Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022

 Sampai Tutup Usia

Nabilah Kaltsum Hanifatun


“Membangun sebuah kreativitas menjadikan bangsa ini menjadi bangsa yang kaya akan berbahasa”, ujar salah seorang guru.

Ratna Indah Purnama...itulah namaku, orang-orang biasa memanggilku Ratna, saat ini aku berpendidikan di SMA Nurul Falah di Pekanbaru yang dimana aku sedang mengikuti seminar Sastra Indonesia dan entah kenapa hal ini membuatku sangat tertarik dengan keberagaman berbahasa Indonesia.

Pada waktu itu aku sangat tidak peduli dengan pentingnya mempelajari keberagaman bahasa Indonesia. Tapi...siapa sangka saat pertengahan jam pelajaran hari Jum’at ada seseorang Sastra Indonesia yaitu Buya Hamka. Saat dia mulai bercerita tentang sejarah Indonesia dan bagaimana bangsa kita membantu mewujudkan negeri ini dengan kreativitas dengan berbahasa disitulah aku mulai tertarik dengan namanya Sastra Indonesia.

Aku sangat menghormatinya karena dia adalah salah satu orang yang paling kukagumi. Bagaimana tidak, di usianya yang sudah menginjak 70 tahun dia tetap bugar dan semangat memberikan ilmunya kepada kami. Bahkan tidak jarang dialah orang pertama yang sudah datang di sekolash kami.

Disaat dia bercerita satu-persatu tentang bangsa kita, mataku tertuju ke arahnya. Buya begitu serius saat dia bercerita. Sesekali aku mendekatinya dan ingin mengajak berbicara saat sudah selesai bercerita.

Sesudah bercerita aku langsung mengejarnya dengan kecepatanku.

“Buya...aku ingin bertanya, apa yang membuatmu begitu tertarik dengan Sastra bahasa kita? Padahal bahasa kita adalah bahasa yang mudah dipahami” ujar dengan tatapan serius.

“Hai nak, siapa namamu?” ujar Buya menjawab dengan tersenyum.

“Namaku Ratna, dulu saya tidak begitu tertarik dengan Sastra Indonesia ini, tapi...entah kenapa saat Buya datang kemari saya menjadi tertarik apa yang Buya ceritakan tadi” balasnya.

“Kelak kamu pasti akan tahu jawabannya Ratna” ujar Buya sambil tersenyum, “saat Buya seusia kamu saya tidak terlalu suka dengan sejarah-sejarah bahasa bangsa kita, tapi...hal itulah yang membuat saya akan menjadi rasa penasaran dengan keberagaman bahasa kita, banyak yang harus kamu ketahui dengan bahasa kita dari dahulu”. Sambil menuju keluar sekolah.

Mendengar hal itu aku semakin tertarik pada bahasa kita, dan mungkin saja saat itu juga aku akan menjadi orang yang paling dicari di dunia.

3 tahun sudah berlalu, dan kini aku melanjutkan kuliah di Universitas Riau dan memilih jurusan yang aku sukai saat masih sekolah yaitu Sastra Indonesia. Selama kuliah aku banyak membaca sejarah-sejarah bahasa kita dan semakin lama keinginanku dalam mempelajari sastra tersebut justru semakin kuat. Dan tentu saja karena ketertarikanku dalam pelajaran ini aku menjadi duta mahasiswa terbaik di jurusanku sendiri.

“Ucapan Buya Hamka ada benarnya juga” ujarku dalam hati.

Bangsa kita seharusnya lebih mengetahui tentang budaya bahasa kita dan darimana awal mula sejarahnya berasal, karena dari situlah para pemuda-pemuda saat ini harus bisa mewujudkan kreativitas mereka dalam membangun bangsa ini dengan Bahasa Indonesia. Kekagumanku kepadanya Buya semakin menjadi-jadi, mengingat usianya yang sudah lanjut tapi keinginan akan pengetahuannya masih tinggi. Berbeda denganku, di umurku yang masih muda aku harus masih berusaha untuk mewujudkan cita-citaku. Benar kata orang tuaku, mencari ilmu itu sebenarnya bukan sampai ke negeri China, tapi sampai tutup usia.

3 tahun sudah berlalu dan sekarang aku melanjutkan perjalananku ke Negeri Paman Sam yaitu Amerika Serikat, mencari pengalaman hidupku dengan berkeliling dunia untuk mengetahui sejarah budaya bahasa kita. Dan tentu saja...bahasa Indonesia sudah tersebar luas di seluruh manca negara dan bahkan bahasa tersebut mulai banyak diminati oleh orang asing.

Aku merasa senang karena bahasa kita termasuk bahasa yang diminati oleh orang asing, bahkan dibeberapa negara pun ada Kantor Kedutaan Sastra Indonesia salah satunya ditempat yang ku pijaki sekarang. Selain kantor ada juga sekolah yang khusus untuk mempelajari sejarah-sejarah Bahasa Indonesia.

“Buya...aku sekarang berhasil mewujudkan impianku, jika saat itu Buya tidak ke sekolah ku mungkin aku akan terus berada di negara ku sendiri tanpa menghasilkan apa-apa” ujar ku dalam        hati sambil tersenyum.

 

Profil Singkat


Nabilah Kaltsum Hanifatun. Tinggal di kota dumai dan merupakan salah satu alumni siswi MAN 1 Dumai. Nabilah lahir di Dumai pada tanggal 14 Juli 2003. Selain gemar membaca, terutama novel, nabilah memiliki hobi menyanyi, ya walaupun suara nabilah nggak begitu bagus sih () dan nabilah juga suka menonton K- drama (≧▽≦). Nabilah saat ini kuliah di Universitas Riau, jurusan Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia.



Posting Komentar

0 Komentar