Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022
Aku Mencintaimu
Rut
Helmina Silitonga
Di
sebuah daerah X, hiduplah sebuah keluarga yang terdiri dari sepasang suami
istri dan seorang putri mereka . Daerah yang mereka tinggali adalah daerah yang
masih menganut adat yang kental, dimana seorang laki-laki bisa memiliki lebih
dari satu istri.
Mahadewa
putra namanya. Seorang kepala kampung yang sangat mencintai istri pertamanya.
Mahadewa selalu menolak anjuran orang tuanya untuk menambah istri. Kehidupan
Mahadewa sudah sempurna di kelilingi Lea dan buah hati mereka, Putri Anne.
Namun
takdir seolah mempermainkan kehidupan rumah tangga mereka. Ibu Mahadewa
mengidap suatu penyakit yang sebentar lagi akan merenggut nyawanya. Sebelum
maut menjemput, sang ibu berpesan agar Mahadewa kembali memper-istri Jea, seorang janda anak satu yang ditinggal mati
suaminya.
Tentu
hal itu menyulut kemarahan Mahadewa, dia sudah berjanji akan sehidup semati
berdua dengan Lea.
Mendengar
permintaan ibu mertuanya, Lea akhirnya ikhlas bila di madu. Dia tidak sanggup
melihat suaminya melawan ibunya. Bagaimana pun surga anak berada di telapak kaki ibu.
Setelah
bujukan rayu Lea, akhirnya Mahadewa menikahi Jea.
Pernikahan
yang di gelar cukup sederhana. Putri Anne menangis tidak menyetujui ayahnya
menikah lagi. Walaupun adat tidak melarang, tapi Anne tahu bagaimana perasaan
ibunya.
***
Tidak
terasa, sudah sebulan Mahadewa memper-istri Jea, semakin hari tumbuh cinta di
antara mereka. Bahkan Mahadewa lebih menyayangi Jea ketimbang Lea.
Hati
Lea bertambah sakit ketika Jea mengumumkan kabar kehamilannya.
Mahadewa
akan segera memiliki putra yang telah lama di nantikannya.
Bagaikan
kacang lupa akan kulitnya, beginilah perumpamaan yang tepat untuk menggambarkan
sosok Jea.
Lea
di jadikan budak oleh Jea. Disuruh bersih- bersih dan memasak makanan sesuai perintahnya.
Selain itu, Anne juga di paksa mencuci baju milik Tira, anak tirinya Mahadewa.
Lea
dan Anne masih cukup bersabar untuk hal ini. Apalagi melihat respon Mahadewa
yang melihat mereka dengan tatapan kosong. Dia tidak melakukan apa-apa. Hanya
duduk diam sembari mengelus lembut rambut Tira.
Lea
pergi ke kamarnya dan menangis tersedu-sedu. Dia merasa bodoh memberikan
suaminya ke perempuan lain. Lea juga merasa bersalah kepada putrinya yang telah
di lupakan Mahadewa.
Setelah
berpikir lama, akhirnya Lea memutuskan akan pergi dari rumah ini dan akan
membawa putrinya.
***
Di
perjalanan pulang, Hans tidak sengaja mendengar suara merdu seorang perempuan.
Dia mengikuti arah suara tersebut dan mendapati seorang gadis bersurai panjang
tengah mengelus seekor kelinci.
Hans
terpaku melihat wajah damai yang dimiliki gadis itu. Dia berjalan mendekat dan
ingin berkenalan.
Mengetahui
bahwa gadis di depannya ini adalah Anne, putri Mahadewa orang yang ada di
mimpinya, Hans senang bukan main.
Hans
sangat mengingat jelas wajah gadis ini di mimpinya.
Sementara
itu Anne sangat terkejut melihat seorang pria yang tiba-tiba berdiri di
hadapannya dan tersenyum sendiri. Anne bergidik ketakutan.
Anne
segera pergi sebelum pergelangan tangannya di tahan pria itu.
“Hai
Putri Anne , aku Hans orang yang akan menjadi suami mu” sapa Hans
“Jangan
gila, aku tidak mengenalmu. Pergilah dan menjauh dariku” usir Anne
Akhirnya
Hans menceritakan mimpinya yang membuat Anne menangis terharu. Ternyata doanya
dikabulkan Tuhan.
Anne
membawa Hans bertemu ibunya. Anne sangat antusias menceritakan pertemuannya
dengan Hans. Hans juga mengatakan akan mempersunting Anne untuk menjadi
istrinya. Tentu hal ini disambut baik oleh Lea.
Anne
menceritakan kondisi ayahnya ke Hans.Lea dan Anne sudah mengetahui bahwa
sebelum ibu mertuanya meninggal, Jea sudah di ajak bertemu dengan seorang dukun
yang memiliki kemampuan cukup besar. Jea dan ibu mertuanya menginginkan obat
yang bisa membuat Mahadewa berpaling dari Lea.
Hans
berjanji akan membantu mereka menemukan tabib yang bisa mengembalikan kesadaran
Mahadewa.
***
Seminggu
berlalu, Hans akhirnya datang menemui Lea dan Anne dengan membawa seorang tabib
dari daerah nya.
Tabib
tersebut memulai ritualnya. Tabib itu menggenggam tangan Lea dan menutup
kelopak matanya.
3
menit kemudian, mata tabib itu terbuka lebar dan memberikan Lea senyuman lebar.
“
Mahadewa sangat mencintaimu Lea, dan rasa itu tidak akan pernah hilang”, ujar
tabib.
“Apa
yang harus kulakukan untuk menyembuhkannya tabib?” tanya Lea.
***
Malam
harinya di rumah mahadewa, Jea menikmati makanan dengan lahap sebelum ketukan
pintu mengganggu acara makan mereka.
Siapa
lagi kalau bukan Lea dan Anne. Mereka datang untuk mematahkan kekuatan setan
yang sedang berada di tubuh suami dan ayahnya.
Mahadewa
turun dari tangga dan menatap Lea dengan penuh kekosongan. Hatinya seakan akan
menyuruh untuk memeluk perempuan ini namun pikirannya seolah mengambil alih
hidupnya.
Mahadewa
mendudukkan dirinya di samping Jea. Jea tersenyum kemenangan melihat raut wajah
Anne yang tidak bersahabat tidak lama sebelum akhirnya Lea menghampiri
Mahadewa.
Lea
menangkup wajah Mahadewa. Dia memandang sendu wajah yang sudah mulai keriput
itu. Sedangkan Mahadewa menatapnya dengan pandangan kosong. Lagi..
Lea
mencium pipi kanan Mahadewa, kembali memandang wajahnya dan berkata,” Mahadewa
aku selalu mencintaimu”.
Untuk
sesaat Mahadewa terdiam sebelum akhirnya mengeluarkan setetes air mata dan
langsung mendekap erat Lea. Mahadewa menangis di bahu Lea. Anne melihat itu
juga terharu, akhirnya ayahnya kembali.
Beda
halnya dengan mereka, Jea dan Tira tampak syok melihat kejadian barusan. Jea
tidak menyangka, obat ilmu hitamnya bisa di patahkan hanya dengan kalimat
sederhana itu. Ya,sang tabib mengatakan cukup hanya kalimat mencintai yang bisa
mematahkan ilmu hitam itu.
Jea
pergi ke dapur dan mengambil sebuah pisau. Dia siap menikam Lea agar segera
mati dan pergi dari kehidupannya.
Namun
bukannya darah Lea yang melekat di pisau itu melainkan darah dari tubuh Tira.
Tira mengorbankan dirinya untuk kebahagiaan Lea dan Anne. Dia sadar apa yang
telah di lakukannya selama ini tidak benar.
Mahadewa
terkejut dan tidak menyangka Jea bisa sekejam ini. Melihat ruang tamu yang
sudah di penuhi darah, Hans segera memeriksa Tira naas ia telah mati.
Melihat
putri nya telah mati, Jea menangis dan menyesal. Dia kembali mengambil pisau
itu dan menusukkannya ke dirinya sendiri.
Lea
menangis melihat adegan di depannya. Lea berteriak agar Jea segera dibawa ke
tabib. Namun sayang seribu sayang, Jea telah mati bersama putrinya dan bayi di
dalam kandungannya.
Mahadewa
merasa sedih, bagaimana pun anak itu adalah darah dagingnya sendiri. Lea
menenangkan suaminya. Anne dan Hans segera membersihkan kekacauan yang ada dan
melakukan penguburan. Anne mengucapkan selamat jalan kepada ibu tirinya,
saudari tirinya dan calon adik tirinya.
Komentar
Posting Komentar