Karya: Muhammad Nizar Fazari
Suluk merupakan salah satu tradisi warisan budaya spiritual yang masih hidup dan dilestarikan oleh masyarakat Kampung Gabung Makmur, Kecamatan Kerinci Kanan, Kabupaten Siak. Tradisi ini telah mengakar kuat dalam kehidupan masyarakat, khususnya bagi mereka yang menjadikan agama sebagai pedoman hidup dan dasar pembentukan karakter religius. Suluk sendiri merupakan kegiatan pengasingan diri secara spiritual untuk mendekatkan diri kepada Allah Swt. melalui zikir, wirid, dan amalan-amalan tertentu di bawah bimbingan seorang mursyid atau guru tarekat. Kegiatan ini telah berlangsung secara turun-temurun dari generasi ke generasi dan menjadi bagian dari kearifan lokal yang tidak hanya bernilai religius, tetapi juga bernilai budaya bagi masyarakat setempat.
Di Kampung Gabung Makmur, kegiatan suluk biasanya dilaksanakan di Pondok Suluk Riyadhus Salik Kusmany, sebuah pondok yang menjadi pusat kegiatan keagamaan dan pembinaan rohani. Ketika waktu suluk tiba, para jemaah berdatangan dari berbagai daerah dan berkumpul untuk mengikuti suluk selama beberapa hari. Mereka meninggalkan sementara aktivitas duniawi, berkumpul dalam satu tempat, menjalani kehidupan sederhana dan memperbanyak ibadah sebagai upaya menyucikan hati dari sifat-sifat buruk. Suasana lingkungan pondok yang tenang, jauh dari kebisingan, dikelilingi pepohonan dengan hembusan angin pelan, membuat kegiatan zikir ini terasa sangat khusyuk dan sakral.
Tradisi suluk memiliki struktur kegiatan yang tertata dan sistematis. Pada awal pelaksanaan, mursyid baik secara langsung maupun melalui panitia kegiatan akan memberikan arahan kepada para peserta mengenai tata cara berzikir, adab selama bersuluk dan tujuan rohaninya. Saat fajar menyingsing, pondok telah dipenuhi suara lantunan salawat yang lembut. Setelah itu, para peserta menjalani rangkaian ibadah seperti zikir berjemaah, membaca wirid, pengajian kitab tasawuf, qiyamul lail dan memperbanyak do’a. Semua kegiatan tersebut dilakukan dengan
Muhammad Nizar Fazari_MTsS Ar Riyadh
disiplin sehingga para peserta terbiasa menjalani rangkaian ibadah yang intensif. Setiap setelah salat berjemaah, para jemaah duduk bersila, menundukkan kepala, dan melafalkan zikir dengan khusyuk. Cahaya lampu di malam hari menerangi ruangan sederhana tapi nyaman para jemaah. Mereka juga diminta menjaga ucapan, menahan emosi, mengurangi makan, mengendalikan pikiran, serta menghindari perbuatan sia-sia. Tujuannya adalah untuk membentuk pribadi yang bersih lahir dan batin.
Secara budaya, tradisi suluk di Kampung Gabung Makmur telah menjadi simbol kearifan lokal yang memperkaya identitas masyarakat Melayu Islam di Siak. Nilai-nilai yang terkandung di dalamnya mencerminkan karakter masyarakat yang religius, santun, dan menjunjung tinggi adab. Kearifan lokal yang lahir dari tradisi suluk terlihat melalui kebiasaan masyarakat dalam memuliakan guru, menghormati sesama jemaah, menjaga kesopanan, serta menjunjung tinggi kehidupan yang damai. Anak-anak sejak kecil sudah akrab dengan suasana zikir, salawat, dan pengajian sehingga terbentuk lingkungan sosial yang religius dan harmonis.
Selain itu, tradisi suluk memberikan pengaruh besar terhadap kehidupan sosial masyarakat. Selesai mengikuti suluk, para jemaah biasanya menjadi pribadi yang lebih tenang, bijak, dan lembut dalam bertutur kata. Mereka berusaha menebarkan kedamaian di tengah masyarakat dan memberi teladan dalam berakhlak mulia. Sikap saling membantu, menghormati tetangga, dan menjaga hubungan baik menjadi ciri khas masyarakat Gabung Makmur. Dengan demikian, kegiatan suluk tidak hanya berdampak pada individu, tetapi juga pada ketenteraman sosial secara luas.
Keberadaan tradisi suluk juga menjadikan Kampung Gabung Makmur sebagai daerah yang memiliki identitas budaya spiritual yang kuat. Ketika banyak budaya modern masuk dan memengaruhi kehidupan generasi muda, tradisi ini menjadi benteng agar nilai-nilai moral tetap terjaga. Masyarakat percaya bahwa suluk adalah warisan yang harus dipertahankan, bukan hanya sebagai ritual keagamaan, tetapi juga sebagai ajaran kehidupan. Karena itu, tokoh agama, ninik
Muhammad Nizar Fazari_MTsS Ar Riyadh
mamak dan masyarakat bekerja sama untuk menjaga keberlangsungannya agar tidak hilang ditelan zaman.
Identitas budaya kampung pun turut melekat dengan tradisi suluk. Pada malam-malam tertentu, suara salawat terdengar dari surau hingga ke jalan kampung. Lampu-lampu rumah menyala temaram, menandakan warganya sedang berkumpul untuk pengajian. Lingkungan terasa damai, jauh dari hiruk-pikuk kota. Nilai-nilai Islami terlihat dalam kebiasaan masyarakat memakai pakaian sopan, menundukkan suara saat berbicara, dan saling menghormati satu sama lain. Gambaran ini menunjukkan bahwa tradisi suluk bukan hanya ritual, tetapi juga napas kehidupan yang menuntun masyarakat menjaga adab dan keharmonisan.
Meskipun demikian, tantangan dalam melestarikan tradisi ini tetap ada. Kehidupan modern yang serba cepat membuat sebagian generasi muda lebih tertarik pada budaya luar dibandingkan kegiatan keagamaan. Namun, Pondok Suluk Riyadhus Salik Kusmany terus berupaya mempertahankan suluk melalui pembinaan, kegiatan dakwah, pengajian terbuka dan pendekatan ke masyarakat. Cara ini dinilai sangat baik agar tradisi suluk tetap dikenal dan dicintai oleh generasi penerus dan tradisi suluk tetap hidup di Tengah perubahan zaman tanpa harus berbenturan dengan modernitas.
Pada akhirnya, tradisi suluk merupakan warisan budaya spiritual yang tidak ternilai harganya. Ia memadukan kekuatan iman, pembentukan akhlak, pendidikan batin, dan nilai budaya dalam satu kesatuan yang utuh. Kampung Gabung Makmur patut berbangga karena telah menjaga salah satu kekayaan budaya bangsa dalam bingkai Islam yang damai dan penuh cinta. Melalui suluk, masyarakat tidak hanya mendekatkan diri kepada Sang Pencipta, tetapi juga membangun karakter mulia sebagai bekal hidup bermasyarakat dan membangun kehidupan yang damai, santun dan penuh kasih sayang di lingkungan sekitar.
.png)
0 Komentar