Masjid Jami' Air Tiris dibangun pada tahun 1901 atas prakarsa ulama bernama Engku Muda Songkal sebagai Panitian pembangunannya yang disebut dengan "Ninik Mamak Nan Duo Boleh" (para tokoh adat dari berbagai suku). Masjid ini merupakan yang tertua di Provinsi Riau dan memiliki keunikan arsitektur karena dibangun tanpa paku, melainkan menggunakan pasak tiang kayu. Selain itu, masjid ini memiliki sejarah panjang dan menjadi objek wisata religi di Desa Tanjung Berulak, Kabupaten Kampar. Tahun 1904 masjid ini selesai dibangun dan diresmikan oleh seluruh masyarakat Air Tiris dengan menyembelih 10 ekor kerbau bentuk rasa syukur. Konon, saat zaman penjajahan Belanda, masjid ini pernah dicoba dibakar tetapi tidak hangus.
Masjid ini terletak di desa Tanjung Berulak, Pasar Usang, Kecamatan Kampar, Kabupaten Kampar, Riau, Indonesia. Berjarak Lebih kurang 13 km dari Bangkinang, Ibu kota Kabupaten Kampar dan 52 km dari Pekanbaru, Riau, Indonesia. Masjid Al Jami’ merupakan salah satu masjid yang memiliki nilai sejarah dan keindahan tersendiri. Masjid ini tidak hanya menjadi tempat ibadah umat islam, tetapi juga menjadi pusat kegiatan keagamaan, pendidikan dan sosial bagi masyarakat disekitarnya. Nama Al Jami’ berarti “tempat berkumpul” dan
makna itu benar-benar terlihat dari peran masjid ini yang menjadi tempat umat bersatu dalam kebersamaan dan keimanan.
Dari kejauhan, masjid Al Jami’ tampak megah dengan arsitektur yang indah dan menenagkan. Bangunannya berdiri kokoh dengan dinding berwarna putih bersih yang memantulkan cahaya matahari memberikan kesan suci dan damai. Dibagian depan terdapat halaman luas dengan pepohonan rindang dan taman kecil serta kolam ikan yang dibagi menjadi dua yaitu laki-laki dan perempuan, dijadikan sebagai terapi kaki bagi para umat yang mengunjunginya. Di luar masjid terdapat sebuah batu unik berbentuk seperti kepala kerbau yang konon berpindah-pindah secara misterius di dalam bak air di sisi masjid. Batu ini awalnya digunakan sebagai pondasi, namun selalu bergerak entah bagaimana, dan sekarang hanya berputar menghadap kiblat. Ada juga yang mengatakan bahwa batu ini bisa menyembuhkan segala penyakit dengan cara di minum atau dimandikan.
Arsitektur masjid ini menunjukkan adanya perpaduan gaya arsitektur Minangkabau dan Melayu, dengan atap berbentuk Surau yang memiliki tiga limas yang lentik di ujung-ujungnya. Masjid Al Jami’ memiliki kubah besar berwarna emas yang menjadi ciri khasnya. Di dalamnya, masjid ini memiliki ruang utama yang sangat luas dan bersih. Keunikan masjid ini adalah, bahwa seluruh bagian bangunan terbuat dari kayu, tanpa menggunakan besi sedikitpun, termasuk paku. Bangunan ini menggunakan 40 tiang batang kayu. Tiang tersebut melambangkan jumlah 40 orang sebagai syarat mendirikan sholat Jumat berjamaah.
Pada dinding bangunan, terdapat ornamen ukiran yang mirip dengan ukiran yang terdapat di dalam masjid di Sumatra barat. Di dinding masjid terdapat ukiran yang memiliki makna. Makna ukiran berbeda beda tergantung penempatannya. Mihrab (tempat imam memimpin salat) kaligrafi yang berkaitan dengan arah kiblat, keimanan, atau ketakwaan. Tujuannya untuk mewmperkuat focus spiritual Jemaah. Mimbar (tempat khotbah) kaligrafi yang melambangkan kemuliaan islam dan ajaran Nabi Muhammad SAW. Dinding dan pintu atau jendela dapat menampilkan kombinasi pola geometris dan kaligrafi, berfungsi
untuk pengingat akan kebesaran Allah dan keindahan ciptaannya. Lantainya dilapisi karpet merah lembut. Sementara dindingnya dihiasi indah bertuliskan ayat-ayat suci Al-Qur’an.
Di sisi kiri masjid, terdapat tempat wudhu laki-laki dengan aliran air yang jernih dan teratur. Selain itu, terdapat pula tempat wudhu perepuan, ruangannya skhusus untuk perempuan yang terjaga kebersihan dan kenyamananya. Semua fasilitas di masjid Al Jami’ di rawat dengan baik oleh para pengurus dan relawan yang dengan tulus menjaga rumah Allah ini. Masjid Al Jami’ bukan hanya tempat untuk menunaikan ibadah wajib seperti salat lima waktu atau salat Jum’at, tetapi juga menjadi pusat kegiatan keagamaan masyarakat. Disini sering diadakan pengajian rutin, kajian tafsir Al-Qur’an kegiatan remaja masjid hingga santunan bagi anak yatim dan fakir miskin. Setiap bulan ramadhan, suasana masjid semakin hidup, banyak jamaah datang untuk tadarus, berbuka puasa bersama dan melaksanakan salat tarawih. Semangat kebersamaan terasa sangat kuat, menggambarkan indahnya persaudaraan dalam islam.
Keindahan dan keagungan masjid Al Jami’menjadi bukti bahwa rumah ibadah bukan sekedar tempat untuk salat melainkan juga pusat kehidupan umat yang penuh makna. Masjid ini mengajarkan kita tentang kebersamaan, ketulusan dan rasa syukur. Masjid Al Jami’ adalah kebanggan umat, tempat dimana hati disucikan dan jiwa dikuatkan. Semoga masjid ini selalu ramai oleeh jamaah. Selalu bersinar dengan ilmu dan amal, serta selalu menjadi pelita bagi umat islam dalama menampak jalan kebenaran.
.png)
0 Komentar