SMP NEGERI 2 MANDAU
LIDAH YANG TAK BOLEH MATI
OLEH: TIA IMELDA
Aku menulis bukan dengan tinta,
tapi dengan luka yang tinggal bersama cerita.
Dari kisah nenek yang kini hanya bisik
di antara hiruk pikuk perkembangan Zaman
Kau tahu,
sastra bukan sekadar kata
ia darah yang menetes dari mulut sejarah,
yang dulu dibaca di serambi,
dijaga dalam dada para bijak
sebelum dunia terlalu bising untuk mendengar.
Kini kita berdiri
di tengah gemuruh yang menelan rima,
di antara generasi yang hafal slogan tapi lupa seloka.
Layar menyala,
namun halaman kertas merapuh
Wahai anak negeri,
jika engkau buang puisi ke tong besi,
maka hilanglah wajahmu dari cermin bumi.
Karena bangsa tak hanya hidup dari gedung menjulang,
tapi juga dari bahasa yang pulang ke akar.
Mari kita rajut kembali aksara
dengan napas yang tak ingin punah.
Bangkitkan dongeng dari debu,
SMP NEGERI 2 MANDAU
hembuskan mantra pada puing-puing hikayat.
Biar generasi tahu,
bahwa kata bisa menjadi pelita
di tengah gelap jati diri.
Aku menulis karena tak ingin
anak cucuku nanti
berbicara tanpa mengenal dirinya.
Aku menulis agar lidah ini tetap hidup,
meski dunia tak lagi diam.
BENGKALIS, 21 APRIL 2025
0 Komentar