NASKAH PUISI YANG DILOMBAKAN DALAM LOMBA BACA PUISI PRAKTIKUM SASTRA KE-28 TINGKAT SMP SEDERAJAT


NASKAH PUISI YANG DILOMBAKAN DALAM LOMBA BACA PUISI PRAKTIKUM SASTRA KE-28 TINGKAT SMP SEDERAJAT

SEJARAH KAMI
Karya: Ediruslan Pe Amanriza

Sejarah kami
adalah dongeng nenek menjelang tidur

Sejarah kami
adalah kilatan pedang para lanum
mengendap di teluk
dan tanjung
merayau selat
dan sungai 
menjarah hutan
dan gunung

Sejarah kami
adalah pantun dan gurindam
rindu kemerdekaan
dan kebebasan

Sejarah kami 
adalah dzikir dan syair
nyanyi panjang
pahit dan getir

Sejarah kami
tak tersurat
tak tersirat
dalam kitab

Sejarah kami
adalah wajah yang tertunduk
di depan cermin dunia


TEMPULING
Karya: Rida K Liamsi

Sebatang tempuling tersadai di gigi pantai
sehabis badai
Seorang bocah menemukannya
sehabis sekolah
: Tuhan
Siapa lagi yang kini telah menyerah!

Tak terlihat tanda-tanda
Tak tercium anyir nasib
Tak tercatat luka musim
Kecuali tangis ombak
Pekik elang
yang jauh dan ngilu
di antara cuaca
dan gemuruh karang

Sebatang tempuling tersadai di gigi pantai
sehabis badai

Seorang bocah menatapnya
penuh gelisah

: Tuhan
Diakah kini yang telah menyerah?
telah kalah?

: Tuhan
Dia memang telah berbisik

Pindahkan pancang
sebelum pasang

Hatiku memang telah terusik
ketika sehelai waru
gugur
lesap
lewat tingkap
tersuruk
di antara tungku
menunggu gelap

Sebatang tempuling tersadai di bibir pantai
sehabis badai
Seorang bocah merasakan pelupuk nya
telah basah

: Tuhan
Bawalah seorang menemukan nya
menguburkan nya di antara pantai
memberikan nya satu tanda
dan jangan biarkan arus
membawanya jauh ke lubuk dalam
yang akupun tak tahu
di mana akan kutuliskan
rinduku

[1982/1996/2000]


SENJA DI PELABUHAN KECIL
Karya: Chairil Anwar (1946)

Ini kali tidak ada yang mencari cinta

di antara gudang, rumah tua, pada cerita
tiang serta temali. Kapal, perahu tiada berlaut
menghembus diri dalam mempercaya mau berpaut

Gerimis mempercepat kelam. Ada juga kelepak elang
menyinggung muram, desir hari lari berenang
menemu bujuk pangkal akanan. Tidak bergerak
dan kini tanah dan air tidur hilang ombak.


Tiada lagi. Aku sendiri. Berjalan

menyisir semenanjung, masih pengap harap
sekali tiba di ujung dan sekalian selamat jalan
dari pantai keempat, sedu penghabisan bisa terdekap


SELAMAT PAGI INDONESIA
karya: Sapardi Djoko Damono

Selamat pagi, Indonesia, seekor burung mungil mengangguk          
dan menyanyi kecil buatmu.
aku pun sudah selesai, tinggal mengenakan sepatu,
dan kemudian pergi untuk mewujudkan setiaku padamu dalam
kerja yang sederhana;
bibirku tak biasa mengucapkan kata-kata yang sukar dan
tanganku terlalu kurus untuk mengacu terkepal.
selalu kujumpai kau di wajah anak-anak sekolah,
di mata para perempuan yang sabar,
di telapak tangan yang membatu para pekerja jalanan;
kami telah bersahabat dengan kenyataan
untuk diam-diam mencintaimu.
pada suatu hari tentu kukerjakan sesuatu
agar tak sia-sia kau melahirkanku.
seekor ayam jantan menegak, dan menjeritkan salam
padamu, kubayangkan sehelai bendera berkibar di sayapnya.
aku pun pergi bekerja, menaklukan kejemuan,
merubuhkan kesangsian,
dan menyusun batu-demi batu ketabahan, benteng
kemerdekaanmu pada setiap matahari terbit, o anak jaman
yang megah,
biarkan aku memandang ke Timur untuk mengenangmu
wajah-wajah yang penuh anak-anak sekolah berkilat,
para perempuan menyalakan api,
dan di telapak tangan para lelaki yang tabah
telah hancur kristal-kristal dusta, khianat dan pura-pura.
Selamat pagi, Indonesia, seekor burung kecil
memberi salam kepada si anak kecil;
terasa benar : aku tak lain milikmu


GENDERANG PERANG
Karya: L.K. Ara

malam itu
kugigit sisa benang penjahit bajumu kandaku
kugigit dengan gigiku runcing

kudengar merdunya genderang perang
menyerumu kembali
dari istirahat hanya sebentar
untuk tampil lagi ke medan

malam itu
kugigit sisa benang jaitan
dan kugigit juga bibirku kecil
penahan gairah
melepasmu pergi
untuk berlawan
habis-habisan

jangan sangsikan kami yang tinggal
kami pun menunggu
tiba saatnya pasti maju
menuntut bela
ke garis depan

bila ajalmu tiba kandaku sayang
terimalah dengan tenang
dan sebagai kenangan terakhir
pandang serta kecup jaitan di bajumu
di mana pernah hadir gigil tangis dan bibirku

tapi bila Tuhan memberimu umur panjang
dan kemenangan di tangan
segeralah pulang
kita panjatkan doa bersyukur
dan hangatkan o, kandaku sayang anak-anak kita
dengan kisah-kisah perjuangan


Komentar

Postingan populer dari blog ini

MOSI DEBAT SMA BULAN BAHASA 2019

MOSI YANG DILOMBAKAN DALAM DEBAT PRATIKUM SASTRA KE 27

NASKAH PUISI UNTUK LOMBA BACA PUISI BULAN BAHASA 2019 TINGKAT MAHASISWA