Oleh Ikhwan
Rina adalah seorang mahasiswi sastra yang berasal dari Riau. Dia sangat mencintai tanah kelahirannya dan ingin mempromosikan budaya dan sastra Riau kepada dunia. Dia bercita-cita menjadi seorang penulis yang bisa mengangkat kisah-kisah dari Riau, seperti legenda Siak, Malin Kundang, dan Putri Junjung Buih.
Suatu hari, dia mendapat kesempatan untuk mengikuti sebuah lomba menulis cerpen nasional yang diselenggarakan oleh sebuah majalah terkenal. Tema lombanya adalah "Indonesia Kaya". Rina merasa ini adalah kesempatan emas untuk menunjukkan kekayaan budaya dan sastra Riau. Dia pun bersemangat untuk menulis cerpen yang bisa merepresentasikan Riau dengan baik.
Namun, menulis cerpen tidak semudah yang dia kira. Rina mengalami kesulitan untuk menemukan ide yang menarik dan orisinal. Dia juga bingung harus memilih genre apa yang cocok untuk cerpennya. Apakah dia harus menulis cerpen realis, fantastis, atau historis? Apakah dia harus menggunakan bahasa Indonesia, bahasa Melayu, atau bahasa daerah lainnya? Apakah dia harus mengutip puisi-puisi dari Riau, seperti Gurindam Dua Belas, Syair Siak, atau Pantun Melayu?
Rina merasa frustasi dan hampir menyerah. Dia merasa tidak punya bakat menulis dan tidak pantas mengikuti lomba tersebut. Dia merasa tidak ada yang peduli dengan budaya dan sastra Riau. Dia merasa sendirian dan tidak mendapat dukungan dari siapa pun.
Tapi, dia salah. Dia tidak sendirian. Dia masih punya teman-teman yang selalu mendukungnya. Salah satunya adalah Rudi, seorang mahasiswa sastra yang juga berasal dari Riau. Rudi adalah teman dekat Rina yang selalu memberinya semangat dan motivasi. Rudi juga seorang penulis yang sudah berpengalaman dan sering memenangkan lomba-lomba menulis.
Rudi melihat Rina sedang murung dan menanyakan apa yang terjadi. Rina pun menceritakan masalahnya kepada Rudi. Rudi mendengarkan dengan sabar dan kemudian memberikan saran-saran yang berguna kepada Rina.
"Rina, jangan menyerah. Kamu bisa menulis cerpen yang bagus. Kamu punya potensi dan bakat. Kamu juga punya kecintaan yang besar terhadap Riau. Itu adalah modal utama untuk menulis cerpen yang berkualitas. Kamu harus percaya diri dan yakin dengan pilihanmu. Jangan takut untuk bereksperimen dan mencoba hal-hal baru. Jangan pedulikan apa kata orang lain. Yang penting adalah kamu menulis dengan hati dan jiwa."
"Terima kasih, Rudi. Kamu benar. Aku harus percaya diri dan yakin dengan pilihanku. Aku harus menulis dengan hati dan jiwa. Aku harus menunjukkan kekayaan budaya dan sastra Riau kepada dunia. Aku harus wujudkan mimpi dan cita-citaku."
Rina pun kembali bersemangat dan mulai menulis cerpennya. Dia memilih genre fantastis, karena dia ingin menampilkan sisi magis dan mistis dari Riau. Dia memilih bahasa Indonesia, karena dia ingin cerpennya bisa dibaca oleh banyak orang. Dia juga memilih untuk mengutip beberapa puisi dari Riau, karena dia ingin menambah nuansa sastra dan budaya Riau di cerpennya.
Cerpennya bercerita tentang seorang gadis bernama Rini yang tinggal di sebuah desa di Riau. Rini adalah seorang gadis yang suka membaca dan bermimpi menjadi seorang penulis. Suatu hari, dia menemukan sebuah buku ajaib yang berisi kisah-kisah dari Riau. Buku itu bisa membawanya ke dunia fantasi yang penuh dengan keajaiban dan petualangan. Di sana, dia bertemu dengan berbagai tokoh dan makhluk dari legenda Riau, seperti Siak, Malin Kundang, Putri Junjung Buih, Harimau, Naga, dan lain-lain. Dia juga belajar banyak tentang budaya dan sastra Riau dari buku itu. Dia merasa bahagia dan terpesona dengan dunia fantasi itu. Tapi, dia juga harus berhati-hati, karena ada bahaya yang mengancamnya. Ada seorang penyihir jahat yang ingin merebut buku ajaib itu dan menghancurkan
dunia fantasi itu. Rini harus berjuang untuk melindungi buku ajaib itu dan menyelamatkan dunia fantasi itu.
Rina menulis cerpennya dengan penuh semangat dan imajinasi. Dia menulis setiap kata dengan hati dan jiwa. Dia menulis seolah-olah dia adalah Rini yang sedang berpetualang di dunia fantasi itu. Dia menulis seolah-olah dia sedang mewujudkan budaya dan sastra Riau.
Setelah selesai menulis, Rina merasa puas dan bangga dengan hasil karyanya. Dia merasa ini adalah cerpen terbaik yang pernah dia buat. Dia pun mengirimkan cerpennya ke majalah yang menyelenggarakan lomba tersebut.
Beberapa minggu kemudian, Rina mendapat kabar gembira. Cerpenya berhasil masuk ke dalam nominasi lomba tersebut. Dia pun diundang untuk menghadiri acara pengumuman pemenang lomba tersebut di Jakarta. Rina sangat senang dan tidak percaya dengan keberuntungannya. Dia pun bersiap-siap untuk berangkat ke Jakarta bersama Rudi, yang juga masuk nominasi lomba tersebut.
Di Jakarta, Rina dan Rudi menghadiri acara pengumuman pemenang lomba tersebut. Mereka berdua sangat tegang dan berharap bisa menang. Saat pengumuman dimulai, mereka berdua menahan napas dan menunggu nama mereka dipanggil.
Dan ternyata, nama Rina yang dipanggil sebagai pemenang pertama lomba tersebut. Rina tidak bisa menahan kegembiraannya. Dia pun berlari ke atas panggung dan menerima trofi dan sertifikat dari juri. Juri memuji cerpen Rina sebagai cerpen yang orisinal, kreatif, dan menginspirasi. Juri juga mengapresiasi cara Rina menampilkan kekayaan budaya dan sastra Riau di cerpennya.
Rina sangat bahagia dan terharu. Dia merasa ini adalah mimpi yang menjadi kenyataan. Dia pun berterima kasih kepada semua orang yang telah mendukungnya, terutama Rudi, yang selalu ada di sisinya. Rudi juga sangat
bangga dan senang dengan prestasi Rina. Dia pun memberikan selamat dan pelukan kepada Rina.
Rina merasa ini adalah hari terindah dalam hidupnya. Dia merasa dia telah mewujudkan budaya dan sastra Riau. Dia merasa dia telah mewujudkan mimpi dan cita-citanya.
0 Komentar