Asa yang Tertukar
Lauren Cyndi Erza - SMAN 1 Teluk Kuantan.
Sudah sekitar 10 tahun berlalu rasanya ia tidak berkunjung ke sini. Terlihat sebuah rumah minimalis dengan beribu kenangan yang ada di dalamnya. Perlahan ia memasuki rumah tersebut dan melirik pelan sekitar. Banyak sekali jejeran piala yang sudah berdebu dan dihinggapi sarang laba-laba. Lalu, bola matanya terhenti saat melihat bingkisan foto yang berisi sepasang orang tua dan seorang anak, tepat setelah memasuki rumah tersebut. Mereka semua terlihat sumringah di sana, layaknya sebuah keluarga cemara yang sedang memperlihatkan keberhasilan yang telah tercapai. Terkecuali.. sang anak.
Ia mengambil bingkisan tersebut, mengelusnya, dan memfokuskan pandangan kepada seorang anak di sana yang tidak menunjukkan ekspresi kebahagiaan. Terlalu lama ia berlarut dalam pikirannya, sehingga..
BRAKK!!! Suara pecahan barang terdengar hingga memekakkan telinga bagi siapapun yang mendengarnya.
“SUDAH CUKUP!!”
“SAYA SUDAH KATAKAN TIDAK YASMINE!!
“Sekarang terserah, kamu mau ikuti perintah saya atau ingin pergi dari rumah ini, saya persilahkan.”
“Kamu hanya perlu menjalani, biarkan saya dan suami saya yang mengatur semuanya. Tujuan kami baik, kami hanya ingin kamu mengikuti jejak kami, Yasmine..” ujar sang Ibu dengan napas yang terengah-engah dan penuh amarah pada anak semata wayangnya.
Anak yang dipanggil Yasmine itu berlari ke arah kamar yang tak jauh dari tempat kejadian. Dengan segera ia mengunci pintu dan mulai mengeluarkan tetesan air mata untuk kesekian kalinya. Ini bukanlah perdebatan pertama antara ia dan kedua orang tuanya. Mereka selalu saja beradu mulut hingga berdebat hebat. Semua berawal sejak Yasmine mulai berani membantah perintah orang tuanya. Bukan bermaksud melawan, hanya saja Yasmine juga memiliki hak untuk menolak. Ini adalah kehidupannnya, bukan kedua orang tuanya. Mereka hanya berhak mengatur, bukan memaksa.
Yasmine hanya meresa kesal. Kenapa semua yang ia impikan harus terpaksa gugur karena orang tuanya? Sampai kapan waktunya ia harus mengalah? Sampai kapan ia harus mengikuti ego mereka?
Yasmine rasa sudah sedari dulu ia mengikuti apa yang orang tuanya kehendak. Segala ekspetasi, kesenangan, dan cita-cita Yasmine hilang begitu saja. Semua yang ia berikan selama ini hanya paksaan dari kedua orang tuanya. Yasmine hanya ingin menjadi seorang Polwan, bukan Dokter.
Perlahan rasa kantuk mulai menguasi Yasmine. Inilah kebiasaannya, selalu terlelap dalam posisi apapun saat ia sedang menangis.
***
“Belajar ikhlas ya Nak, insyaAllah jadi pahala. Setiap orang tua pasti ingin yang terbaik untuk anaknya. Mungkin saja, mereka tidak mau kamu merasakan apa yang dulu mereka rasakan, sampai-sampai mereka tidak sadar bahwa itu membuat kamu tertekan. Sifat manusia memang begitukan?”
Seorang wanita dengan suara yang lembut dan parasnya yang indah berkata kapada Yasmine. Wanita tersebut mengenakan baju serba putih yang membuat siapapun terpesona melihatnya.“Allah pasti sudah menyiapkan sesuatu yang lebih dari pada apa yang kamu inginkan. Kamu tidak lupakan apa kata Allah? Manusia tidak akan diberi ujian di luar batas kemampuannya, semakin berat ujian seseorang maka akan semakin kuat kita di mata Allah. Belum tentu semua orang akan sanggup menjalankan hal yang kita rasakan, hanya orang-orang terpilih, dan kamu ada di salah satu orang tersebut yang dipilih Allah.”
“Percayalah Nak, tidak akan ada sesuatu yang lebih indah selain janji Allah, jika tidak di dunia insyaAllah Allah akan membalas di akhirat kelak,” ia berkata dengan panjang lebar di sana.
Yasmine tersentak dari tidurnya. Ia tertegun, tak bias mencerna apa yang dikatakan Ibu tadi. Ia menetralkan pandangannya untuk memastikan keadaan saat ini. Ternyata, ia tertidur sambil memeluk bingkisan foto yang menjadi focus utamanya saat menginjakkan kaki ke rumah masa kecilnya. Yasmine memutuskan untuk berkunjung ke sana setelah kembali dari pekerjaan yang tiada henti itu. Ia sudah lama merasakan rindu yang teramat dalam kepada kedua orang tuanya.
Ya benar, sosok anak semata wayang tersebut adalah Yasmine. Anak yang selalu dikekang oleh tuntutan kedua orang tuanya. Sayangnya kedua orang tua Yasmine telah berpulang terlebih dahulu tepat pada saat dirinya mengucapkan sumpah Dokter.
Sudah bertahun-tahun yang lalu ia ditinggalkan sendiri dengan menjadi seorang Dokter tangguh yang telah menyelamatkan banyak nyawa dan tanpa siapapun yang mendengar keluhannya. Hingga saat ini, rasa penyesalan dan kekesalan masih ada pada diri Yasmine.
Namun ia tersadar, bahwa tak selamanya dunia akan berjalan sesuai kehendaknya. Ia bukan Tuhan yang bias mengatur semuanya. Tetapi, semua ini bukan tentang cita-cita, melainkan sebuah keikhlasan hati untuk menerima takdir yang telah ditentukan Maha Pencipta.
.png)
0 Komentar