Ranah Budaya Zapin Melayu sebagai Warisan Leluhur - Muthia Salsabila Muiz

 


Ranah Budaya Zapin Melayu sebagai Warisan Leluhur
Karya: Muthia Salsabila Muiz

Budaya Melayu merupakan warisan suatu budaya yang kaya dan beragam, yang berasal dari berbagai suku dan adat istiadat yang tersebar luas di seluruh  Indonesia, mulai dari Sabang sampai Merauke. Kekayaan budaya mencakup  aspek kehidupan, salah satunya adalah tarian daerah. Tarian daerah merupakan  bagian integral dari budaya lokal dan mencerminkan nilai sosial, serta estetika  orang-orang Melayu. Salah satunya adalah tari Zapin Melayu.  

Tari Zapin adalah Khazanah tarian rumPun Melayu yang berasal dari  kabupaten Siak, provinsi Riau. Memiliki kaidah dan aturan yang tidak boleh  diubah dari masa ke masa namun keindahannya tak lekang begitu saja. Tarian ini  bukan hanya memiliki sifat hiburan saja, tetapi juga sarat akan pesan-pesan  keagamaan dan nilai-nilai pendidikan moral. Dalam pelaksanaannya, tari zapin  memiliki aturan baku yang tidak boleh di rubah sejak pertama kali di wariskan  secara turun temuruN. Meskipum demikian, keindahan gerak dan makna nya tetap  lestari dan tak lekang oleh waktu. 

Tari Zapin memiliki gerak yang menggambarkan kehidupan sehari- hari  masyarakat Melayu. Beberapa gerakan khas yang sering di masukkan ke dalam  tari antara lain, Menisi batang (melambangkan ketekunan dan kerja keras), Pinang 

kutai (melambangkan kesopanan dan keramahan), dan yang terakhir adalah Pusar  belanak (diamika hidup yang mengalir seperti air). Dahulu, tari Zapin hanya  ditampilkan oleh penari laki-laki saja. Namun seiring dengan perkembangan,  penari perempuan pun diikut sertakan dalam penampilan tariannya. Tapi kadang  juga penari laki - laki dan perempuan digabungkan menjadi satu penampilan. Pada  zaman dahulu, tari Zapin ditarikan di atas tikar permadani dan tikar tersebut tidak  boleh bergoyang atau bergeser sedikit pun sewaktu menari. Ini menunjukkan  bahwa ketelitian, kekompakkan, keterampilan dan mengatur ritme sangat di jaga  dan di perhatikan oleh penari. Tari zapin bukan hanya bentuk seni pertunjukkan  yang hanya untuk hiburan saja, tetapi juga memiliki fungsi yaitu sebagai media  ekspresi diri bagi penarinya, sarana pelestarian niai-nilai budaya Melayu wadah  penyampaian ajaran agama dan etika, cerminan kehidupan sosial masyarakat  Melayu.  

Pertunjukkan tari Zapin, Kostum dan tata rias penari zapin tidak hanya  memperindah tampilan saat pertunjukkan, tetapi juga menggambarkan nilai- nilai  kesopanan, kerapian, dan keluruhan budaya Melayu. Selain itu, kostum ini  menunjukkan keterkaitan erat antara seni tari dengan identitas sosial budaya orang  Melayu dan menjunjung tinggi tradisi dan norma adat orang Melayu.  

Penari laki- laki mengenakan pakaian adat Melayu yang biasanya di kenal  dengan sebutan baju kurung cekang musan, yaitu baju berlengan panjang dengan  kerah tegak dan berkancing di depan. Kemudian seluar yaitu celana panjang yang  di kenakan sebagai pasangan baju kurung. Kain songket atau kain plekat, kain  tenun bermotif khas Melayu yang di lilitkan di pinggang sebagai pelengkap.  Bengkung, ikat pinggang dari kain yang berfungsi untuk aksesori dan sekaligus  sebagai pengikat kain songket atau kain plaket. Kopah atau tanjak, penutup kepala  tradisional bundar yang di letakkan di atas kepala, lalu tanjak adalah ikat kepala  lipat khas Melayu yang sering di pakai masyarakat Melayu saat acara – acara  penting. Terakhir ada bros, aksesoris yang di sematkan di bagian dada atau bahu  dari penari laki – laki. 

Penari perempuan menggunakan busana yang mencerminkan kelembutan  dan keanggunan perempuan Melayu, serta di sesuaikan agar bisa di buat nyaman  saat menari. Pakaian yang biasa nya di gunakan ialah baju kurung labuh, baju  longgar berlengan panjang yang menutupi tubuh penari hingga lutut dan di  rancang agar memudahkan gerakan tari tanpa kehilangan nilai kesopanan. Kain  songket atau kain samping , kain tenun dengan motif khas yang di kenakan  sebagai rok panjang lalu di lilitkan ke pinggang . Selendang atau tudung manto,  kain panjang yang di sampirkan di bahu atau di gunakan sebagai penutup kepala  yang memberi kan kesan anggun dan religius. Hiasan kepala, aksesori yang di  pasang di rambut atau di penutup kepala sebagai memperindah tampilan. Kalung  perhiasan leher yang menambah keindahan dari kostum. Terakhir adalah anting  dan gelang, perhiasan yang di pakai di telinga dan pergelangan tangan  mempertegas tampilan feminim penari. 

Pertunjukkan tari zapin memiliki struktur yang tersusun secara sistematis  dan mengikuti pakem tradisional yang telah di warisi secara turun temurun.  Struktur pertunjukan ini terdiri dari beberapa bagian penting yang berjalan secara  berurutan, yaitu pembukaan (prolog), bagian pembukaan biasanya di awali  dengan musik gambus dan marwas yang di mainkan secara perlahan untuk  menciptakan suasana tenang dan khidmat, gerakan pembuka bersifat lambat dan  lembut, penuh dengan penghayatan. Bagian inti (klimaks) ,tempo musik  meningkat dan para penari menjadi lebih dinamis ,ragam gerak dasar yaitu gerak  menisi batang, gerak penang kutai dan gerak pusar belanak di tampilkan secara  berurutan. penutup (epilog), gerakan di tutup dengan kembali melambat,  menandai selesainya alur cerita yang di bawakan dan di akhiri oleh salam hormat  kepada penonton bentuk penghargaan dan pengesaan nilai kesopanan dalam  budaya Melayu. Masing–masing bagian memiliki fungsi dan makna tersendiri  dalam membangun narasi dan suasana pertunjukkan.  

Tari zapin memiliki bentuk pola lantai yang sederhana namun sarat  makna. Pola lantai tersebut di gunakan untuk mengatur formasi penari agar tetap 

harmonis dan estetis selama pertunjukkan. Beberapa pola lantai yang di gunakan  yaitu, pola garis lurus horizontal, pola diagonal, dan pola lingkaran. 

Tari tradisional Zapin merupakan salah satu kewarisan budaya bangsa  yang mencerminkan identitas, nilai dan jati diri suatu daerah maupun bangsa kita.  Di bandingkan dengan tarian luar, tarian tradisional indonesia memiliki kedekatan  emosional, nilai historis, serta pesan-pesan moral yang relavan bagi kehidupan  masyarakat. Dengan mencintai dan melestarikan tarian daerah, kita tidak hanya  menjaga kekayaan seni bangsa, tetapi juga turut memperkuat rasa nasionalisme  dan kebanggaan terhadap identitas negara. Oleh karena itu, sudah semestinya  generasi muda menjadikan Tari Zapin sebagai bagian dari gaya hidup dan  ekspresi seni, bukan sekedar menampilkan dan menonton sesaat.


Posting Komentar

0 Komentar