Istana Siak sebagai warisan budaya Nusantara
Indonesia memiliki banyak sekali kerajaan-kerajaan yang tersebar
di berbagai wilayahnya, salah satunya terletak di provinsi Riau, daerah yang
di kelilingi dengan limpahan minyak bumi dan kelapa sawit, kerajaan ini
tepatnya di Siak Sri Indrapura, keberadaannya tidak jauh dari Sungai Jantan
yang saat ini disebut Sungai Siak. Kerajaan ini memiliki jasa yang amat
luar biasa, ketika Indonsia merdeka, kerajaa bergabung ke-NKRI pada tahun
1949 dengan menyerahkan kekuasaannya, mahkota yang terbuat dari emas
intan permata rubi seharga 190 Triliun, serta uang sejumlah 13 Juta Golden
untuk NKRI. Siapakah kerajaan ini? Kerajaan Siak atau nama istana nya
Asserayah Hasyimiah, dijuluki sebagai Istana Matahari Timur. Berdiri pada
tahun 1889 oleh Sultan Syarif Hasim Abdul Jalil Syaifuddin, penguasa ke-
11 Kesultanan Siak.
Istana Siak dibangun pada tahun 1889 oleh arsitek yang berasal dari
Jerman bernama Vande Morte, istana tersebut terbuat dari beton, dihiasi
corak khas Arab, Melayu, Eropa, dan dilapisi cat berwarna putih sebagai
gaya arsitektur Eropa. Di sekitar halaman istana ditumbuhi dengan pohon
Palam Putri sebagai hiasan yang memanjakan mata dengan warna hijaunya,
dilihat sekelilingnya bukan hanya pohon Palam Putri, tetapi juga terdapat
beberapa meriam yang berdiri kokoh peninggalan kesultanan Siak, di
sebelah kanan halaman istana terdapat sebuah kapal yang disebut Kapal
Kato. Kapal peninggalan Sultan Siak, terbuat dari besi dan digerakkan
dengan mesin uap yang berbahan bakar batu bara, Kapal ini memiliki
panjang 12 meter dan berat 1 ton, fungsinya sebagai transportasi
pribadi Sultan Siak untuk mengunjungi wilayah kekuasaannya.
Setelah melihat halaman sekitaran istana, kita mulai memasuki
bangunan istana, yang awalnya menaiki beberapa anak tangga. Di ruangan
pertama berisi foto-foto bersejarah seperti foto Soekarno Hatta dan Sultan,
yang dimana pada saat itu Indonesia berpusat di Yogyakarta. Selain foto
juga terdapat Gendang Nobat yang dibunyikan ketika Sultan dinobatkan
sebagai raja. Ruangan tersebut berfungsi sebagai penerima tamu dan
wisatawan.
Di ruang tengah istana khususnya tempat Sultan bersama 4 Datuk
untuk menerima tamu, ruangan tersebut terdapat banyak sekali kaca-kaca
besar yang berfungsi memantulkan cahaya agar ruangan tampak terang serta
membuat pandangan menjadi luas, pengganti CCTV, dan sebagai intropeksi
diri.
Di depan ruang tengah tadi terdapat sebuah meja makan khusus
untuk para wanita dan Permaisuri raja beserta lampu kristal yang diimpor
langsung dari Ceko pada tahun 1896. Di sisi kiri ruangan terdapat vas
keramik berwarna merah yang dibeli dari Eropa pada abad-18 Dinasti Ming,
dan di sisi kanan ruangan juga terdapat vas keramik berwarna hijau, hadiah
dari Cina pada abad-16.
Lalu di sudut kiri ruangan, terdapat cermin yang digunakan
Permaisuri, konon jika kita berkaca di cermin tersebut, wajah kita terlihat
cantik dan awet muda karna tertular oleh kecantikan Permaisuri. Cermin ini
tidak hanya menarik secara fisik, tetapi juga mencerminkan kekayaan
budaya, simbolisme, dan kemewahan Kerajaan Siak di masa lampau.
Kemudian di ruangan sebelah kiri, terselip keris-keris peninggalan
raja, cendera mata, piring hitam, pecah belah dari kristal, Alquran Istambul,
jam sangkar burung, kap lampu, maket Istana Pagaruyung, talam, maket
Masjid Sahabuddin, bendera merah putih yang dikibarkan pertama kali di
istana, meriam, dan koleksi foto-foto bersejarah peninggalan Kerajaan Siak.
Selanjutnya di ruangan sebelah kanan, tampak sebuah meja pertemuan,
duplikat singgasana raja, lukisan gading, pecah belah dari kristal, dan komet
yang hanya ada dua di dunia, komet tersebut dibawa oleh Sultan Siak XI
dari Jerman pada tahun 1896. Alat musik bersejarah yang menyerupai
gramofon yang memainkan musik klasik dari komposer seperti Beethoven
dan Mozart menggunakan piringan baja yang diputar secara manual.
Sebelum menaiki tangga ke-lantai dua di samping tangga tampak
sebuah berangkas misterius yang terbuat dari besi, beratnya hampir 1 ton,
berangkas tersebut sampai sekarang belum bisa dibuka karena kuncinya
dibuang ke-Sungai Siak oleh seseorang yang bernama Wak Molah, ia
membuang kunci tersebut karena tidak sanggup menuruti perintah raja
untuk menjaga kunci tersebut.
Di lantai dua terdiri dari sembilan ruangan dan terdapat kamar raja
dan tamu-tamunya sebagai tempat peristirahatan mereka, di beberapa
ruangan tersebut terselip foto-foto bersejarah, tongkat khotbah, pakaian-
pakaian pernikahan, dan senjata-senjata peninggalan raja dari masa
peperangan.
Banyak cerita yang telah digambarkan oleh Kerajaan Siak di masa-
masa kejayaannya, terutama ketika Indonesia telah merdeka kerajaan ini
menyerahkan kerajaannya demi bersatu dan berjuang bersama NKRI
sebagai bentuk rasa cinta kepada bangsa Indonesia, dan kita sebagai
generasi penerus bangsa harus menjaga kelestarian budaya yang ada di Siak
serta tidak melupakan cerita sejarah-sejarah Kesultanan Siak dan
melestarikan budaya-budaya yang ada di Siak kepada anak cucu kita agar
hal tersebut tidak terlupakan dan hilang dari peradaban dunia.
.png)
0 Komentar