Halo, kenalin aku Adinda, siswa pindahan dari Jawa. Kini aku bersekolah di SMA Nusa Bangsa. Pertama kali aku memasuki ruang kelas ku di XII Mipa 2, aku sangat takut dan gugup. Namun tak disangka saat bel istrahat berbunyi, mereka mendatangi mejaku. Mereka mengajakku kenalan dan sekarang kami mulai berteman. Disaat aku membuka handphone, aku melihat tulisan “Anda telah ditambahkan oleh Kinan” digrup kelas XII Mipa 2. Dia adalah teman sebangku ku sekaligus ketua kelas di XII Mipa 2. Aku membaca pengumuman yang telah dikirim guruku mengenai undangan festival yang akan diadakan pada hari Selasa, tanggal 28 September 2012, dengan menggunakan baju adat daerah masing-masing di Aula Sekolah.
Pada malam itu perasaanku bercampur aduk, terkadang aku merasa semangat dan khawatir. Aku pun bingung besok aku akan memakai baju adat jawa atau baju adat minang. Tanpa berpikir lama akupun menggabungkan keduanya. Sesampainya di aula, aku merasa kurang percaya diri dengan pakaian adatku. Tetapi aku bertemu kinan dengan wajah bahagia menyapaku. “Buset Din, ini baju adat apa din? Bagus banget, pangling loh aku” tanya Kinan. “Ini gabungan baju adat Jawa dan Minang, kenapa? Aneh ya?” jawab Dinda dengan tidak percaya diri. “Engga, malah aku pangling banget, kamu cantik deh pake ini” ucap Kinan. “Oh iya? Makasih ya, by the way baju adat yang kamu pake ini, berasal dari daerah mana? Bagusss bangetttt” tanya Dinda. “Yakannnn, ini baju adat bali, aku bangga banget punya baju adat bali” jawab Kinan semangat. “Wih, iya dong kamu harus bangga” ujar Dinda. “Guysssssss, Disiniiiii!! Haloooo” teriak Mira, Zahra, dan Kirana sambil melambaikan tangan. “Haiii” jawab Kinan dan Dinda sambil mendekat ke mereka. “Guys, kok kalian semua cantik cantik banget sihh” ucap mira merendah. “Apaan sihh, kamu juga cantik ya, jangan merendah jawab Kinan. “Udah udah guys, gimana kalau kita menikmati festivalnya?” ujar kirana memotong pembicaraan. “Nah ini yang kutunggu dari tadi, ayoklah” jawab Zahra.
Mereka pun berjalan sambil menyapa semua orang yang ad di festival itu. Adinda sangat menikmati acaranya dan dia merasa sangat senang disana dia bisa memiliki banyak teman dengan suku dan latar belakang yang berbeda. Sampai dipertengahan acara, Adinda permisi pergi ketoilet dan saat itu ia dicegah oleh segerombolan cowok-cowok. Adinda mulai merasa risih dan mendorong salah satu cowok yang ada disana dan cowok yang lainnya tidak terima karena merasa direndahkan. Lalu, tak lama kemudian Kinan merasa ada yang aneh dengan Dinda, dia mulai mencari Dinda. Ternyata Kinan melihat bahwa Dinda dibully oleh cowok-cowok berandalan.
Mereka adalah anak kelas XII IPS 4. Saat itu Kinan memegang tangan Dinda dan membawa kembali Dinda ke aula. Tak semudah yang dibayangkan, Kinan dan Dinda malah di bully habis-habisan oleh segerombolan cowok itu. “Apa-apaan nih, kau kira kau ni pahlawan?” ucap Mario salah satu cowok yang ada disana. “Bro, dia mencoba untuk menjadi pahlawan kesiangan” jawab Evan. “HAHAHAHAHA” “Lawak lawak” “Caper banget jadi cewek” teriak mereka semua membully Kinan. “Ohhh, udah berani aja anak baru nih sama kita guys” ucap Mario. “Gimana kalau mereka nih kita kunci aja digudang, pada setuj-?” ujar Kevin. “Hei kalian, ngapain disitu? Ke aula semua, cepettt!”. Teriak pak Amad dari ujung aula “Udah bro, cabut aja kita. Bebasin aja dulu 2 orang ini, ga guna juga” ucap Kevin sambil pergi menjauh dari mereka.
Kinan dan Dinda pun pergi meninggalkan tempat itu dan mulai menikmati festival tersebut dan melupakan kejadian tadi. Tiba-tiba Zahra bertemu dengan mereka dan bertanya-tanya dari mana saja mereka tadi. Kemudian Dinda menceritakan semuanya kepada Zahra. Zahra pun menjadi jengkel saat mendengar kejadian yang diceritakan oleh Dinda. Tapi, Kinan menyuruh Dinda dan Zahra untuk melupakan apa yang telah terjadi dan dapat menikmati acara itu tanpa ada kekacauan. Dinda pun setuju, dan mereka mulai melihat-lihat kembali berbagai suku adat yang ada disana. Mata Kinan tertuju kepada stan makanan dari Melayu. Dia sangat tergiur dengan bolu berwarna hijau pekat dengan harum pandan semerbak menggelitik hidung Kinan. Kemudian Kinan mengajak Dinda dan Zahra ke stan tersebut dan membeli berbagai makanan khas yang ada. Mereka pun sangat menikmatinya dan merasakan hari yang bahagia.
Setelahnya, tak terasa hari sudah mulai terlihat sore, dimana festival itu sudah sampai dipenghujung acara. Dimana festival itu ditutup dengan lagu “Indonesia Raya”. Semua orang yang menghadiri festival itu merasa terharu dan menangis karena bangga terhadap budaya Indonesia. Jam sudah tertuju pada pukul 20.00, acara tersebut telah selesai dan mereka semua pulang kerumah masing-masing. Dinda, Kinan, Zahra, Mira, dan Kirana saling berpamitan pulang. “Guys, aku balik duluan ya. Soalnya aku udah di jemput nih” ucap Dinda sambil melambaikan tangan. “Iya, hati-hati ya, Din” jawab Zahra balas lambaian tangan Dinda. “Yaudah guys, aku juga balik ya, kalian hati-hati dijalan ya, daahh” ujar Kinan. “Aku pun mau balik langsung deh, dahh” ujar kirana. Mereka semua pun balik kerumah masing-masing dengan hati yang senang. Keesokan harinya, Kirana dan Mira menyapa Kinan dan Dinda yang bersamaan jalan menuju kelas. Mereka saling menyapa dengan senyuman. Bel jam pelajaran pertama pun dimulai, kami memulai jam pelajaran PPKN dengan guru pembimbing Pak Tony. Pak Tony adalah guru yang cukup asik dan seru saat mengajar. Pembelajaran yang telah diberikan sangat mudah dimengerti karena pak Tony selalu mempunyai ide belajar yang tidak monoton dan membosankan. Mulai dari ice breaking sebelum memulai pembelajaran, maupun bermain games mengenai pembelajaran PPKN.
“Jam pembelajaran telah berakhir” bunyi bel pulang yang selama ini kami tunggu-tunggu telah terdengar. Aku bergegas pulang dan jalan bersama Kinan menuju rumah. Kami berdua adalah tetangga, aku sangat beruntung mempunyai teman yang sangat dekat seperti Kinan. Dia adalah teman ku yang sangat cantik, dia juga baik, pinter, aktif di organisasi, dia sering memenangkan lomba akademik maupun lomba non-akademik seperti lomba lari, atletik, dan badminton. Dia bisa segalanya, selain itu dia juga adalah teman yang sangat beruntung dikeluarga. Aku terkadang iridengan kehidupan Kinan yang begitu indah. Tapi, aku tidak pernah insecure terhadap kehidupan yang telah aku alami. Semua manusia pasti memiliki latar belakang dan nasib yang berbeda baik itu mulai dari ekonomi, suku, adat-istiadat, agama, golongan, dan lain-lain.
Tetapi kini kehidupan pertemananku dengan kinan mulai sedikit renggang karena salah satu orang yang ada di kelas ku. Dia selalu menghasut Kinan agar tidak berteman dengan ku lagi. Dia dulunya adalah teman dekat Kinan, namun Kinan merasa sedikit jengkel dengan orang tersebut karena dia selalu menggannggu dan sangat terlihat sombong padanya. Orang tersebut adalah Mira, dia adalah orang yang tampak sangat baik, sehingga aku pernah tertipu oleh sikapnya yang seakan-akan tulus untuk berteman. Mira sangat benci kepada ku karena ia merasa aku telah merebut sabahat nya dan malah menjauhkannya kepada Kinan. Mira juga adalah orang yang menyuruh beberapa para laki-laki kelas XII IPS 4 untuk mencelakai ku dan Kinan saat festival yang lalu diadakan. Mira selalu merendahkan ku didepan gengnya saat Kinan tidak ada. Mira selalu menganggap bahwa latar belakang ku tidak pantas untuk bersekolah di SMA Nusa Bangsa.
Setiap malam, aku selalu menangisi keadaan ku yang cukup pas-pasan. Namun aku tidak pernah membebani kedua orangtua ku untuk dapat mencukupi kebutuhanku. Aku tahu, aku adalah seorang anak yang hidup dari keluarga yang biasa, tetapi aku tidak pernah terima kalau ada yang mengejek latar belakangku. Tak terasa, sudah hampir sebulan aku menjalani kehidupan disekolah baruku. Tetapi, Mira selalu saja mengganggu kehidupan sekolah ku, sehingga aku sering mendapat banyak masalah. Kini, Kinan jarang bersama ku karena dia sedang karantina untuk mengikuti lomba Biologi pekan depan. Dan gengnya Mira memiliki kesempatan untuk membully-ku. Dimana pada saat ishoma, Mira dengan sengaja menyenggol kaki ku dan akupun terjatuh kelantai dengan keadaan bersujud dikakinya Mira. Semua orang yang berada dikantin tertawa melihat ku dan bergosip buruk tentangku. Akupun mencoba bangkit dan berjalan keluar tanpa tujuan. Kini kehidupanku telah hancur, aku hanya menginginkan pindah dari sekolah tersebut. Aku tidak tahan dengan sikap teman-temanku yang kini bermuka dua didepanku. Tidak hanya sampai disini, sedikit demi sedikit aku coba melawan Mira agar dia tidak semena-mena kepadaku.
//3 Bulan Kemudian//
Hari kelulusan pun tiba, Aku mencari Kinan dan berjalan menuju kelas. Tetapi, aku sama sekali tidak menemukannya. Apakah Kinan tidak hadir pada kelulusan kali ini, atau dia memang belum datang? Aku betanya-tanya dalam hati. Sembari berfoto-foto dengann orangtua ku, aku melihat Mira datang ke hadapan ku, dan mengajak ku berfoto. Setelah berfoto, tak disangka, Mira menyalurkan tangan nya dan meminta maaf kepadaku untuk kesalahan yang di lakukan nya bulan lalu terhadap aku. Akku merasa sangat bahagia , bahwa Mira dapat menyesal sudah melakukan hal yang membuatku hamper menyerah. Setelah aku berbincang agak panjang sama Mira, tak kusadari, ternyata ada Kinan di belakang kami, telah mendengar percakapan kami. Mata Kinan berkaca-kaca setelah mendengar kisah yang ku alami, dan Kinan langsung memelukku. Aku merasa terharu dan bangga mempunyai teman yang tulus seperti Kinan. Aku berharap dikehidupan ku selanjutnya, Kinan selalu ada.
0 Komentar