Simfoni Upah-Upah - Daniah Rahmah

 


Simfoni Upah-Upah

Karya: Daniah Rahmah
Asal Sekolah : SMA Negeri 2 Rambah Hilir

Bercinta lewat kata
Berkelana tentu bersamanya
Namun apa daya, bila tuhan mengambilnya

Semua yang membuatmu ada
Tiba-tiba menghantam, menjatuhkan
Terasa perih, laksana luka terbuka

Tak semua mata mampu tuk melihat
Terpuruk di lembah nan sangat dalam
Hempasan yang membuat tak sanggup lagi
Menatap eloknya alam semesta

Semangatku musnah tanpa sisa
Keberanian, kau renggut
Menjauh ke langit tinggi, sulit dijangkau

Ketika,
Hadiah yang kau beri membuatku terbaring lesu,
Hari bahkan pekan pun berlalu
Angin kencang yang mengacaukan segala,
Harta benda seolah tak berguna,
Terombang-ambing laksana sampah di arus derita
Dibalik daur hidup yang harus dijalani,

Kepingan demi kepingan perlahan akan sampai,
Dengan primadona mengikat janji,
Mentari, rembulan, semesta sang pemikat hati
Terdengar tonggeret berbunyi memecah keheningan malam sebuah desa,
Tetap bisa mengalun benang mimpi bermuara,
Bila ditangkap, itukan menjadi nyata

Semangat nan hilang akan dikembalikan
Kepercayaan diri diberikan
Untaian kasih yang berdiri kokoh lewat dua tangan yang selalu ditadahkan
Namun orang katakan juga sebagai sambutan

Ini bukan tradisi sembarang
Asap kemenyan telah menghidu, terletak di atas tempurung
Sekilas berlalu, menabur pula beras kuning

Sejengkal di atas kepala
Tujuh kali bila dikira
Gerakannya berputar ke arah bukan tempat jam tangan lumrah berada
Nampan terangkat di antara dua belah tangan tetua

Ayam panggang penuh kelezatan
Di atas nasi bertingkat dalam pandangan
Berwarna simbol kejayaan
Diracik Mak Cik dari rimpang tanaman

Sungguh ini tradisi sederhana, sarat akan makna
Layak disampaikan pada dunia
Aksara dalam sajak ditulis seorang gadis desa, di atas meja lama
Inginkan "upah-upah" tak lekang oleh masa
Muara Rumbai (Rokan Hulu - Riau), 17 April 2025


Posting Komentar

0 Komentar