SMPS YKPP Sungai Pakning
Bernafas Kembali
Aunatullah Uzhma
Di tepi sungai yang mulai sepi,
pantun tak lagi bersahut dari lidah anak negeri.
Irama kompang yang dulu menggema,
kini hanya tersisa gema di dada para tua.
Anyaman pandan teronggok di sudut rumah,
tak lagi disentuh tangan halus yang dulu ramah.
Baju kurung tergantung tanpa makna,
seakan menunggu waktu menua bersama cerita lama.
Namun—lihatlah,
dari balik senja yang hampir padam,
muncul langkah-langkah muda membawa harapan.
Pemuda pemudi menggenggam warisan,
menghidupkan tarian, melantunkan syair dalam senyuman.
Mereka bukan sekadar meniru masa silam,
tetapi menanam akar agar tetap dalam.
Dari layar digital hingga panggung budaya,
Melayu kembali bersuara:
“Aku masih ada.”
Kini pantun kembali berbalas,
kompang bergema di jalan-jalan luas.
Budaya bukan lagi kisah usang di buku,
tapi napas yang hidup di dada anak bangsaku.
Selama masih ada hati yang mencinta,
selama masih ada tangan yang menjaga,
budaya Melayu takkan punah sia-sia—
ia akan terus bernafas,
bersama jiwa muda Indonesia.
.png)
0 Komentar