Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022

 PEREMPUAN BERGELANG BIRU

Dwi Mulyani

 

Aku menulis surat ini untuk Kiara Winata, perempuan bergelang kupu-kupu biru yang membawa energi positif dalam hidupku. Perempuan dengan sejuta kelebihan, namun menyembunyikan sejuta kepedihan. Hei Ra, aku merindukanmu. Aku merindukan bagaimana saat aku berdiri bersamamu di tiap hujan, bagaimana senyummu selalu mengembang mengalahkan keindahan senja yang muncul setelah tenggelamnya matahari, dan bagaimana hanya dengan tatapan matamu… kau mampu mendeskripsikan dunia dan segala isinya.

Ra..

Di tiap detik, bayangan sosokmu yang ceria sambil memegang eskrim selalu terlintas saat ku dengarkan lantunan music favoritmu melalui vn suara yang kau nyanyikan pada waktu lalu. Lantas aku teringat bagaimana kau mengajakku untuk mandi hujan dengan antusias.

Aku tersenyum saat mengingatnya

……kemudian, menangis…..”

***

Aku terdiam duduk di depan meja belajar. Sudah dua setengah jam berlalu, aku memandang kalender mini dengan beberapa coretan yang ada di depanku. Mengambil sebuah spidol berwarna biru yang sudah lama tak ku pakai.

Syukurlah masih berfungsi dengan baik.

Mulai ku gerakkan tanganku untuk mencoret sebuah tanggal yang tertera di kalender mini itu.

Ya, tepat di angka tanggal 12 bulan ini.

Aku mengambil sebuah kotak berwarna coklat yang ku simpan di dalam lemari. Sebuah foto polaroid semasa SMA yang menarik tentangku dengan seorang anak perempuan yang memiliki mata terindah.

Aku membuka sebuah album foto disana. Mulai membuka halaman demi halamannya, lalu tersenyum hambar. Tertawa karena teringat dirinya, perempuan yang ceria dan selalu membuatku tertawa dengan caranya sendiri.

“kita cuma sebentar ternyata”, monolog Keenan sendu pada foto itu.

Sekarang, akan ku ceritakan siapa perempuan itu. Bernostalgia sedikit mungkin tidak masalah, aku pun tak bermaksud melupakannya sama sekali.

Walaupun pedih…

***

“kalo pendidikan TNI, dimana Nan?”

Aku tersenyum, melihat kearah gadis yang sedang memakan eskrim vanilla favoritnya.

“untuk bintara dan tamtama di Siantar pendidikan untuk yang tes di sini yang dari korem 031 wirabima”

“oh beda daerah, beda tempat pendidikannya?”

“iyaa Raa bedaa. Kalau di Sumatera ni ada dua tempat pendidikannya untuk bintara dan tamtama. Di kodam 1/bb di siantar, satu lagi di kodam 2/bb tempatnya di Padang”

“jadi ntar Keenan dimana?”

“di Siantar Raa” jawabku.

Ara mengangguk ber oh mendengar penjelasan singkat dariku. Dia tahu cita-citaku sedari dulu adalah menjadi TNI. Tidak jarang gadis itu beberapa kali menanyakan perihal TNI kepadaku. Tidak memiliki alasan untuk meninggalkan Ara, dia gadis yang baik, lucu, ceria, tapi suka lupa sarapan dan keras kepala jika diingatkan untuk tidak berlebihan meminum es.

“jadi kalo pendidikan, berapa lama?” suara nya menyadarkanku dari lamunan ketika memperhatikan dia yang masih asik dengan eskrim nya.

“8 bulan, 5 bulan pendidikan militer, 3 bulannya lagi pendidikan kejuruannya” Keenan melanjutkan pembicaraannya.

Ara melotot kearahku, “hah? 8 bulan? Gak pulang-pulang?!!” pekiknya tertahan.

Aku pun tersenyum kecil sambil menggeleng pelan. Paham akan maksud dari perkataan gadis bergelang biru itu.

Ara kembali memakan eskrimnya dengan wajah murung. Aku sangat mengerti makna pertanyaan terkejut yang dia tanyakan tadi. Kekhawatiran dan overthinking yang sudah mendarah daging di pikirannya membuatnya tidak jarang memikirkan hal-hal yang tidak perlu ia pikirkan, terlebih ketika aku sudah dinyatakan lulus masuk TNI AD tepatnya di tahun ini dan akan berangkat pendidikan minggu depan.

Aku yang tidak menyukai perdebatan, dan Ara yang tidak menyukai kesenggangan, adalah alasan dibalik damainya hubungan kami.

Aku menyayangi Ara, begitu pula sebaliknya.

Aku hanya ingin terus bersama Ara.

Namun apakah bisa?

***

Hari ini, adalah hari yang bahagia sekaligus pilu. Semua para calon pendidikan yang akan berangkat sudah berkumpul di tempat. Ada yang menangis, berpelukan dengan kerabat, ada juga yang ber swafoto untuk kenang-kenangan menjelang kepulangan. Aku sudah disini, bersama Ayah, Ibu, dan adikku. Tentunya dengan perasaan haru sekaligus bangga kedua orang tuaku memelukku.

Tidak lama kemudian, seseorang yang ku tunggu pun datang. Aku menghampirinya dengan air mata yang sebisa mungkin aku tahan.

“ini kan Nan? Yang selalu kita tunggu” suaranya bergetar.

Aku mengangguk lemah, sembari tersenyum pahit melihat setetes air mata membasahi pipinya.

“es nya dikurangin yaa Raa, jangan makan coklat ntar sakit perut, jangan keseringan mandi hujan ntar sakit, jangan suka lupa sarapan lagi Raa, ga pake sakit ya Raa?” jelas Keenan.

“kalo Keenan pergi, gada yang ngomelin Ara lagi deh”  Ara tersenyum masam menanggapi ucapan Keenan.

Nafasku sesak mendengar perkataan gadis di hadapanku ini. Cukup lama, aku takkan lagi melihat senyum manis itu secara langsung, mengomelinya saat makan eskrim atau bahkan memandangi matanya yang teduh.

“nanti kalau ada waktu main hp, Keenan pasti kabarin Ara, Okeyy?”

Ara menghela nafas panjang, mengangguk menyetujui.

“ Selamat Pendidikan Keenan Dirgantara, sampai jumpa lagi di tahun depan, dengan perasaan, doa, harapan, dan orang yang sama. Ara tunggu disini ya Nan”.  Ucapnya perlahan, tanpa mengalihkan pandangannya .

***

Dahinya berkeringat, tangannya lembab, seketika atmosfer disekitarnya terasa dingin.

“ARAAAAA!!!!”

Teriak laki-laki itu yang terbangun dari tidurnya. Lagi-lagi mimpi itu kerap mendatanginya, menyisakan kehampaan di kamar laki-laki itu.

Ah Ntahlah, jelas dia merindukan gadis itu. Keenan ketiduran di depan meja belajarnya, dengan suara rintik hujan yang perlahan berhenti. Seketika kenangan itu meluap kembali, memenuhi kepala Keenan,

Lagu location unknown by HONNE, berputar pada earphone Keenan tepat pada lirik ‘I look over to your photograph and I think how much I miss you. I miss you’

“Keenan kangen Ra…, bangett”. Keenan mengambil jaket donker dan kunci motornya.

Ia berhenti di sebuah toko bunga yang selalu ia kunjungi akhir-akhir ini.

Dan disinilah ia sekarang. Di depan sebuah gundukan tanah dengan rangkaian bunga yang selalu ia letakkan setiap minggunya. Ia meletakkan bunga mawar berwarna biru yang ia beli beberapa waktu lalu. Keenan membersihkan sedikit tanah di nisan yang bertuliskan Kiara Winata,  12  juli 2021. Iya, tepat 7 bulan setelah kepergian Keenan, Gadis itupun pergi meninggalkan dunia karena penyakit Kanker darah yang ia sembunyikan 2 tahun belakangan ini.

“hai perempuan bergelang biru kesayangan Keenan, apa kabar? Udah 10 bulan kita ga ketemu Raa, dan ternyata hari itu adalah hari terakhir Keenan ngeliat Ara. Tapi sekarang udah ga sakit lagi kan? Kenapa ga pernah mau cerita si Ra? Kenapa nyembunyikan pedih sendiri?”

Laki-laki itu tak kuasa menahan tangis di depan hadapan makam gadis tercintanya yang tak akan pernah lagi ia lihat dan temui sampai kapanpun. Ia tersenyum ketir melihat tulisan di nisan yang sewaktu lalu berkata akan menunggunya pulang.

“besok Keenan pergi Raa ke Papua, ada tugas jaga perbatasan di sana. Ntar kalo udah pulang, Keenan pasti mampir lagi kesini. Keenan pamit yaa Raa, maaf karena meninggalkan, maaf karena pergi, maaf karena ingkar. Tetap jadi Ara, tetap indah dengan warna yang Ara punya. sekali lagi makasi Raa, udah jadi Ara nya Keenan. Semoga cerita kita jadi sesuatu yang nggak akan mati meski salah satu tokohnya tidak ada.”

Semenyedihkan apa pun sebuah akhir, Keenan terima sekarang, dia tidak menyesal pernah mengenal perempuan itu, Kiara Winata dengan segala hal yang Keenan kagumi, segala hal yang Keenan suka, dan jadi candu untuknya.

Terimakasih untuk cerita yang penuh warna dan telah memberi versi terbaik dari kisah cinta yang pernah ada. Semua cukup hidup di ‘masa’ itu saja, bersama semua tokoh yang pernah terlibat dalam ceritanya.

Kita selamanya.


Profil Singkat




Dwi Mulyani. Lahir pada bulan Desember 2003 di Perawang. Alumni SMA Negeri 1 Pangkalan Kerinci. Melanjutkan pendidikan di Universitas Riau, Pendidikan Bahasa dan Sastra Indonesia. Memiliki hobi menulis, membaca dan di dunia bisnis. PEREMPUAN BERGELANG BIRU merupakan karya pertamanya. Uwi punya mimpi untuk menjadi penulis Wattpad terkenal atau lebih dari itu? ‘setiap hal akan pergi, lupa, hilang dan dilupakan’ namun tidak untuk tulisan yang hidup dalam keabadian. Instagram : @dwimulyanii_


Posting Komentar

0 Komentar