GIOVANI FLORENTINA
Pelita Warisan Nusantara
Di ufuk timur mentari merekah,
membangunkan bumi yang kaya warna,
dari Sabang hingga ke ujung marwah,
terhampar warisan sang Nusantara.
Batik berdenyut di dada bangsa,
motifnya kisah, benangnya doa,
setiap gores menyimpan rasa,
tentang leluhur dan cinta tanah pusaka.
Angin membawa wangi rempah,
dari Ternate sampai ke Banda,
pelayar kita menembus arah,
menyulam laut jadi samudra bangsa.
Di tanah subur padi menunduk,
bagai insan yang tahu hormat,
adat dan tutur dijaga kukuh,
penanda bangsa yang bermartabat.
Gamelan berdenting lirih nan suci,
menyapa malam di balai desa,
seirama dengan doa ibu pertiwi,
agar anaknya tak lupa asalnya.
Di bawah langit seribu bintang,
berdiri suku, adat, dan bahasa,
berbeda rupa namun seimbang,
bersatu dalam satu jiwa Indonesia.
Kini zaman berganti rupa,
budaya asing datang menggoda,
namun warisan jangan sirna,
karena di sanalah jati diri kita.
Jagalah pusaka, rawatlah bahasa,
hormati tanah dan segala ceritanya,
sebab bangsa besar bukan karena kuasa,
melainkan karena cinta pada warisannya.
Lihatlah tari yang lembut mengalun,
gerak tangan bicara tanpa suara,
ia warisan yang tak pernah rapuh,
menyimpan jiwa dan rasa bangsa.
Di ujung kampung tembang berkumandang,
seruling bambu bernyanyi lirih,
mengingatkan kita yang kini bimbang,
agar tak tercerabut dari sejarah yang bersih.
Pohon beringin di tengah alun,
tegak menaungi rakyat jelata,
melambangkan teduhnya persatuan,
yang diwariskan untuk anak bangsa.
Bukan emas, bukan mahkota,
yang membuat bangsa ini mulia,
melainkan hati yang cinta budaya,
dan jiwa yang setia menjaga pusaka.
Selama ombak masih berdebur,
dan burung camar menari di udara,
warisan ini kan tetap subur,
pelita abadi bagi Nusantara.
.png)
0 Komentar