NASKAH PUISI YANG DILOMBAKAN
DALAM LOMBA MUSIKALISASI PUISI PRAKTIKUM SASTRA KE-28 TINGKAT SMA SEDERAJAT
SE-RIAU
11. Puisi Wajib
Riau 1
(Fakhrunnas MA
Jabbar)
Riau tersayang
Sebanyak cinta
menghadangmu
Sebanyak anak panah
dari sejuta busur menujumu
Cinta siapakah yang
engkau terima akhirnya ?
(Jangan diam
sayang, jangan diam sedingin itu
Padahal tubuhmu
tersayat pelan-pelan
Dan darah mencari
luka. Ku tahu, air matamu jatuh ke mana)
Sungguh aku tak
bisa beri dikau permata
Bebatuan purba
tertanam jauh di lembah-lembah
Semua orang
menabung uang dan logam
Biar kutambang
perahu saja
Sungguh aku tak
bisa beri dikau mutiara
Kerang dan teripang
terbenam jauh di laut dalam
Semua orang
menambang pasir
Bauksit dan kuarsa
kehilangan kilai dan warna
Sungguh aku tak
bisa beri dikau sesajian
Semua orang memetik
mawar
Biar aku saja
memetik semyummu yang ramah
Riau tersayang
Sekali lagi, cinta
siapakah yang kau terima akhirnya ?
Saat jutaan anak
panah berloncatan menujumu
Aku hanya beri dikau
suara
Selebihnya tak
kupunya.
22. Puisi Pilihan
Perbaruan
Tekad
(H.B Jassin)
Di
tempatku terpencil jauh terasing
Kudengar
suaramu penyanyi radio
Engkau
menghibur hati dan jiwa
Orang yang
sakit badan merana
Di
tempatku terpencil jauh terasing
Kubaca
madahmu, wahai pengarang
Kau
alirkan rasa, kau atur pikiran
Terkuak
kegelapan, menyinar benderang.
Kulihat
pula sekeliling orang berjasa
Dokter dan
suster, mantri dan kacung
Bekerja
bersama dalam susunan
Melawan
penyakit menumpas derita.
Demikian
adanya hidup di dunia
Saling
membantu bahagia membahagiakan
Ya, Tuhan,
kembalilah tenaga, kuatlah sayapku,
Aku ingin
turut berbakti.
Malam
(Amir Hamzah)
Daun
bergamit berpaling muka
Mengambang
tenang di lautan cahaya
Tunduk
mengurai surai terurai
Kelapa
lampai melambai bidai.
Nyala
pelita menguntum melati
Gelanggang
sinar mengembang lemah
Angin
mengusap menyayang pipi
Balik-berbalik
menyerah-nyerah.
Air
mengalir mengilau-sinau
Riak
bergulung pecah-memecah
Naga-sari
keluar meninjau
Membanding
purnama di langit cerah.
Lepas
rangkum pandan wangi
Terserak
harum pemuja rama
Hinggap
mendekap kupu berahi
Berbuai-buai
terlayang lena.
Adikku
sayang berpangku guring
Rambutmu
tuan kusut melipu
Aduh
bahagia bunga kemuning
Diri
dihimpit kucupan rindu.
Kembali tak ada sahutan di sana
(Abdul Hadi W.M)
Kembali
tak ada sahutan di sana
Ruang
itu bisu sejak lama dan kami gedor terus pintu-pintunya
Hingga
runtuh dan berderak menimpa tahun-tahun
penuh
kebohongan dan teror yang tak henti-hentinya
Hingga
kami tak bisa tinggal lagi di sana memerah keputusasaan dan cuaca
Demikian
kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu dan mulai bercerai-berai
Lari
dari kehancuran yang satu ke kehancuran lainnya
Bertikai
memperebutkan yang tak pernah pasti dan ada
Dari
generasi ke generasi
Menenggelamkan
rumah sendiri ribut tak henti-henti
Hingga
kautanyakan lagi padaku
Penduduk
negeri damai macam apa kami ini
raja-raja
datang dan pergi seperti sambaran kilat dan api
Dan
kami bangun kota kami dari beribu mati.
Tinggi
gedung-gedungnya di atas jurang dan tumpukan belulang
Dan
yang takut mendirikan menara sendiri membusuk bersama sepi
Demikian
kami tinggalkan janji-janji gemerlap itu
dan
matahari 'kan lama terbit lagi
Kalah Dan Menang
(Sutan
Takdir Alisjahbana)
Tidak,
bagiku tidak ada kalah dan menang!
Sebab
kuputuskan, bahwa kemenangan sudah pasti untukku saja
Kalah
tinggal pada mereka yang lain : yang mengeluh bila terjatuh
Yang
menangis bila teriris
Yang
berjalan berputar-putar dalam belantara
Di
padang lantang yang ku tempuh ini, aku tidak mungkin dikalahkan :
Sebab
disini jatuh sama artinya dengan bertambah kukuh berdiri
Tiap-tiap
pukulan yang dipukulkan berbalik berlipat ganda kepada sipemukul
Malahan
algojoku sekalipun yang akan menceraikan kepalaku dari badanku
Akan
terpancung sendiri seumur hidupnya :
Melihat
mataku tenang menutup dan bibirku berbunga senyum
Di Beranda Ini
Angin Tak Kedengaran Lagi
(Goenawan Muhmmad)
Di
beranda ini angin tak kedengaran lagi
Langit
terlepas. Ruang menunggu malam hari
Kau
berkata: pergilah sebelum malam tiba
Kudengar
angin mendesak ke arah kita
Di
piano bernyanyi baris dari Rubayat
Di
luar detik dan kereta telah berangkat
Sebelum
bait pertama. Sebelum selesai kata
Sebelum
hari tahu ke mana lagi akan tiba
Aku
pun tahu: sepi kita semula
bersiap
kecewa, bersedih tanpa kata-kata
Pohon-pohon
pun berbagi dingin di luar jendela
mengekalkan
yang esok mungkin tak ada
0 Komentar