Mindset Yang Sehat
Rahma Khairunnisa Sinaga-SMK IT AL-IZHAR PERBANKAN SYARI’AH PEKANBARU
Awan mendung mulai mengepung dan menutup birunya langit. Lambat laun suara berisik mulai timbul akibat pantulan air di atas genteng, dari awan yang tak mampu lagi membendung air. Sungguh suasana ini begitu mendukung bagi Varsha yang tengah berdiam diri di suatu rungan minim cahaya. Ia adalah seorang gadis pecinta damai dalam sepi. Menyukai gelap bukan berarti fanatik cahaya, hanya saja rasanya sangat nyaman untuk dirinya yang saat ini tengah merasa kosong.
Tubuhnya senantiasa terbaring di atas sofa dengan menghadap ke langit-langit rumah yang bersih. Kamar bernuansa vintage itu hanya bermodalkan penerang dari cahaya pagi yang redup. Pandangan Varsha pun beralih ke arah jendela dan melihat guyuran hujan yang deras bak shower raksasa. Gadis itu
menghela nafasnya, kemudian beranjak dari sana dan menyalakan lampu. Varsha melihat ke sekeliling kamarnya yang berantakan. Kuas dan cat akrilik berserakan dimana-dimana, kanvas dengan lukisan yang belum siap, serta noda cat yang menghiasi lantai kamanya. “Ya ampun, berantakkan banget!” Keluh Varsha walaupun ia sendiri penyebab kamarnya kotor. Varsha segera membersihkan noda cat menggunakan tiner, karena jika dengan air biasa, nodanya masih meninggalkan jejak. Kemudian ia meletakkan kuas, cat dan palet ke tempat semula. Sejenak ia terpaku pada lukisan yang ia buat sembari berkacak pinggang. Lukisan itu terlihat abstrak, namun jika di lihat lebih detail lagi, maka terlihatlah gambar seorang gadis berpayung ditengah rintikkan hujan. “Dilihat-lihat, ini masih terlalu biasa dan ambigu,” gumam Varsha menilai lukisannya sendiri.
Kemudian ia menggantung kanvas persegi itu pada gantungan yang telah ia pasang di dinding kamarnya. Yah, banyak lukisan yang ia gantung dan dijadikan pajangan sebagai bentuk apresiasi dirinya sendiri. Semua itu adalah hasil pelampiasan perasaan maupun emosional yang ia tuangkan dalam bentuk lukisan. Varsha memang sudah mempunyai hobi melukis sejak kecil, bahkan ia juga mengkoleksi beberapa buku sketsa, kanvas, serta alat-alat lukis lainnya. Namun kali ini ia tengah mengalami art block, yaitu kondisi dimana seseorang mengalami kehilangan ide ataupun kreativitas dalam membuat karya seni. Hal ini disebabkan gara-gara ia kalah kompetisi melukis kemarin. Padahal, ia sudah berlatih keras hanya untuk hasil terbaik. Namun kontestan lain yang lebih berpengalaman mengalahkan dirinya, sehingga ia berkecil hati. Varsha merasa, latihannya selama ini hanya sia-sia, karena karya manualnya dikalahkan oleh pengguna digital art. Memang, di era globalisasi ini nyaris semuanya serba digital, salah satunya digital art. Bahkan hanya dengan teknologi AI saja, mereka tinggal menjiplak tanpa harus susah-susah mencari referensi yang bisa dijadikan visual dengan tangan sendiri. Namun kembali pada diri masing-masing, karena seni seharusnya dihasilkan dari kreativias alami. Tak peduli semahal apa dan secanggih apa alat itu demi menghasilkan salah satu seni. Yang terpenting apa makna yang terselubung dari dihasilkannya suatu seni, salah satunya lukisan. Varsha pun kembali berpikir dan menyadari bahwa persepsinya salah, jika gagal kenapa tidak mencoba lagi. Padahal masih banyak kesempatan. Ini bukan tentang seni manual ataupun seni modern, tapi pola pikir yang harus di ubah. Jangan berpikiran buruk terhadap diri masing-masing atau bahkan menilai buruk kemampuan masing-masing. Jika gagal, berjuanglah kembali. Karena mindset yang positif sangat berpengaruh pada kehidupan. Setelah gadis itu berperang dengan pikirannya sendiri, ia pun kembali bersemangat untuk melakukan hobinya. Dengan riang, ia kembali mengambil sebingkai kanvas, dan menyiapkan cat, palet serta kuas. Kemudian Varshapun mulai melukis. Jari-jemari lentiknya dengan lihai dan telaten memposisikan kuas kearah kanvas yang bersih. Warna demi warna ia yang ia oleskan menghasilkan kontras yang indah. Hingga sampailah pada sentuhan akhir dan lukisan itupun selesai. Varsha cukup puas dengan hasilnya, karena ini adalah karya alami yang ia ciptakan. Kemudian, Varsha memfoto lukisannya dan mengunggahnya ke media sosial, dengan keterangan ‘Seni lukis tradisi harus tetap eksis dan berkembang demi menjaga kelestarian seni tradisi’. Beberapa menit kemudian, notifikasi berbunyi sedikit brutal dari ponsel pintar miliknya. Dengan segera Varsha memeriksanya, dan betapa terkejutnya bahwa postingan yang ia unggah cukup menarik perhatian para publik. Banyak ‘Suka’ yang ia terima dari postingan itu, serta respon positif dari mereka. Melihat itu, Varsha sangat senang, ternyata banyak yang menyukai lukisannya. Lukisan itu bergambar seorang anak perempuan yang memegang bunga daisy sembari tersenyum. Makna dari lukisan tersebut diambil dari bunga daisy itu sendiri, yang merupakan simbol keceriaan serta semangat murni dan awal baru yang sukses. Yah, lukisan itu adalah gambaran dari perasaan yang tengah Varsha rasakan saat ini.
0 Komentar