Di Jantung Melayu, Aku Bersajak - Habibul Fikri Rizani

 

Di Jantung Melayu, Aku Bersajak


Habibul Fikri Rizani_MAN 1 Pekanbaru


Di jantung Melayu, kuhirup harum sejarah,

angin bersyair di sela sulur tanjak dan songket.

Langkah zapin menari pada nadi yang resah,

menyulam makna di degup gong dan palet.


Langit Siak berkabut rindu masa silam,


kompang bergaung, memanggil suara yang lama terpendam.

Pantun bertutur di lidah para leluhur diam-diam,

menyimpan petuah dalam bait yang tak pernah padam.


Labu sayong tak sekadar wadah air,

ia mengalirkan warisan dalam senyap yang mengakar.

Kayu ukir, caping, dan biduk yang menyeberang takir,

menjadi bahasa yang tak lekang meski zaman bergulir.


Dari Gema Tanah Datar hingga lubuk Kampar,

aksara rebana berpadu dalam syair yang sabar.

Kudengar nyanyi sunyi petani di ladang pagar,

melagukan budaya dalam kerja dan sabar.


Tiadakah engkau dengar, wahai zaman yang gempita,

kami masih menjaga harum gaharu dan suara rebana.

Walau beton menjulang dan waktu kian nyata,

nusantara kami tak gentar dijerat lupa.


Sebab sajakku adalah rumah bagi yang kehilangan akar,

mewakili suara yang ditindih deru pasar.

Di jantung Melayu, di Pekanbaru yang sabar,

aku bersajak—agar budaya tetap mekar.

Posting Komentar

0 Komentar