Jalinan Kata, Jalinan Cita - Dwi Utari Zualaiqa


JALINAN KATA, JALANIN CITA
Dwi Utari Zulaiqa - SMAN 7 Dumai


Mentari pagi menyinari wajah-wajah muda yang berkumpul di sebuah ruangan sederhana. Di sana, di tengah tumpukan buku dan kertas, mereka berdiskusi dengan semangat, suara-suara mereka bergema, saling melengkapi, membentuk sebuah simfoni yang indah. Mereka adalah para pemuda, para penerus bangsa, yang tengah merangkai cerita melalui bahasa, demi mewujudkan cita-cita bangsa di era globalisasi. Di antara mereka, ada Rara, yang dikenal sebagai kutu buku sejak saat ia duduk di bangku SMP, seorang gadis berambut panjang yang gemar menulis puisi. Puisi-puisinya, yang sarat dengan makna dan emosi, menjadi cerminan jiwa muda yang penuh harapan dan cita-cita. Ia percaya bahwa bahasa, khususnya puisi, mampu menyentuh hati dan menggugah kesadaran masyarakat. 

“Melalui puisi, kita bisa membangun dialog, menjembatani perbedaan, dan memperkuat rasa persatuan,” ujar Rara, matanya berbinar-binar. 

Rara duduk berdampingan dengan teman-temannya, para pejuang muda, yang siap bertempur dengan senjata kata-kata. Disebelah kanan Rara, ada Reza, seorang pemuda yang hobi menulis cerita pendek. Cerita- ceritanya, yang penuh dengan imajinasi dan pesan moral, menjadi wadah untuk menyampaikan pesan-pesan positif tentang nilai-nilai luhur bangsa. Ia percaya bahwa cerita, baik fiksi maupun non-fiksi, mampu menginspirasi dan memotivasi generasi muda untuk menjadi agen perubahan.

“Kita harus berani bercerita, berani menyuarakan kebenaran, dan berani melawan ketidakadilan,” tegas Reza, suaranya bergetar, lantang penuh semangat. 

Di sebelah kiri Rara, duduklah Dimas, seorang pemuda yang gemar menulis esai. Esai- esainya, yang tajam dan kritis, menjadi refleksi atas berbagai permasalahan bangsa di era globalisasi. Ia percaya bahwa bahasa, khususnya esai, mampu menjadi alat untuk mengkritisi, menganalisis, dan mencari solusi atas berbagai tantangan yang dihadapi bangsa. 

“Kita harus berani berpikir kritis, berani mempertanyakan, dan berani mencari solusi yang terbaik untuk bangsa,” ujar Dimas, matanya memancarkan tekad yang kuat. 

Mereka bertiga, Rara, Reza, dan Dimas, hanyalah sebagian kecil dari para pemuda yang berjuang untuk merangkai cerita melalui bahasa. Mereka sadar bahwa di era globalisasi, bahasa menjadi senjata yang ampuh untuk memperjuangkan identitas dan nilai-nilai bangsa.Mereka percaya bahwa dengan merangkai kata-kata yang indah, mereka dapat membangun narasi baru tentang bangsa, narasi yang penuh dengan harapan, semangat, dan optimisme. Di dalam kelas mereka berdiskusi, berdebat,dan saling melengkapi, merangkai cerita tentang bangsa yang ingin bangkit dari keterpurukan. 

“Kita harus berani bercerita, ” ujar Rara, suaranya bergetar di ruangan. 

“cerita tentang kejayaan masa lalu, tentang semangat juang para pahlawan, tentang mimpi-mimpi yangbelum terwujud,”

“Tapi bagaimana caranya? Tanya Dimas, “Di tengah gempuran budayaasing, bagaimanakah kita bisa mempertahankan jati diri?”

Rara tersenyum,“Dengan bahasa, Dimas. Dengan bahasa yang kuat, yang penuh makna,yang mampu menyentuh hati dan menggugah jiwa.” 

Mereka pun mulai merangkai cerita, Rara menulis puisi tentang, keindahan alam Indonesia, tentang kearifan lokal yang tak lkang oleh waktu. Temannya, Dimas, menulis esai, pentingnya pendidikan dalam membangun bangsa. Dan Reza, menulis cerita pendek tentang perjuangan para pemuda dalam menghadapi tantangan globalisasi. Mereka menulis dengan penuh keyakinan, dengan penuh semangat, dengan penuh harapan. Cerita-cerita mereka, bagaikan embun pagi yang menyegarkan, meneteskan inspirasi bagi para pembaca. Mereka menebarkan benih-benih semangat, menumbuhkan rasa cinta tanah air dan menggugah kesadaran akan pentingnya persatuan. 

“Kita adalah pencerita,” kata Rara

“Kita adalah pembangunan bangsa melalui bahasa.” 

Walaupun mereka tahu bahwa jalan menuju cita-cita bangsa tidaklah mudah. Namun mereka tetap tidak akan menyerah, mereka akan terus menghadapi berbagai tantangan, berbagai rintangan, berbagai cobaan. Mereka akan terus berjuang, terus merangkai cerita melalui bahasa, demi mewujudkan cita-cita bangsa di era globalisasi. Mereka adalah para pemuda, para penerus bangsa, yang percaya bahwa bahasa adalah kekuatan, bahasa adalah senjata, bahasa adalah jembatan. Mereka percaya bahwa dengan merangkai kata-kata yang indah, mereka dapat membangun bangsa yang lebih baik, bangsa yang maju, bangsa yang bermartabat.

“Di tengah hiruk pikuk dunia yang serba cepat, kita harus tetap teguh
memegang prinsip: Bahasa adalah jiwa bangsa, bahasa adalah cerminan jati diri, bahasa adalah kekuatan untukmembangun masa depan,” ucap Rara. 

Reza terdiam, merenungkan kata-kata Rara,ia memang baru saat ini berpikir tentang peranbahasa dalam mewujudkan cita-cita bangsa. 

“Bayangkan, bagaimana para pahlawan kita bisa menggerakkan rakyat melawan penjajah? Mereka menggunakan kata-kata, pidato, dan tulisan untuk membangkitkan semangat berjuang.” Reza pun menggangguk, mulai memahami 

“Jadi kita harus belajar bahasa dengan baik , agar bisa membangun bangsa?” tanya Reza kepada Rara dan Dimas. 

“Ya Reza, kita harus menguasai bahasa Indonesia dengan baik, dan juga bahasa asing ,agar bisa bersaing era globalisasi. Kita harus bisa berkomunikasi dengan orang-orang dari berbagainegara, untuk saling belajar dan bertukar ide,” jawab Dimas 

“Di era globalisasi seperti saat ini, bahasa bisa menjadi jembatan untuk menghubungkan berbagai budaya dan pemikiran Dengan menguasai bahasa, mereka bisa berbagi cerita,ide,dan pengetahuan untuk membangun masa depan bangsa yang lebih baik,”ucap Rara

Sejak hari itu, Reza Rara dan Dimas semakin giat belajar bahasa. Mereka membaca buku,menonton film, dan berlatih berbicara dengan teman-teman dari berbagai daerah. Mereka menyadari bahwa bahasa bukan hanya alat komunikasi, tapi juga alat untuk membangunbangsa.

Begitulah kisah mereka para pemuda, para penerus bangsa, yang sedang merangkai cerita melalui bahasa, demi mewujudkan cita-cita bangsa di era globalisasi. Rasa semangat mereka itu seperti api, semakin di sulut semakin besar. Dan cerita mereka, cerita tentang harapan, semangat, dan optimisme, akan terus bergema, terus menginspirasi,


 

Posting Komentar

0 Komentar