Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022

 Sesal

Dwi Mar’atus Sholihah

 

          Kata “keluarga”  bagi sebagian orang berarti  ‘tempat berkeluh kesah’ , ‘tempat terbaik’ , atau ‘tempat curhat segala hal’. Tetapi tidak bagi Zena, seorang gadis kaya raya berusia 18 tahun dengan rambutnya yang nan panjang dan hitam, berhidung mancung, serta bermata biru bak warna lautan. Ia sangat menginginkan sosok keluarga yang mampu mendengarkan segala keluh kesahnya. Ibu Zena, seorang karyawati di salah satu perusahaan properti di Surabaya. Ayah Zena, seorang direktur di perusahaan Batu Bara. Mereka jarang menghabiskan waktu dirumah apalagi bercengkrama dengan Zena. Mereka lebih sering menghabiskan waktu dikantor. Ketika mereka pulang, Zena sudah tertidur. Disaat mereka pergi, Zena masih belum terbangun dari ranjang empuknya. Saat hari libur atau akhir pekan, Zena selalu mengajak ibunya bercerita “Ma, semalam temanku ada yang terjatuh, hahahaha”. Ibunya menjawab “besok besok aja ya ceritanya,mama lagi sibuk” lalu ia pun mencari ayahnya. Respon ayahnya pun sama “maaf, papa lagi sibuk kerjaan. Jangan diganggu”. Zena lalu pergi kekamarnya dan menangis. Yang ia inginkan sebenarnya bukanlah uang, namun waktu bersama keluarganya.

          Setiap pagi, yang menyambut zena dengan ramah adalah Bi Ros, seorang perempuan tua berusia 58 tahun dengan rambut yang hampir memutih seluruhnya, serta bermata sayu. Bi Ros telah bekerja sebagai pembantu rumah tangga dan telah merawat Zena sejak kecil hingga sekarang berusia 18 tahun.

          Di suatu pagi dengan  mentari yang bersinar cerah, seperti biasa Bi Ros selalu bertanya kepada Zena “Non, mau sarapan apa?”  “gausah bi, nanti sarapan di sekolah aja bareng temen-temen” jawab Zena sambil menyisiri rambutnya. Tanpa ia sadari, rambut-rambut berjatuhan dari kepalanya. “Rambutku kok rontok ya? Kayaknya harus ganti shampo mungkin aku gak cocok pakai shampo yang itu”. Kepala Zena pun sering sakit namun ia berfikir ia hanya stress makanya sering sakit kepala. Semakin hari, rontok di rambut Zena semakin parah dan bahkan hampir botak, kepalanya pun terasa semakin sakit. Akhirnya, ia memutuskan untuk pergi ke dokter sendirian karna ia tau bahwa orang tuanya gak mungkin punya waktu untuk menemaninya ke dokter.

          Setelah pemeriksaan selesai, Dokter memberi surat kepada Zena. “surat ini tolong berikan kepada orang tuamu, ini hasil pemeriksaan tadi” kata dokter.”Baiklah Dokter, terimakasih” Ucap Zena. Di perjalanan, Zena membaca surat yang diberikan dokter. Ia terkejut karena di surat itu tertulis bahwa ia mengalami kanker otak stadium 4. Ia pun bingung dan menangis. Sesampai dirumah, surat dari Dokter diberikan ke orang tuanya. Namun bukannya dibaca, tetapi hanya dipegang-pegang lalu dibuang. Mereka kira Zena hanya mengalami penyakit biasa. Zena berusaha mengobati penyakit yang dideritanya dan berserah diri kepada Allah berharap penyakitnya disembuhkan. Ternyata tidak, semakin  lama penyakit yang zena derita semakin parah.

          Pada suatu malam, sakit kepala Zena tidak bisa tertahan dan akhirnya ia menghembuskan nafas terakhirnya tanpa diketahui kedua orang tuanya. Pagi harinya, seperti biasa Bi Ros membangunkan Zena “Non, bangun! Sudah jam 6!” tidak ada jawaban dari dalam kamar. Lalu Bi Ros mencoba lagi “Non, bangun! Sudah jam 6 lewat, Non? Non?”  Bi Ros khawatir lalu mendobrak pintu kamar Zena dan mendapati Zena sudah terbujur kaku. Lalu Bi Ros pun menelpon kedua majikannya sambil menangis “Buk, Pak, Non Zena!” “Zena kenapa?” tanya mereka. “Non Zena me . . . meninggal” mereka pun terkejut dan langsung pulang ke rumah. Sesampai di rumah, mereka melihat banyak warga sudah berkumpul di rumahnya. Mereka menangis dengan kencangnya. Rasa penyesalan dan kekecewaan pada diri sendiri pun menyelimuti. Tetapi, apalah arti sebuah penyesalan. Semua sudah terjadi.  Zena telah meninggalkan mereka untuk selama-lamanya.


Profil Singkat


Dwi Mar’atus Sholihah. Lahir di Dumai, tanggal 8 Juni 2003. Mahasiswa Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia di Universitas Riau kelas 2021 C. Tinggal di Jalan Sukaramai gg. Musholla, Bukit Kapur, Dumai. Anak ke 2 dari 2 bersaudara. Hobi saya mendengarkan musik dan scroll tiktok.



Posting Komentar

0 Komentar