Sampai Tutup Usia
Nabilah Kaltsum Hanifatun
“Membangun
sebuah kreativitas menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kaya akan berbahasa”,
ujar salah seorang guru.
Ratna
Indah Purnama...itulah namaku, orang-orang biasa memanggilku Ratna, saat ini
aku berpendidikan di SMA Nurul
Falah di Pekanbaru yang dimana aku sedang mengikuti seminar Sastra Indonesia dan entah kenapa hal
ini membuatku sangat tertarik dengan keberagaman berbahasa Indonesia.
Pada waktu itu aku sangat tidak peduli dengan pentingnya mempelajari keberagaman bahasa
Indonesia. Tapi...siapa sangka
saat pertengahan jam pelajaran hari Jum’at ada seseorang Sastra
Indonesia yaitu Buya Hamka. Saat dia mulai bercerita tentang
sejarah Indonesia dan bagaimana bangsa kita membantu mewujudkan negeri
ini dengan kreativitas dengan berbahasa disitulah aku mulai tertarik dengan namanya Sastra
Indonesia.
Aku
sangat menghormatinya karena dia adalah salah satu orang yang paling kukagumi. Bagaimana tidak, di usianya yang sudah
menginjak 70 tahun dia tetap bugar dan semangat memberikan ilmunya kepada kami. Bahkan tidak jarang dialah orang
pertama yang sudah datang di sekolash
kami.
Disaat
dia bercerita satu-persatu tentang bangsa kita, mataku tertuju ke arahnya. Buya
begitu serius saat dia bercerita.
Sesekali aku mendekatinya dan ingin mengajak berbicara saat sudah selesai
bercerita.
Sesudah bercerita aku langsung mengejarnya dengan kecepatanku.
“Buya...aku ingin bertanya, apa yang membuatmu begitu tertarik dengan
Sastra bahasa kita?
Padahal bahasa kita adalah bahasa
yang mudah dipahami” ujar dengan tatapan serius.
“Hai nak, siapa namamu?”
ujar Buya menjawab
dengan tersenyum.
“Namaku Ratna, dulu saya tidak begitu tertarik dengan
Sastra Indonesia ini, tapi...entah kenapa
saat Buya datang
kemari saya menjadi
tertarik apa yang Buya ceritakan tadi”
balasnya.
“Kelak
kamu pasti akan tahu jawabannya Ratna” ujar Buya sambil tersenyum, “saat Buya seusia kamu saya tidak terlalu suka dengan
sejarah-sejarah bahasa bangsa kita, tapi...hal itulah yang membuat saya akan menjadi rasa penasaran dengan
keberagaman bahasa kita, banyak yang harus kamu ketahui dengan bahasa
kita dari dahulu”.
Sambil menuju keluar sekolah.
Mendengar
hal itu aku semakin tertarik pada bahasa kita, dan mungkin saja saat itu juga
aku akan menjadi orang yang
paling dicari di dunia.
3
tahun sudah berlalu, dan kini aku melanjutkan kuliah di Universitas Riau dan
memilih jurusan yang aku sukai saat masih sekolah
yaitu Sastra Indonesia. Selama kuliah aku banyak membaca
sejarah-sejarah bahasa kita dan semakin
lama keinginanku dalam
mempelajari sastra tersebut justru semakin kuat. Dan tentu saja karena ketertarikanku dalam pelajaran ini aku menjadi
duta mahasiswa terbaik
di jurusanku sendiri.
“Ucapan Buya Hamka ada benarnya juga” ujarku
dalam hati.
Bangsa kita seharusnya lebih mengetahui tentang budaya bahasa
kita dan darimana
awal mula sejarahnya berasal, karena dari situlah
para pemuda-pemuda saat ini harus bisa mewujudkan kreativitas mereka dalam membangun bangsa ini dengan Bahasa
Indonesia. Kekagumanku kepadanya Buya semakin menjadi-jadi, mengingat
usianya yang sudah lanjut tapi
keinginan akan pengetahuannya masih tinggi. Berbeda denganku, di umurku yang
masih muda aku harus masih berusaha
untuk mewujudkan cita-citaku. Benar kata orang tuaku, mencari ilmu itu sebenarnya bukan sampai ke negeri China,
tapi sampai tutup usia.
3
tahun sudah berlalu dan sekarang
aku melanjutkan perjalananku ke Negeri Paman Sam yaitu
Amerika Serikat, mencari pengalaman hidupku dengan berkeliling dunia
untuk mengetahui sejarah budaya
bahasa kita. Dan tentu saja...bahasa Indonesia sudah tersebar luas di seluruh manca negara dan bahkan bahasa
tersebut mulai banyak
diminati oleh orang asing.
Aku
merasa senang karena bahasa kita termasuk bahasa yang diminati oleh orang
asing, bahkan dibeberapa negara pun
ada Kantor Kedutaan Sastra Indonesia salah satunya ditempat yang ku pijaki sekarang. Selain kantor ada
juga sekolah yang khusus untuk mempelajari sejarah-sejarah Bahasa
Indonesia.
“Buya...aku
sekarang berhasil mewujudkan impianku, jika saat itu Buya tidak ke sekolah ku mungkin
aku akan terus berada di negara ku sendiri tanpa
menghasilkan apa-apa” ujar ku dalam hati sambil
tersenyum.
Nabilah Kaltsum Hanifatun. Tinggal di kota dumai dan merupakan salah satu alumni siswi MAN 1 Dumai. Nabilah lahir di Dumai pada
tanggal 14 Juli 2003. Selain gemar
membaca, terutama novel, nabilah memiliki
hobi menyanyi, ya walaupun suara nabilah nggak
begitu bagus sih (・–・) dan nabilah juga suka
menonton K- drama (≧▽≦). Nabilah saat
ini kuliah di Universitas Riau, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.
0 Komentar