Bahasa, Jiwa Bangsa - Dewi Juliana

 


Bahasa, Jiwa Bangsa 

Dewi Juliana - SMA Kristen Kalam Kudus Pekanbaru 

Di sebuah kota yang indah, ada seorang siswi bernama Alana yang sangat  populer dan memiliki banyak sekali teman. Hal ini dikarenakan keahliannya yang  sangat hebat dalam bergaul. Meskipun demikian, Alana tetap memiliki seorang  teman dekat yang selalu menemaninya di waktu suka maupun duka dan  merupakan teman curhat sekaligus penasihat Alana yang bernama Widya. 

Pada suatu hari, Alana mendapatkan sebuah pengumuman bahwa  pembelajaran di sekolah akan diberhentikan karena adanya pandemi Covid-19.  Hal itu pun membuat Alana merasa sedih karena ia tidak dapat bertemu dan  menjadi sulit untuk bergaul dengan teman-temannya. Namun, karena tidak ingin  berlarut-larut dalam kesedihannya, ia pun kemudian mencari tau cara supaya dapat tetap bergaul. Beberapa saat kemudian, Alana pun mendapatkan caranya  yaitu dengan menggunakan aplikasi pertemanan dan whatsapp. Hal itu pun  membuat Alana merasa sangat senang dan langsung menggunakan aplikasinya 

untuk bergaul dan berteman dengan orang-orang dari berbagai wilayah baik di  dalam maupun luar negeri. Tidak hanya itu, ia juga memanfaatkan whatsapp  untuk bisa berkomunikasi dengan Widya dan teman-teman sekolahnya. Akan  tetapi, karena lebih sering menggunakan aplikasi pertemanan untuk bergaul dengan orang luar negeri, Alana pun menjadi jarang berbicara dengan Widya. Di  sisi lain, kemampuan bahasa Inggrisnya semakin lama semakin meningkat. 

Suatu ketika, Alana yang merasa bosan pun teringat bahwa ia sudah jarang  berbicara dengan Widya sehingga tanpa berpikir panjang, ia pun langsung pergi  menelepon Widya. Beberapa saat kemudian, “Halo Wid, how are you? Sudah  lama kita ngga telfonan..” Kata Alana. “Haii, I’m fine, thank you. Iya nih. Kalau  kamu gimana? Sehat-sehat juga kan?” Tanya Widya. “Yup!!, I’m fine too” Sahut 

Alana. “Baguslah kalau begitu, ngomong-ngomong kamu lagi ngapain?” Kata  Widya. “Istirahat sambil telfonan.” Jawab Alana. “Ooh.. oke deh. Oiya Lana, aku  mau bilang sesuatu.” Kata Widya. “Apa tuh?” sahut Alana. “Tapi sebelum itu, aku  mau minta maaf karena untuk hari ini, aku ngga bisa telfonan terlalu lama.  Soalnya, harus bantu ngurus pesanan orang lain. Kita sambung besok aja ya,  Naa.” kata Widya. “Ooo. Oke, gapapa. Tetap semangat yaa Wid. Byee” jawab  Alana. “Iyaa, mu juga ya” sahut Widya. Setelah itu, mereka pun mengakhiri  pembicaraan tersebut dan kembali melanjutkan aktivitas masing-masing. Sejak  saat itu, Alana dan Widya pun menjadi sering berbicara meskipun, masih  terhalang oleh jarak. 

Namun, seiring berjalannya waktu, Alana menjadi jarang berbicara  menggunakan bahasa Indonesia. Hal ini dikarenakan ia jauh lebih sering berbicara  dengan orang luar negeri ketimbang dengan Widya. Bukan itu saja, ia juga  mengganggap bahwa bahasa Inggris lebih keren untuk digunakan. Suatu ketika,  Widya yang menyadari hal itu pun berusaha untuk menasihatinya. Namun, hal itu  tidak ditanggapi oleh Alana sehingga Widya pun merasa kesal. Meskipun  demikian, ia tidak ingin menyerah begitu saja. 

Keesokan harinya, Widya kembali berusaha untuk menasihati Alana supaya  tetap menggunakan bahasa Indonesia. Hal itu pun ia lakukan dengan  meneleponnya. Beberapa saat kemudian, “Hmm.. Na, aku mau bilang sesuatu  tapi, jangan dimasukkan ke dalam hati yaa.” kata Widya. “Iya, ada apa?” tanya  Alana. “Jadi gini. Jujur, aku merasa senang karena kemampuan bahasa Inggris mu  semakin lama semakin meningkat. Namun di sisi lain, aku juga merasa sedih  karena sekarang dirimu jadi jarang menggunakan bahasa Indonesia.” kata Widya.  “Hmm.. Yeaa, siapa yang peduli!. lagipun bicara pakai bahasa Inggris itu jauh  lebih keren” kata Alana. “Hmm.. di satu sisi, ada benarnya juga sih tapi, bahasa  nasional kita juga gak kalah keren tauu.” kata Widya. “Bahasa nasional?  Maksudnya?” sahut Alana. “Iya. Bahasa nasional kita itu bahasa Indonesia.  Bahasa ini membantu dalam mewujudkan cita-cita bangsa yaitu membangun  negara Indonesia yang merdeka, bersatu, berdaulat, adil dan makmur terutama di era globalisasi seperti sekarang ini lhoo. Hal ini bisa terjadi karena bahasa  Indonesia itu adalah bahasa yang menjadi penghubung sekaligus pemersatu  bangsa yang dimana dapat meminimalkan terjadinya konflik akibat beragamnya  bahasa daerah dari berbagai suku di Indonesia dan karena itulah, bahasa nasional  kita menjadi bagian dari jati diri bangsa yang tidak boleh dihilangkan ataupun  dilupakan.” kata Widya. “Hmm.. yang mu bilang ada benarnya juga. Jujur, aku  gak kepikiran sampai ke sana. Makasih yaa sudah kasih penjelasan ini, aku jadi  sadar betapa pentingnya bahasa nasional kita.” kata Alana. “Iyaa, sama sama.  Bicara pakai bahasa Inggris itu, boleh boleh saja asal jangan berlebihan sampai  lupa sama bahasa negara sendiri yaa.” kata Widya. “Okee.” sahut Alana. 

Sejak saat itu, Alana tidak lagi berlebihan dalam menggunakan bahasa Inggris  dan hanya menggunakannya pada saat berbicara dengan teman luar negeri. Ia juga  kembali membiasakan dirinya untuk berbicara menggunakan bahasa Indonesia.  Selain itu, Alana pun secara perlahan menganggap bahwa bahasa Indonesia  merupakan salah satu bahasa yang keren dan tidak boleh dihilangkan karena  bahasa tersebut adalah bagian dari jati diri bangsa Indonesia yang dimana dapat  membantu kita dalam mewujudkan cita-cita bangsa.

Posting Komentar

0 Komentar