Reyog Ponorogo
Karya: Muhammad Mufthi - SMAN 1 BADEGAN
Di pagi yang dingin dan penuh keluh,
Secangkir kopi mengepul sendu,
Pahitnya pekat menyentuh lidah,
Seperti hidup yang terus mengadu.
Di panggung reyog, warok menari,
Gamelan bertalu, angklung berbunyi,
Namun di balik gerak yang lestari,
Ada perut yang kian menyempit sendiri.
Tanganku menari di atas kanvas,
Kakiku melangkah di lantai panggung,
Budaya ini warisan emas,
Tapi upahnya serupa bayang terapung.
Berpeluh menjaga seni negeri,
Namun dapur tetap dingin sepi,
Di antara sorak dan tepuk tangan,
Esok makan pun masih pertanyaan.
Kusesap kopi dingin yang hampir habis,
Pahitnya serupa nasib seniman,
Tapi selama budaya masih bernapas,
Tak akan kubiarkan ia tenggelam pelan
0 Komentar