Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022
PERSAHABATAN
Rina Marianti
Kenalin Dila, Elina, Dita, ayu
itulah nama kami, Keempat sahabat sehidup semati “katanya sih gitu”. Banyak
yang bilang kami berempat ini adalah kumpulan cewe-cewe cantik “itu sih kata
cermin sama adik kelas kami di sekolah”. Oh iya, cerita kami ini berawal
kira-kira tiga tahun yang lalu, waktu itu kami bertiga sama-sama daftar
kesebuah sekolah yang sama. Entah takdir atau cuman kebetulan saja, sejak
perkenalan pertama kami, sampai kami di terima di sekolah yang baru kami kami
berempat seakan tidak terpisahkan. Bahkan sampai-sampai kelas dan tempat duduk
kami berempat berdekatan, tapi memang waktu itu hubungan antar kami berempat
waktu kami masih kelas satu tidak selengket sekarang. Semenjak perkenalan kami
yang pertama kami berempat sudah di
takdirkan bersama. Hampir setiap moment kami lalui bersama dengan penuh tawa.
Tahun-tahun pertama persahabatan kami berlalu begitu cepat, tahun-tahun ketika
kepolosan kami mulai berganti dengan sedikit kedewasaan. Walaupun persahabatan
kami berempat ini sudah seperti adik-kakak tapi yang hampir tidak ada rahasia diantara
kami, kalau untuk sifat dan kesukaan kami berempat ini sangat bertolak
belakang. Walaupun, ada sebuah kegiatan yang disukai tiga dari kami tapi, kalau
soal sifat jangan harap kami bisa cocok. Misalnya si Dila, dia orangnya agak
keras iya maklum orang medan tapi diantara kami berempat dialah yang paling
pinter jadi biasanya kalau ulangan kami suka nyontek sama dia (jangan ditiru ya
kebiasaan yang buruk), lalu si Elinaa dia sifatnya masih kayak anak-anak tk
tapi diantara kami berempat dialah yang
paling imut jadinya dia kami jadikan
bahan candaan maklum elina itu anak bontot, ada juga si Ayu tampang sama
bodynya sih sudah kaya anak SMA tapi otaknya agak sedikit miring jadinya, dia
sering ketawa-ketawa sendiri gitu, dan yang terakhir itu si Dita anaknya si
kalau di bandingin kami semua dialah yang paling cantik tapi di juga yang
paling manja dan dia juga yang paling banyak buat cowok patah hati. Tapi itulah
kelebihan persahabatan kami, karena di tengah semua perbedaan itu kami tetap
bisa menyatukannya dan merubahnya menjadi banyak cerita-cerita persahabatan
yang beribu warna.
Tahun –tahun pertama persahabatan kami di sekolah
ini kami lalui dengan banyak sekali cerita, ada yang sedih ada juga yang senang
bahkan ada juga yang sampai bikin ngakak setenganh mati. Untungnya di sekolah
kami tidak ada system rolling jadi kami berempat bisa selalu beresama-sama
tanpa takut harus terpisah karena kena rolling. Kami berempat ini masuk kelas
yang paling terkenal di sekolah kami, iya kami masuk kelas IIV1 kelas dambaan
semua siswa dimanapun karena biasanya yang masuk kelas ini adalah anak-anak
yang encer-encer dan walaupun tidak encer tapi dibela-belain supaya bisa masuk
kelas ini supaya bisa dianggap encer. Dari kami
berempat, jujur kalau menurut kami cuman si Dila yang pantes masuk kelas
ini karena menurut kami dialah yang paling pintar diantara kami berempat. Tapi
entah taktdir atau cuman kebetulan kami bertiga juga masuk kelas yang bisa
dibilang kelas anak elit ini. Tapi disini kata elit itu kebalikannya kelas elit
angkatan kami ini justru kalau kata guru-guru kami adalah kelas paling parah
dan yang paling lengkap bagaimana tidak, di kelas kami semua tipe anak adan
mulai dari yang paling jenius, yang pinter, yang nakal, yang alim, sampai yang
paling bodoh juga ada. Kelas kami ini adalah raja dari semua kelas, kelas kami
ini adalah raja ribut, raja nakal, bahkan sampai-sampai ada beberapa guru yang
masuk kekelas kami keluar-keluarnya berlinangan air mata. Katanya sih gak tahan
sama kami, tapi kami juga tidak tahu apa yang menyebabkan itu semua mungkin
karena sebagian besar dari murid laki-laki di kelas kami nakal-nakal sekali.
Hah… sudahlah tidak usah di pikirkan karena ini cerita kami berempat.
Kelas IIV pun berlalu, persahabatan kami berempatpun
bertamabah erat. Bahkan ketika kami duduk dikelas IIIV persahabatan kami tidak
hanya di lingkungan sekolah saja tapi lebih dari itu diluar sekolahpun kami
berempat mulai sering jalan-jalan bareng bahkan kami nginap bergiliran. Maklum
ketika kami naik kelas IIIV ini orang tua kami mulai sedikit kasih kelonggaran
izin bagi kami. jadi otomatis dengan itu persahabatan kami pun mulai jadi
semakin lengket. Tapi namanya juga persahabatan pasti ada saja yang namanya
ngambek-ngambekkan marah-marahan dan galau-galauan dan si Dila sama si Dita
yang paling sering kaya gitu dan sebabnyapun beragam tapi beberapa hari juga
kami sudah saling minta maaf karena sadar kesalahan masing-masing dan baikan
lagi. Di kelas IIIV ini juga kami semua sedikit demi sedikit mulai mengenal
yang namanya cinta-cintaan, kami masing-masing juga mulai pacar-pacaran ala
anak sekolahan dan yang paling sering matahin hati dan di patahin hatinya
adalah si Dila sama si Dita. Kami berempat biasanya sering bercanda ria tertawa
bersama dan ngalar ngidul bersama biasanya sih di deretan bangku paling
belakang pas jam istirahat dan juga kalau ada jam kosong sambil di temenin sama
keriuhan kelas kami yang sudah seperti pasar di pagi hari. Memang bagi kami
berempat kelas IIIV adalah saat-saat dimana kami bebas bercanda,tertawa,
bermain, dan melakukan semuanya bersama-sama karena kelas IIV adalah waktu kami
untuk bisa sedikit bersantai.
Tak terasa saat-saat menyenangakan penuh canda tawa
itupu telah berlalu karena kami sudah naik kelas IX, kelas dimana kami harus
mulai serius untuk menentukan arah masa depan kami. tapi walau begitu semua
cerita-cerita persahabatan kami tidak berhenti sampai disini, apalagi sekarang
kami berempat sudah sepakat membentuk sebuah geng yang kami namai “GIGOS”. Dari
sini kami juga mulai lebih mengenal arti persahabantan yang sebenarnya kami
mulai menghadapi banyak peristiwa baik itu susah, sedih, senang tapi kami
selalu berusaha menghadapi semuanya bersama-sama karena kami percaya kami ini
adalah sahabat sejati. Di kelas IX tak banyak yang dapat kami lakukan bersama
karena memang kami semua disibukkan dengan kegiatan-kegiatan persiapan untuk
menghadapi Ujian Nasional yang sudah di depan mata. Tapi kami selalu berusaha
untuk selalu mencuri-curi kesempatan di sela-sela kegiatan kami yang super
duper padat ini. Di sela-sela waktu itu kami gunakan untuk hanya sekedar
bermain bersama dan tak lupa selfie bersama untuk mengabadikan setiap
moment-moment kebersamaan kami berempat, sebenarnya selfie itu adalah kebiasaan
kami sejak lama. Di tengah-tengah serunya canda dan tawa kami tiba-tiba kami
harus menerima sebuah kenyataan, kalau salah satu dari kami memutuskan untuk
melanjutkan sekolahnya di luar kota, mendengar itu semua kami sangat sedih
dan terpukul karena dengan semua itu
otomatis canda tawa dan semua cerita-cerita persahabatan kami berempat yang
penuh warna akan berakhir sampai disini karena kami beremapat akan terpisah.
Beberapa hari kami sempat sedih dan tidak saling bicara, hingga akhirnya kami
bertiga memutuskan untuk membujuk Elina untuk mengurungkan niatnya melanjutkan
sekolahnya di luar kota, sekuat tenaga kami bertiga berusaha sekuat tenaga
membujuknya untuk mengurungkan niatnya itu. Tapi kembali kami bertiga harus
kembali menelan kekecewaan karena dia tetap ingin meneruskan rencananya itu,
hingga akhirnya kami putus asa dan kami memutuskan untuk mengikhlaskannya
pergi.
Profil Singkat
Rina Marianti.
Lahir di Kotabaru Reteh, 23 September 2003. Mahasiswi Program Studi Pendidikan
Bahasa dan Sastra Indonesia, Fakultas Keguruan dan Ilmu Pendidikan, Universitas
Riau. Berada di kelas 2021A.
Memiliki motto hidup “Belajar dari kegagalan adalah hal yang bijak”. Contact person: 0822-1375-1519
Komentar
Posting Komentar