Dahulu, jalur digunakan bukan sebagai perlombaan, melainkan sarana transportasi masyarakat Kuansing yang tinggal di sepanjang Sungai Kuantan. Karena akses darat yang sulit, mereka menggunakan perahu panjang dari kayu besar. Perahu di gunakan bukan hanya untuk bepergian, tetapi juga untuk berdagang, mengambil hasil bumi ataupun menghadiri acara adat. Seiring berjalan nya waktu, kegiatan ini berkembang menjadi sebuah ajang hiburan rakyar, lalu menjadi tradisi tahunan masyarakat Kuantan.
Lalu seiring berjalan nya waktu, pada zaman pemerintahan Belanda, Pacu Jalur digunakan sebagai acara resmi untuk memperingati hari besar kerajaan, atau pemerintah kolonial. Setelah Indonesia merdeka tradisi ini tetap dilanjutkan dan di lestarikan oleh pemerintah Indonesia untuk memeriahkan peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia setiap tahun nya. Pacu jalur tidak hanya di laksanakan saat peringatan kemerdekaan saja, tetapi juga dijadikan sebagai lomba antar kampung.
Untuk proses pembuatan jalur, melibatkan seluruh lapisan masyarakat, dari tokoh adat hingga pemuda-pemuda desa. Meraka semua bergotong royong, juga bekerja sama untuk pembuatan jalur. Pertama-tama warga akan pergi ke hutan dan
mencari batang kayu yang akan di tebang, proses ini bisa memakan waktu berhari hari. Lalu kayu-kayu tersebut digunakan untuk bahan dasar jalur. Jenis kayu yang digunakan biasanya adalah batang kayu yang berasal dari pohon meranti, kulim, atau balam yang besar dan lurus. Sebelum menebang pohon, dilakukan upacara adat sebagai bentuk penghormatan kepada alam.
Setelah selesai menebang dan mengumpulkan batang kayu, kayu yang telah di tebang akan di bawa ke desa secara bersama-sama, biasanya dengan cara digelindingkan atau dengan ditarik dengan tenaga manusia. Ini adalah momen kebersamaan yang sangat kuat, momen ini juga disertai dengan nyanyian dan semangat gotong royong masyarakat.
Selanjut nya adalah pembuatan jalur. Kayu akan dibentuk menjadi perahu panjang tanpa sambungan, melibatkan tukang ahli dan warga desa. Proses pertama yaitu meratakan bagian atas kayu dari pangkal hingga ujung, atau disebut juga dengan Pendadan. Lalu proses kedua adalah Mencaruk, yaitu mengeruk bagian dalam kayu untuk membuat rongga perahu dengan ketebalan yang seimbang. Proses ketiga adalah Menggiling, menghaluskan bagian luar sisi atas untuk membentuk bibir perahu.
Proses keempat ialah Menggaliak (menelungkupkan). Yaitu dimana perahu di balikkan, sehingga bagian luar atau perahu perut bisa di kerjankan dan di rampingkan. Selanjut nya proses kelima adalah membentuk haluan dan kemudi, membentuk bagian depan (haluan) dan belakang (kemudi) perahu dengan detail dan tepat. Proses keenam atau proses terakhir dari pembuatan jalur, adalah Menggaliak (menelentangkan), perahu yang tadinya kita balikkan, kita kembalikan lagi ke bentuk awal setelah bagian luar selesai dikerjakan.
Setelah proses pembuatan jalur, dilakukan tahap penyelesaian dan upacara. Pertama-tama Maelo Jalur, jalur yang setengah jadi ditarik secara gotong royong menuju desa dengan diiringi upacara adat. Menghaluskan dan mengukir, saaat tiba di desa, jalur di haluskan lebih lanjut, di beri ukiran, dan diasapi (didiang) untuk memperkuat kayu. Pengecatan dan pemberian nama, jalur di cat dengan motif
tertentu dan diberi nama yang seringkali memiliki cerita sejarah. Penurunan ke sungai, Proses pembuatan ditutup dengan upacara adat dan jalur diturunkan ke sungai untuk uji coba pertama kali.
Setelah selesai nya proses pembuatan jalur, dilakukan persiapan lomba, persiapan lomba yang di lakukan oleh warga adalah, warga desa mendukung tim jalur dengan menyediakan makanan, latihan dan perlengkapan. Pendayung, penari jalur (anak-anak), tukang gelek (penabuh irama) dan juru mudi semuanya berasal dari komunitas lokal. Bahkan untuk menaikkkan atau menurunkan jalur dari sungai dibutuhkan kerja sama puluhan orang.
inilah saat yang ditunggu-tunggu oleh warga, hari dimana perlombaan Pacu Jalur di adakan. Semua orang sangatlah berantusias, bahkan penonton Pacu Jalur bukan hanya warga lokal saja, tetapi juga beberapa orang dari luar kota, atau pun wisatawan dari luar negri yang ingin menyaksikan Pacu Jalur ini. Apa saja kah proses perlombaan Pacu Jalur ini? Pertama, semua jalur di sejejerkan di tengah sungai, lalu diberi aba-aba, lomba dimulai dengan bunyi meriam tiga kali sebagai aba-aba resmi. Babak Penyisihan, pada babak penyisihan, pada dentuman pertama untuk persiapa di garis start, dentuman kedua untuk bersiap, dan dentuman ketiga untuk memulai dayung. Lomba Adu Cepat, dua atau lebih perahu bersaing di lintasan sepanjang 1-2 kilometer. Kemenangan, pemenang adalah regu yang berhasil mencapai garis finish paling cepat.
Dan pada akhirnya selesai juga acara Pacu Jalur ini, sangat menyenangkan, juga menegangkan, melihat mereka yang bekerja sama untuk mendayung perahu, tentunya adalah hal yang cukup sulit untuk dilakukan. Banyak sekali yang bisa diambil dari Pacu Jalur ini, Pacu Jalur bukan hanya sekedar perlombaan, tetapi juga simbol kehormatan desa. Semua elemen masyarakat, dari kepala desa, ibu ibu, pemuda, hingga tokoh adat memiliki peran penting dari proses ini.
Banyak sekali nilai-nilai utama yang tercantum pada Pacu Jalur ini, yaitu, Gotong Royong, seluruh proses, dari pembuatan jalur hingga pelaksanaan lomba, dilakukan secara bersama-sama oleh warga desa, yang mereka kerjakan dengan
penuh kerja sama. Kepemimpinan dan Musyawarah, keputusan penting diambil dari Rapek Kampung, menunjukkan nilai demokrasi lokal. Pelestarian Budaya, pacu jalur adalah warisan budaya yang diwariskan secara turun menurun sehingga kita sebagai penerus bangsa harus tetap melaksanakan nya. Penghormatan Terhadap Alam, proses pencarian kayu dilakukan dengan ritual adat, menunjukkan hubungan harmonis antara manusia dan alam. Pendidikan Karakter Generasi Muda, mengajarkan mereka disiplin, bekerja sama, dan rasa bangga terhadap budaya sendiri. Sportivitas dan Kompetisi Sehat, walaupun bersaing, antar desa tetap menjunjung tinggi nilai sportivitas. Komunikasi dan Kolaborasi, semua elemen masyarakat harus berkomunikasi dan bekerja sama agar jalur bisa tampil dengan maksimal.
Dengan adanya Pacu Jalur ini, kita sebagai penerus generasi bagi masa depan harus bangga terhadap warisan budaya yang telah diwarisi dari turun temurun dan juga melestarikan nya agar di masa mendatang kita tetap memiliki warisan budaya. Jadi mari kita melestarikan budaya daerah khususnya Pacu Jalur untuk mempertahankan warisan budaya Indonesia.
.png)
0 Komentar