah penyesalan.

Posting Komentar

0 Komentar