Galah Panjang - Zaskia Nara Oktavianti


GALAH PANJANG
Zaskia Nara Oktavianti - SMA NEGRI PINTAR PROVINSI RIAU


Hamparan ombak di tepi laut dan hembusan angin yang membuat secangkir kopi pak Anto kian mendingin. Duduk di tepi teras rumah ditemani secangkir kopi panas yang dihidangkan oleh istrinya buk WIta dan pikiran yang berkecamuk merupakan kebiasaan pak Anto sehabis ia mengajar. Pak Anto merupakan salah satu guru honor di sma garuda bangsa. Salah seorang guru honor yang sangat antusias
menyambut sanubari pagi yang sejuk dan asri, pak Anto sangat menyukai pekerjaannya sebagai guru, walaupun dengan keterbatasan yang ia punya. Pak Anto merupakan guru honor yang diberi anugrah oleh tuhan, walaupun ia tidak memiliki jari yang lengkap untuk menulis dipapan tulis, namun ia mampu membuat generasi penerus bangsa bisa menulis. Bagaikan pena yang menari di /tangan anak bangsa merupakan salah satu upaya dan jerih payah dari pak Anto. Pak anto selalu berangkat Ketika suara ayam
jantan telah terdengar, ia menyiapkan kuda perangnya yang sudah tak lagi laju larinya. Tinggal di sebuah pedesaan di desa Bura dan memiliki keterbatasan jaringan, apalagi kondisi pedesaan disana yang berada di daratan rendah membuat masyarakat disana kurang memiliki guru untuk mengajarkan mereka. Banyak guru disana hanyalah guru honor yang dimana tak sanggup lagi untuk mengajar dengan gaji yang sedikit sehingga banyak dari mereka untuk memutuskan pindah ke kota. Dikarenakan apa? Karena pemerintah tidak memfasilitasi sekolah di pedesaan sehingga menyebabkan banyak sekali para bibit bangsa yang tidak ingin mengajar disekolah tersebut dan memilih untuk pindah kekota. Adapun anak generasi bangsa tidak bersekolah karena faktor ekonomi membantu orang tuanya bekerja, memikul beban keluarga sedari dini. Hal ini juga dikarenakan masyarakat dipedasaan tersebut memiliki pola piikir bahwa anaknya tak perlu untuk bersekolah.

Hal ini menyebabkan masyarakat didesa Bura sangat jauh tertinggal. Bukankah hal ini wajib dipertanyakan? Para bibit-bibit bangsa, penerus bangsa, anak-anak, remaja, harus dirawat seperti kedelai malika dimana ia tumbuh dengan penuh cinta dan kasih serta dibekali pupuk oleh para petaninya. Bukankah sama halnya dengan anak-anak bangsa? Dimana mereka membutuhkan cinta dukungan kasih dari keluarga, masyrakat, serta pemerintah untuk bisa membekali mereka dengan ilmu dan pengetahuan yang sepatutnya pantas mereka dapatkan. Itulah pikiran yang berkecamuk didalam diri pak anto sedari tadi ia termenung melihat paparan ombak dan mengabaikan kopi yang seharusnya sedari tadi ia sedu. 

"pak!” Seru Buk wita. Karna seruan dari buk Wita membuat pak Anto sadar dari lamunannya.
"Mikirin apa pak? dari tadi dipanggil tidak dijawab.” Ucap buk Wita khawatir. 
”Tidak ada buk, bapak kepikiran gimana nasib sekolah garuda dengan desa bura kita bu.” Ujar pak Anto lirih.
“Tidak akan terjadi apa-apa pak, sekolah akan maju apalagi desa bura. Karna mereka memiliki guru yang semangat juang tinggi, Bersama dengan guru honor lain bapak bisa bangkit untuk sekolah kan pak? Terutama buk Risna dan buk Ira yang asli desa bura masih semangat dan menetap untuk sekolah kita pak.” Ujar Buk Wita Panjang lebar, karna ia tau suaminya ini mudah sekali kepikiran. 
“Mending bapak berangkat, nanti telat loh pak.” Ucap buk Wita lagi. 
“Iya buk, bapak harus semangat ya buk, makasi ya
buk.” Setelah itu pak Anto pergi meninggalkan rumhanya menuju sekolah garuda.

“Selamat pagi pak.” Ujar Salah seorang guru di sekolah garuda. “Pagi bu.” Ujar pak Anto. Pagi ini pak anto disambut dengan alat pembelajaran yang canggih dan membuatnya teringat akan masa lampau., 
“Ada apa ini bu?” tanya pak Anto kepada buk Risna. 
“Ini pak, kita kedatangan bantuan dari pemerintah, dari dana bosda kebetulan cuman ada Lima pak.” Ujar buk Risna. 

Dengan meneliti dan melihat apa benda tersebut, Ia mengambil benda pipih ringan dan mudah dilipat tersebut, benar itu laptop. Perasaan yang membuncah dimana teringat dulu ia sangat amat bahagia bahwa impiannya sebentar lagi akan terwujud. Ya, pak anto sangat memimpikan bagaimana jika ia menjadi seorang guru penggerak. Melihat teman-temannya di kota sudah banyak yang bisa optimal mengajar kepada anak-anak didiknya disekolah. Bukan hanya karna faktor biaya, pak anto tidak pernah sekali pun ingin di upah untuk memberikan motivasi serta ilmu kepada anak bangsa, seperti sapi yang diperas susunya oleh peternak untuk ia konsumsi, seperti itu pak anto kepada anak didiknya ia ingin kerja keras yang ia berikan bisa tertuai hasilnya dikemudian hari, bukan untuk ia, tapi untuk masa depan bangsa. Pak anto sangat teramat ingin menjadi guru penggerak karna ia ingin mendorong sekolah sma garuda bangsa agar maju dan menjadi sekolah penggerak seperti dikota agar dapat memadai fasilitas dan kualitas pembelajaran disekolah tersebut. Sehingga siswa dan siswi yang menuntut ilmu tak lagi kehilangan sosok guru yang tidak ingin memasak padahal masakannya ia makan sendiri, yang tidak ingin mengajarkan anak didik bangsa dengan bayaran yang sedikit padahal untuk memajukan bangsa sendiri. Tiga bulan yang lalu dimana Pak anto diberikan kesempatan oleh kepala sekolah sma garuda untuk mengikuti seminar agar bisa mendaftar sebagai guru penggerak. Ia diberikan laptop pusaka sekolah yang masih layak digunakan. 

“Pak Anto dipanggil keruangan kepala sekolah sekarang pak.” Ujar Buk Ira. Setelah mendengar itu Pak Anto pun bergegas untuk menuju ruangan Kepala sekloah. 
“Ada apa bapak?” ujar Pak anto dengan santun. 
“Saja melihat semangat juang yang tinggi dari dalam diri bapak, apakah bapak bersedia jika mewakili sekolah kita? Untuk pertama kalinya mengikuti program guru penggerak. Seperti yang kita ketahui pak, sekolah kita kurang dilirik dan difasilitasi pemerintah, jika kerja keras Pak Anton anti membuahkan hasil,
mungkin saja sekolah kita akan diberi kesempatan sebagai sekolah penggerak pak, itu harapan saya pak. Apakah bapak bersedia?” Penjelasan panjang dari kepsek sma garuda bangsa tadi membuat semangat dan perasaan teramat senang dari dalam diri Pak Anto. 
“Saya mau pak! Terimakasi banyak ya pak, saya tidak bisa berucap apa-apa saya sangat senang sekali pak, saya berjanji akan mengikuti program seminar ini dengan sepenuh hati.” Ucap pak Anto dengan menggebu-gebu. 
“Baik pak, saya turut senang bapak ingin dan bahagia dalam menjalankan program ini, namun maaf pak sekolah hanya bisa memfasilitaskan laptop pusaka sekolah tapi masih bisa digunakan kok pak, serta jaringan yang mungkin kurang maksimal disekolah ini, apalagi didesa ini. Mungkin nanti bapak bisa di labor Bahasa saja. 
“Baik pak tak masalah, terimakasi ya pak.” Ujar Pak Anto Kembali. Walaupun diberikan fasilitas seadanya, pak anto sangat bersyukur ia bisa diberikan kesempatan untuk bisa mewujudkan mimpinya. 

Namun didalam kehidupan tidak semua rencana kita akan berjalan sesuai dengan keinginan kita. Dengan keterbatasan jaringan yang pak anto miliki, pak anto selalu melaksanakan zoom di sekolah tepatnya di labor Bahasa sma garuda dengan susah payah. Galah Panjang adalah sahabatnya kala itu, ia memasangkan antena jaringan sekolah agar lebih Panjang keatas, awalnya ia bahagia ide darinya bagaikan sebuah penemuan yang akan berbuah hasil. Namun sayangnya kebahagian itu hanya sementara. Hantaman ombak
yang begitu besar dan angin yang berhembus kencang, seperti kiamat saja. Menyebabkan galah Panjang pak anto menari melambai-lambai bagaikan pohon kelapa yang terhembus angin. 

“Mengapa anginnya kencang sekali ya?” tanya Pak Anto dalam hatinya. 
“Sudahlah biarkan saja, cuaca di desa boru ini selalu begitu, tak menentu.” Ujarnya Kembali didalam hati. Pak Anto tak peduli karna semangat dan antusiasnya ia tidak melihat dan mementingkan lingkungan sekitar sehingga tiba-tiba BRUKKK! galah tadi jatuh mengahantam plafon atap labor bahasa karna kuatnya angin, Sehingga kabel jaringan tadi jatuh menghantam laptop pak anto dan menyebabkan kekonsletan, sehingga pak anto tesengat listrik yang cukup tinggi. “AKHHH! SAKIT TOLONG AKHHH.” namun setelah dibawa kerumah sakit 2 jari ditangan kanan pak anto tak mampu digerakkan, hal tersebut membuat semangat pak anto seketika hilang, ia terpaksa harus kehilangan jari manis dan kelingkingnya. 

“Maaf pak, buk. Kelumpuhan yang ada di jari manis dan kelingking Pak Anto tak bisa diatasi selain di amputasi pak,buk. Pilihan ada ditangan bapak dan ibu, kami akan menunggu.” Ucapan yang dilntarkan dokter tadi membuat semangat hidup Pak ANto sempat hilang untuk mengajar, perasaan sedih dan terpukul membuatnya harus memilih jalan dan keputusan ini.

Sejak saat itu, Pak anto tak berniat lagi untuk mengikuti program guru penggerak ini dikarenakan trauma dari masa lampau yang belum bisa ia terima. Teriknya matahari seakan membuat kulit kepala terbakar, disaat semua siswa dan siswi sma garuda istirahat tiba-tiba, ia dihampiri oleh siswi-siswi yang ia ajarkan. Ada seorang anak didiknya yang berrnama Aini menghampirinya lalu berkata, 

“Pak dengar-dengar buk ira ingin pindah ke kota ya pak, katanya guru biologi sekolah sementara tidak ada
dulu pak, sampai digantikan dengan guru baru, jam biologi kami jadi kosong pak.” ujar Aini. Tak sampai disitu sanggahan pun ditambah oleh teman Aini yaitu Tari ia berkata” benar pak, ada juga isu-isu mengatakan buk risna juga akan pindah kekota karna gaji honor disekolah ini sedikit pak, katanya tidak mencukupi untuk membeli susu formula anaknya pak.” Ujar Tari. Dengan mimik sedih yang diberikan oleh kedua siswnya pak anto merasa amat terpukul dengan keaadan ini. Pak anto merasa bersalah atas apa yang tak bisa ia upayakan sebelumnya, dengan mendengar bisikan pilu dari siswinya tadi pak anto Kembali pulang kerumahnya dengan lesu. Sesampainya dirumah pak anto duduk disinggahsana nya di teras depan rumah, pada sore yang menjemput malam, senja pergi tanpa permisi. Seperti biasa sapuan ombak dan angin membuat pak anto menghela napas Panjang. Hal ini memicu perhatian dari bu Wita yang mengantarkan kopi. 
“ada apa pak?.” Ucap bu Wita. 
“Begini buk, tadi disekolah aku mendapat kabar dari dua siswi yang aku ajar disekolah, mereka mengatakan bahwa banyak sekali guru honor yang pindah kekota, karena biaya dikota guru honor lebih tinggi, sehingga siswa-siswi disekolah banyak jam kosong dan belum ada guru yang masuk untuk menggantikan.”ujar pak anto. 

Dengan raut wajah yang gaduh pak Anto mengambil kopi dan menyeruputnya lalu termenung Kembali.
“Gimana ya pak, aku tau bapak trauma dengan kejadian dimasa lalu, ibuk paham, ibuk juga ngerasain apa yang bapak rasain. Tapi pak, coba bapak pikirkan lagi, jika bapak takut, bapak tidak bisa keluar dari zona nyaman bapak, apakah nasib sekolah, anak-anak didik bangsa bisa berubah pak.?” 
“Bapak takut buk, bapak takut gagal lagi untuk mewujudkan mimpi bapak untuk sekolah, anak-anak didik bapak, Sudah keaadan yang membuat seperti ini buk, percuma kalau bapak coba lagi tidak ada yang berubah bu.” Ujar pak Anto. 

“Belum dicoba bapak sudah berbicara seperti itu? Ini semua bukan salah bapak. Maafkan apa yang sudah terjadi dimasa lalu pak, pada akhirnya bapak juga menyalakan kembang api untuk segala usaha dan harapan yang bapak ciptakan dan merayakannya dengan banyak orang yang menaruh harapan kepada bapak agar mereka bisa sekolah pak.” Ujar buk wita. 

“Tapi buk.” Sanggah pak Anto. “Tidak ada tapi- tapian pak, tidak ada usaha yang menghianati hasil. Kesalahan yang sudah terjadi itu dijadikan pelajaran pak, bapak tega? Melihat para penerus bangsa didesa ini seperti ini pak?. Bapak harapan mereka satu-satunya, ibuk juga berharap bapak bisa mencoba apapun yang telah gagal. Jangan jadi pecundang pak, jangan takut mencoba lagi walaupun sudah jatuh berkali-kali. Bapak bisa!” nasehat Panjang yang diberikan buk Wita kepada pak Anto membuat pak Anto tertegun dan mengubah tekat dan semangatnya Kembali. 

Ia harus ingat tujuan awalnya apa untuk bisa mewujudkan mimpi dan cita-citanya yang belum tercapai. Ia menyadari banyak hal yang menunggunya untuk mencoba, masa depan peserta didik sma garuda dan desa bora ada ditangannya. Hari demi hari berganti, keringat jerih payah yang dilakukan pak Anto dalam mengikuti Kembali program guru penggerak kian membuahkan hasil. Dengan perjuangan melawan rasa takut serta keterbatasan jaringan yang ada didesa bora, pak Anto mampu menyelesaikan program guru penggerak dengan predikat yang terbaik. Dengan galah Panjang yang setia menemani agar jaringannya tetap aman terkendali. Hasil tersebut pak anto memberikan pengajaran yang efektif kepada beberapa guru honor didesa bora, agar dapat berpastisipasi juga dan mengikuti tes cpns dan p3k
terutama guru penggerak terlebih dahulu. 

“Pak Anto bisa bantu mendonwload file ini pak?” ujar salah seorang guru honor. 
“Pak anto bisa tolong pasangkan kabel ini kelaptop saya pak?” sambut guru yang lain. Perubahan ini membawa signifikan yang baik, sekolah garuda bangsa diberikan penghargaan sebagai sekolah penggerak dengan predikat A karna mampu memberikan kualitas Pendidikan. 

Hal ini pun memicu pemerintah memperhatiakan sekolah didesa boru tersebut, sehingga fasilitas sekolah mulai berkembang pesat. Dan sudah sangat sedikit anak-anak bangsa yang tidak bersekolah, dikarenakan telah dilakukan juga program pengajaran kepada anak yang sebelumnya yang tidak bersekolah, dan pemerintah telah membiayai mereka. Dengan senyum haru pak Anto Kembali kerumah. Sambil membuka pintu rumah nya ia berkata kepada buk Wita” terimakasih buk, sudah selalu ada disamping bapak, dan memberikan motivasi serta nasihat yang mampu merubah pandangan bapak sebelumnya. Jika tidak, mungkin bapak sudah menyesal hingga sekarang.” buk Wita tersenyum dan berkata” sama-sama pak, terimakasih juga sudah berjuang dan mencoba demi masa depan bangsa kita dengan menghadapi perubahan zaman ini, sehingga kita tidak ketinggalan dan keterbelakangan apapun lagi.” Ujar buk Wita penuh haru. 

“Semua yang sudah mendukung kerja keras dan usaha saya, berarti juga membantu mewujudkan cita-cita bangsa dalam menghadapi era globalisasi ini buk.” 

Melihat sma garuda bangsa didesa boru sekarang sudah menjadi sekolah penggerak dan terfasilitasi dengan baik oleh pemerintah, roumble penerimaan siswa dan guru yang meningkat, serta banyak guru yang ditugaskan dan dipindahkan kesekolah ini untuk mengajarkan anak-anak didik didesa boru. Perasaan yang tak dapat terbendung dari Pak anto terkhusus nya serta tenaga kependidikan yang lainnya. Akan semua kerja keras yang ia lakukan membuahkan hasil kali ini.

”Terimakasih aku ucapkan kepada diriku sendiri, terimakasih karna sudah melawan rasa pedih ini.” Ujar Pak Anto didalam hatinya. 

Tiap kegagalan akan membawa mu ke proses kehidupan yang lebih baik, jangan takut dengan kegagalan. Jangan pernah takut mencoba, apa yang kita pikirkan hanya rasa takut belaka. Senang akan hilang, sedih akan letih, luka dan air mata, tawa dan bahagia hanya sementara, jadi tak perlu berlebihan dalam menyikapi perasaan. Dengan kegigihan dan semangat juang yang tinggi diberikan oleh Pak Anto sebagai guru honor disma garuda mampu membuat sekolah dan desa bura keluar dari keterbelakangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Dengan harapan dari Pak Anto Semoga anak-anak penerus bangsa bisa menerapkan semangat juang untuk bangsanya.




Posting Komentar

0 Komentar