MIMPI
Finie Lestari
Apa semua orang tidak mempunyai mimpi? Dan
apakah orang sepertiku tak boleh bermimpi?
Aku hanya bisa merenung dan berfikir. Banyak
orang yang meremehkan mimpiku. Banyak orang yang tertawa setelah mengetahui
mimpiku. Banyak juga yang menyindir. Dan ada juga yang membuliku karena
mimpiku. Seorang perempuan paruh baya berusaha menenangkan anak gadisnya yang
sedang menangis tersedu-sedu karena ingin kuliah dan mencapai mimpinya.
Perempuan itu memeluk putrinya sambil membelai rambutnya.
“Sudahlah, Nak. Kamu jangan terlalu
dipikirkan omongan orang-orang di luar sama,” bisik perempuan paruh baya itu
untuk menenangkan hati anaknya yang sedang berduka.
“Ibu ngerti apa yang Aisyah rasain. Ibu paham,
Nak. Ibu cuma pesan aja sama Aisyah. Kamu jangan terlalu mengharapkan untuk
ngelanjutin kuliah. Kamu ngertikan, Nak?” sambungnya. Aisyah melepaskan diri
dari pelukan Ibunya,
“Ke....ke
kenapa i ibu ga-gak percaya sama Aisyah? Ibu mau bilang kalau Aisyah cuma anak buruh
tani. Dan Ibu juga mau bilang kalau Aisyah gak mungkin bisa kuliah. Iya ‘kan,
Bu? Bilang aja didepan Aisyah” ucapnya
di sela-sela isakannya,
“Gak bukan begitu, Aisyah. Ibu sedih nge-”
“Kenapa, Bu? Ibu emang gak pernah bisa ngertiin Aisyah ya. Aisyah cuma pingin
buktiin kalau Aisyah itu mampu dan bisa sukses juga membanggakan ibu nanti.
Sekarang udah banyak peluang buat anak-anak yang pengen kuliah tapi gak ada
duitnya. Sekarang udah banyak beasiswa, Bu. Jadi, gak terlalu sulit dengan
biayanya, Bu. Dan Aisyah yakin kalau Aisyah bisa, Bu.”
“Ya sudahlah, Nak. Ibu cuma bisa mendo’akan
yang terbaik buat kamu, Nak,
” ucap ibunya sambil menepuk bahu dan
menunduk kebawah Aiyah, ibunya pergi meninggalkan putrinya itu sendiri.”
Aisyah hanya bisa menundukkan kepalanya
dan mendengarkan ejekan demi ejekan dari temannya. Dia sadar apa yang jadi
mimpinya memang sangat sulit untuk dia wujudkan.
(Beberapa hari kemudian, siang hari didepan halaman rumah duduk dibawah
pohon dengan suasana panas disiang hari, lalu teman Aisyah mendekat)
“Wihh ... Brosur apa ini, Syah?” ucap
Indah setelah mengambil alih selembar kertas dari tangan Aisyah. “Bukan apa-apa
kok, Ndah.” Aiyah berusaha mengambil kertas dari tangan Indah. Tetapi kertas
itu dijauhkan oleh Indah. “Ndah, balikin dong,” kata Aiyah sambil terus
berusaha mengambil alih kertas miliknya. “Bentar dong, gue mau baca nih
penasanan” Aisyah pun bergegas mengambilnya kembali.
“Kenapa takut banget sihh?” ucap Indah
lalu membuka dan membaca kertas yang dia bawa. “Hahaha... Aisyah Ramadhani
mengajukan permintaan beasiswa tapi ditolak.” Indah melemparkan kertas yang ia
bawa tepat di wajah Aisyah. “Hahaha kasian banget sih...Aisyah!!” seru
teman-temanya yang lain. “Kalian ini kenapa sih? Emangnya kalian gak punya
mimpi,” bela Jihan. “Han, lo itu kenapa sih? Ya kita pasti punya mimpi lah. Ya
kali” Tapi dia kan cuma anak buruh cuci yang ngayal buat kuliah. Haha gak
panteslah,” bantah Indah.
“Terus kalo Aisyah cuma anak buruh cuci apa
urusan lo? Apa dia gak boleh punya mimpi. Apa cuma orang kayak kalian aja yang
boleh punya mimpi.” Aldi berdiri dari tempat duduknya. “Han, ajak Aiyah kerumah
aja ya jangan disini, nanti ibunya liatin kita lagi bertengkar. Jangan sampai
warga melihat kita, dan teruntuk ibunya kalau gak mau kena marah,” lanjutnya.
Dan diikuti anggukan patuh dari Jihan.
Pada malam itu dia berfikir semenjak
saat itu Aisyah memiliki semangat belajar yang sangat tinggi untuk menghadapi
Ujian Nasional yang tinggal beberapa hari lagi. Dia memiliki tekad yang sangat
kuat untuk mendapatkan besiswa. Pihak sekolah mengiming-imingi beasiswa bagi
siswa yang mendapatkan nilai tertinggi.
Beberapa minggu setelah ujian nasional,
pengumuman nilai dan kelulusan pun sudah keluar dimading. Dan hasilnya Aisyah
mendapatkan nilai ujian nasional paling tinggi dari teman-temannya dan dia
mencoba beasiswa di universitas yang dia impikan....
Dan ternyata dia diterima diuniversitas
yang dia inginkan. Ibunya berkata “Nak, Aisyah Alhamdullillah ya Tuhan, terima
kasih ya tuhan engkau telah mewujud kan mimpi anak saya”, sambil memegang
tangan Aisyah dan memeluknya” Dan Aisyah pun sukses dan bahagia bersama ibunya.
Happy Ending....
0 Komentar