Peninggalan Kerajaan Islam dan Budha - Farhan


Peninggalan Kerajaan Islam dan Budha
Karya: Farhan 

 Indonesia adalah Negara yang beragam suku bangsa, bahasa, agama, ras,  budaya dan kekayaan sumber daya alam. Di Provinsi Riau ada banyak  peninggalan Islam dan ada satu peninggalan Buddha. Peninggalan Kerajaan Islam  yaitu Istana Siak Sri Indrapura dan memiliki nama lain yaitu Istana Asserayah  Hasyimiah atau Istana Matahari Timur.  

Istana Siak Sri Indrapura adalah kerajaan islam terbesar yang ada di  Provinsi Riau, dibangun oleh Sultan Assyaidis Syarief Hasyim Abdul Jalil  Syaifuddin pada Tahun 1889 dan menjadi kerajaan yang paling disegani  seprovinsi Riau karena sebagai identitas budaya bangsa Melayu. Istana Siak Sri  Indrapura beralamat di Jalan Sultan Syarif Kasim, Kp. Dalam, Kabupaten Siak,  Riau. 

Istana Siak berwarna kuning cerah, melambangkan kebesaran  Melayu. Warna ini terlihat pada bangunan utama istana, sementara bagian lainnya  juga menggunakan warna-warna lain seperti hijau lumut, merah darah burung 

dara, dan sedikit warna hitam serta putih. Dinding istana siak dilapisi dengan  keramik berkualitas tinggi yang di datangkan langsung dari Prancis. Arsitekstur  Istana siak merupakan gabungan gaya Melayu, Eropa, dan Arab dengan pilar  bulat, lengkungan, dan hiasan mozaik kaca pada jendela dan pintu. 

Istana Siak Sri Indrapura memiliki infrastruktur yang unik, dengan  bangunan dua lantai, empat pilar yang berbentuk bulat dengan hiasan burung  garuda yang melambangkan keberanian dan kekuasaan. Terdapat 15 ruangan dari  kedua lantai. Di lantai satu terdapat 6 ruangan yang berfungsi sebagai ruang  sidang kerjaan, ruang tamu, dan ruang pesta. Di lantai dua terdapat 9 ruangan  berfungsi sebagai ruangan peristirahatan sultan dan tamu istana. 

Istana Siak Sri Indrapura memiliki banyak koleksi salah satunya koleksi  yang di Dalam Istana yaitu Singgasana sultan, kursi kristal dari Cekoslovakia,  replica mahkota, aneka keramik, dan alat musik Komet yang langka. Tidak hanya  koleksi bagian dalam istana koleksi di bagian Luar Istana juga ada yaitu di  halaman terdapat delapan meriam dan di belakang istana ada bangunan kecil yang  dulu berfungsi sebagai penjara sementara. 

Candi Muara Takus merupakan satu-satunya candi peninggalan kerajaan  Sriwijaya yang bercorak Budhha yang ada di bumi Melayu. Candi Muara Takus  memiliki nama lain yaitu Candi Tua (Candi Sulung). Candi Muara Takus 

dibangun pada abad ke 11 Masehi oleh kerajaan Sriwijaya. Candi Muara Takus  merupakan candi penting bagi umat agama Budha. Karena, bukti kejayaan agama  Budha di Sumatra dan menjadi pusat keagamaan pada masa kejayaan Sriwijaya. 

Candi ini beralamat di Desa Muara Takus, Kecamatan XIII Kota,  Kabupaten Kampar, Riau. Sekitar 135 km dari Kota Pekanbaru. Candi ini awalnya  berfungsi tempat pemujaan dan tempat ritual serta menjadi simbol penting yang  mewakili jalan menuju pencerahan dan kebijaksanaan dalam ajaran Budha. Candi  ini berbeda dengan candi-candi lain karena candi ini terbuat dari campuran batu  bata, batu andesit, pasir dan baru sungai. 

 Di candi ini ada patung Singa duduk di tangga masuk yang  melambangkan penjaga bangunan suci. Patahan Vajra yang berbentuk berlian,  candi ini berbentuk stupa yang menjadi ciri khas bangunan suci. Candi ini tidak  satu melainkan kompleks yang terjadi dari Candi Tua (Sulung), Candi Mahligai,  Candi Bungsu, Candi Palangka. 

Bentuk bangunan Candi Tua (Sulung) yaitu ukuran yang lebih besar,  terdiri dari kaki, badan dan atap. Terbuat dari campuran batu bata, pasir, dan batu  bata. Bentuk bangunan Candi Mahligai yaitu bentuknya menyerupai menara atau  stupastupa yang menjadi ciri khas candi Budha, dengan bentuk fisik yang paling  utuh di antara candi lainnya. Bentuk bangunan Candi Bungsu yaitu candi kecil  berbentuk persegi, berdekatan dengan Candi Mahligai. Bentuk bangunan Candi  Palangka yaitu candi terkecil di kompleks yang seluruhnya terbuat dari batu batu  bata. Berukuran sekitar 5,1 meter x 5,7 meter dan diyakini sebagai altar. 

Indonesia kaya akan keragaman budaya, ras, bahasa, adat istiadat, agama,  serta kaya akan sumber daya alam. Tetapi, percuma kita kaya akan itu semua  nyatanya kita tidak menjaganya. Jadi, lestarikanlah budaya bangsa kita supaya  tidak hilang kemakan zaman.


Posting Komentar

0 Komentar