Karya Mahasiswa PBSI pada Gerakan Literasi Mahasiswa 2021-2022

 Janji Seorang Anak Untuk Orang Tua

Mhd.Berly

 

            Setiap orang memiliki presepsi nya sendiri mengenai keluarga bahagia, begitu juga dengan aku. Aku memiliki konsep sederhana mengenai keluarga bahagia, bagi ku keluarga bahagia adalah sebuah keluarga kecil sedehana yang bertabur kasih sayang. Presepsi ku tidak salah, namun juga tidak seutuhnya benar.Aku tinggal bersama sebuah keluarga kecil yang bahagia. Yang terdiri dari Ayah, Ibu dan Adik ku dan tentunya aku. Ayah bekerja sebagai security di sebuah sekolah tepat nya didepan rumah ku yang hampir setiap hari nyamendapatkn pahala karena telah menjaga dan merawat sekolah dengan baik.

            Gaji Ayah sudah cukup membantu kehidupan kamu bertiga, namun ibu ku juga bekerja sebagai Guru bahasa Indonesia disekolah yang sama tempat ayah ku bekerja,karena kebutuhan yang semakin banyak sedangkan aku sibuk menikmati usia ku dengan kuliah ku, aku berkuliah di Universitas Riau Jurusan Pendidikan Bahasa Indonesia sesuai dengan jurusan ibuku yang lumayan jauh dari rumah sehingga aku pergi merantau untuk mencapai cita cita ku.

            Begitu besar pengorbanan Ibu untuk anaknya. Jiwa raga dipertaruhkan, mulai dari  anak itu masih berupa janin hingga menyerupai manusia dalam kandungan. Betapa sengsaranya seorang Ibu selama Sembilan bulan lamanya terbebani sosok yang menyerupai manusia dirahimnya. Namun, keiklasan yang dimiliki Ibu mampu mengubah beban yang begitu berat menjadi seringan kapas. PKK

            Seorang ibu tak pernah mengeluh dan tak pernah merasa nyenyak disetiap posisi tidurnya. Terpenting dalam diri seorang Ibu adalah, bagaimana anak yang dikandungnya merasa senyaman mungkin. Subhanallah, entah seberapa kekuatan seorang Ibu ketika dianugrahi anak yang dikandung.

            Setiap hari saat, dalam hati maupun mulut seorang ibu tak pernah lepas mendoakan sibuah hatinya agar jada anak sholeh atau sholehah. Doa, doa, doa, dan terus berdoa tak pernah lepas terucap oleh ibu, sangat beruntung anak yang mempunyai Ibu yang selalu mendoakannya.

            Ketika anak ingin berpindah ke dunia baru, yakni dari dunia rahim ke dunia nyata seorang ibu merasakan sakit yang luar biasa saat melahirkan. Hanya hidup dan mati yang  jadi pilihan terakhirnya. Ketika anak berhasil keluar “oek oek oek…! Kebahagiaan tak terhingga. Bagi seorang ibu mendengar suara pertama anaknya. Letih, lesu, senyum, bahagia, dan tangis melebur disatu raut muka seorang ibu saat melihat anaknya lahir sehat.

            Tak selesai sampai disitu, seorang ibu masih memiliki tanggungan untuk membesarkan sibuah hatinya. Seorang ibu masih sibuk mengurusi masa-masa bayi anaknya.

            Ibu harus menyusui ketika anak sedang lapar dan haus. Ibu harus menimang ketika anak sedang menangis. Dan ibu selalu menjadi penghibur setia anaknya setiap saat. Begitu besar kasih saying seorang ibu kepada anaknya.

            Ketika anaknya sudah mulai besar dan mulai bisa bicara, sudah dipastikan kebutuhan semakin tambah banyak. Tiada lain hanya seorang ibulah yang akan menanggung itu semua. Hal terpenting bagi seorang ibu adlah bagaimana kebutuhan anak bisa tercukupi dengan baik.

            “Bu, ibu, aku lapar! Ibu dimana?” Dengan nada teriak manja.

            “iya, nak… ! sebentar…! Ibu lagi nyuci piring”

            “Cepatlah, Bu… ! lapar nih.”

            Sesibuk apapun seorang ibu rela meninggalkan hanya untuk anaknya, tonggak utama kehiddupan seorang ibu tiada lain adalah anaknya. Karena segala kehidupan ibu direlakan untuk anaknya, senakal apapun anak, ibu selalu sabar, ikhlas, dan tersenyum menghadapinya.

            Ketika mulai masuk SD, Kebutuhan anak lebih banyak dari sebelumnya, seragam sekolah, buku, sepatu, tas, dan sebagainya harus disiapkan oleh ibu. Meskipun ibu tidak memiliki cukup uang untuk membeli itu semua, ibu tetap mengusahakan agar semua peralatan sekolah anaknya terlengkapi.

            Seorang ibu rela hutang kesana kemari, menjual peralatan berharganya, bekerja apapun asal mendapat, uang semata-mata hanya untuk anaknya. Meskipun banyak fikiran, badan terasa sakit, namun seorang ibu tetap menjaga senyum manis didepan anaknya.

Ibu memang sayang dengan ku. Apapun yang ku inginkan selalu dituruti oleh ibu, walau pun kadang-kadang ibu sedikit cerewet, tapi hanya dengan sedikit air mata kucing semua keinginan ku pasti akan dikabulkan.

            Aku adalah anak yang manja dan selalu mengandalkan orang-orang di sekelilingku. Aku sangat menyayangi ibu dan bapakku. Mereka selalu memberikan yang terbaik dan paling baik untuk ku. Sekilas aku mengingat betapa indahnya masa kecilku dulu dikala aku sakit, dikala aku bahagia, maupun aku sedih. Merekalah yang selalu ada di sampingku dan selalu menyemangatiku untuk bangkit. Pelukan dari merekalah yang membuatku tenang.

            Mereka mengajarkanku arti sebuah kehidupan, kesabaran, keikhlasan, rasa bersyukur dan perjuangan hidup. Sudah berapa keringat dan tetesan air mata yang mereka keluarkan untuk ku. Besar atau kecilnya kesalahanku padanya mereka selalu memaafkanku dan menasehatiku dengan tutur kata yang lembut dan penuh kasih sayang. Senyuman dan dorongan dari merekalah yang membuatku semangat untuk menuju masa depanku. Kini aku mulai beranjak dewasa dan berusaha ingin merubah segala kebiasaan-kebiasaan buruk diriku

Aku mulai belajar dan berjanji pada diriku sendiri:

“aku bukan anak kecil lagi yang selalu bergantung kepada orang lain”

“aku bukan anak manja yang selalu mengadu dan mengeluh pada ibu dan bapakku”

“aku akan berjuang dan berusaha sendiri”

“aku tidak boleh menyerah dalam keadaan apapun” dan “aku akan buktikan suatu saat nanti bahwa aku bisa”

            Itu janjiku pada diriku yang hingga sekarang aku sedang jalani. Walau sulit sekali untuk aku kerjakan dan banyak sekali tikungan tajam yang menghampiriku dan menghancurkan semangatku untuk jadi yang lebih baik, tetapi aku memiliki tuhan yang selalu bersamaku dan menjagaku dikala umatnya yang ingin berubah dan menjadi yang lebih baik lagi.

            Dikala aku mengeluh, dan menangis dan dalam hati berbicara “apakah aku bisa?” namun aku buka lagi janji-janji ku yang memang sengaja aku tulis di buku yang aku tulis sendiri untuk motivasiku, kemudian semangat itu muncul lagi dan makin termotivasi untuk bangkit

            Mungkin sekarang aku belum bisa memberi kebahagiaan sepenuhnya untuk kedua orangtuaku namun aku mempunyai sekilas doa sederhana yang setiap hari bahkan setiap detik aku ucapkan dalam shalatku atau pun dalam kesendirianku

Ya allahhh…

“beri aku kesempatan tuhan untuk menjadi yang lebih baik lagi”

“beri aku kesempatan untuk membuktikan pada diriku sendiri bahwa aku bisa”

“beri aku kesempatan untuk bisa membahagiakan ibu dan bapakku” dan “beri aku keteguhan iman dalam menjalani kehidupan yang tidak selalu mulus”

Aminnn…

“aku sayang dan cinta ibu dan bapakku dan aku akan membahagiakan mereka”

            Oh tuhan,  Bukankah aku sudah berikrar pada diriku sendiri untuk tetap menjaga janji itu. Tetap memegangnya erat walau apapun yang terjadi meski harus menghadapi rintangan sebesar apa pun itu. Selagi doa orang tuaku masih terucap dari mulut nya dandidengar kan oleh Tuhan ku aku yakin sukses perlahan akan menghampiri ku

            Dan sekarang lihatlah, Bu. Kini aku sedang  membuktikanya padamu. Kelak esok Sudah tak ada lagi yang akan menuntutku aneh-aneh. Seluruh bulananku kedepan akan kufokuskan untuk orang tua ku Mengingat mas lukman yang hanyalah mampu sedikit membantuku. Aku akan tetap terus sekuat tenaga menyelesaikan semua ini, semua yang seperti ibu janjikan dulu kepada -mereka-mereka, secepatnya masalah ibu pasti akan kuselesaikan. Demi Kebahagiaan orang tua ku yang telah berjuang demi anaknya dan juga Juga demi janjiku padamu.


Profil Singkat


Mhd.Berly. Mahasiswa Pendidikan Bahasa Sastra dan Indonesia Universitas Riau. Berkuliah di Universitas Riau pada tahun 2021. Kini sedang berada di semester 2 tepatnya di kelas 2021A.

 



Posting Komentar

0 Komentar