Salma Junita - SMAS IT Mutiara
Alya gadis kecil yang tinggal di sebuah kota yang tidak terlalu besar. Sejak kecil Alya sangat tertarik pada sastra. Alya baru saja kembali dari perjalanannya dari Jepang. Alya si gadis kecil merasa negara Jepang begitu menjunjung tinggi bahasanya sendiri. Bahasa jepang terlihat sangat hidup di seluruh tempat yang dikunjunginya. Bahkan, para ilmuwan yang datang untuk bekerja ataupun meneliti disana juga sangat tekun dalam mempelajari bahasa Jepang. Hal ini menimbulkan pertanyaan bagi Alya. "Kapan ya bahasa Indonesia bisa dihargai seperti ini?" gumam Alya.
Sampai di Indonesia, Alya membawa mimpi yang begitu besar. Ia ingin bahasa Indonesia menjadi bahasa yang dihormati dan dipelajari juga oleh orang orang dari seluruh dunia. Sejak saat itu, Alya mulai berpikir upaya apa yang bisa dilakukannya agar mimpinya untuk mengenalkan bahasa Indonesia ke kancah internasional dapat tercapai.
Setiap hari Alya menghabiskan waktunya untuk membaca buku dan menulis artikel dalam bahasa Indonesia. Pada awalnya, ia hanya menulis hal-hal sederhana, seperti pengalaman berlibur, binatang peliharaannya, dan keinginannya untuk Indonesia. Namun, suatu hari Alya melihat sebuah artikel di internet tentang pentingnya bahasa dan ilmu pengetahuan. Hal ini membuat Alya menemukan ide baru." Aku harus menulis sesuatu yang lebih besar, lebih penting, dan lebih bermanfaat seperti karya ilmiah " gumam Alya.
Meski umurnya yang masih belia, Alya mulai membuat karya ilmiah sederhana tentang isu-isu hangat yang sedang marak diperbincangkan, seperti isu tentang energi terbarukan, pemanasan global, dan permasalahan kesehatan. Alya berusaha menata tulisannya dengan rapi. Menggunakan bahasa Indonesia yang jelas dan mudah dipahami. Alya berharap suatu hari karyanya bisa dibaca oleh banyak
orang sehingga para pakar ilmu pengetahuan tertarik untuk mempelajarinya dan tergerak hatinya untuk memahami bahasa Indonesia.
Perjalanan ini tentu bukanlah hal yang mudah. Alya menghadapi banyak tantangan. Setelah beberapa bulan menulis, artikel-artikel yang ia kirim hanya mendapatkan sedikit perhatian dari berbagai media. Bahkan, Alya juga mendapatkan pesan menohok dari media idolanya. Alih-alih untuk menyemangati, tetapi pihak media mengatakan bahwa karya Alya tidak layak untuk diterbitkan.
Ditambah lagi banyak orang yang berkata, "Mengapa kamu menulis dalam bahasa Indonesia? Tidak akan ada yang akan melirik karyamu walau sebagus apapun itu. Gunakanlah bahasa Inggris. Karya-karyamu yang bagus itu pasti akan dibaca oleh banyak orang," Hal ini membuat Alya mulai goyah dan semangat Alya mulai memudar. Alya mulai merasa bahwa mimpinya terlalu besar dan ia pun ingin menyerah.
Alya memutuskan untuk berhenti menulis dan memilih untuk melanjutkan sekolahnya dan menata masa depannya. Namun, suatu hari saat Alya sedang merenung di perpustaakan sekolahnya, Alya mendapatkan telepon dari orang yang tidak dikenal. Alya pun mengangkat telepon tersebut. Tak disangka-sangka ternyata yang menelepon Alya adalah seorang dosen bahasa yang telah membaca seluruh karyanya. Mereka mendukung Alya dalam menulis dan mempublikasikan karyanya dengan menggunakan bahasa Indonesia. Bahkan, salah seorang profesor mengusulkan karyanya untuk dimuat di jurnal nasional. Meski baru di tingkat lokal, ini adalah langkah awal menuju impiannya bagi Alya. Alya merasa sangat bahagia.
Alya terus berkarya, menulis lebih banyak lagi dan berharap karyanya bisa tersebar lebih luas. Melalui tekadnya, Alya percaya bahwa suatu hari nanti, bahasa Indonesia akan dikenal di seluruh dunia. Baginya memperjuangkan bahasa adalah memperjuangkan bangsa. Di era globalisasi ini, Alya ingin mewujudkan cita-cita bangsanya dengan bahasa yang ia cintai yaitu bahasa Indonesia.
0 Komentar