Kesempatan Tidak Akan Berakhir - Nurliza


Kesempatan Tidak Akan Berakhir
Nurliza - SMA NEGERI 1 TEMBILAHAN



Saat itu, langit jingga dengan kilau cahaya matahari, hampir terbenam di sebelah barat, hingga kedua bola
matanya tidak bergerak sedikitpun. Gadis berambut sebahu berwarna coklat kehitaman bernama Kinara Magnolia tengah duduk di depan jendela kamarnya. Dia hanya melamun menatap langit dan matahari itu dari kejauhan. Tidak lama kemudian, dia dikejutkan dengan suara ketukan dari pintu kamarnya. Sontak gadis itu pun langsung bergegas membukakan pintu kamar dan melihat sosok di balik pintu kamarnya. Lalu wanita itu masuk ke dalam kamarnya dan membuka lemari pakaian. Gadis itu hanya terdiam dan sedikit kecewa, dengan enggan Kinara membantu mamanya menyiapkan pakaiannya yang akan dibawa. Suatu malam di tengah kegelapan hanya ada satu cahaya bulan menerangi langit. Kinara dan nenek-kakeknya sedang makan malam bersama di ruang makan. Kinara hanya melamun sembari memainkan sendok makan di kursi meja makannya.

Awalnya, dia tidak mengharapkan hal ini terjadi tapi mau bagaimana lagi? Kinara itu gadis yang jarang bergaul terlebih lagi bersosialisasi di tempat baru. Dan Kinara sudah masuk SMA dan mendapatkan pengalaman baru di kampung halaman neneknya. Malam yang gelap gulita telah tergantikan oleh pagi yang cerah disambut sang mentari pagi dengan sinar hangat dan sejuknya udara pagi. Kinara sudah berpakaian seragam sekolah putih abu-abu. Setelah sarapan Kinara langsung beranjak keluar dari kamar dan berpamitan dengan kakek neneknya. Setelah itu, Kinara langsung berjalan menuju sekolah SMA Negeri 1 Bakti Jaya di Desa Argosari. Tidak lama kemudian, Kinara tiba di depan pintu gerbang sekolah. Dengan perasaan kesal dia langsung ke dalam dan melihat disekelilingnya sudah banyak siswa yang datang. Dia hanya terdiam dan kebingungan tidak ada satupun yang dia kenal di sana.

“Heh!...” Tanpa sengaja seorang pemuda tersandung karena tali sepatunya. Hal ini membuat Kinara terjatuh ke tanah karena dorongannya, Kinara kaget. 

Pemuda itu langsung mengecek keadaan Kinara dengan panik dan meraih tangannya membantu Kinara berdiri dari jatuhnya. Pemuda itu mulai memerhatikan wajah Kinara dengan dalam. Namun, diwaktu yang bersamaan Kinara memerhatikan nama taq pemuda itu bernama Azael Adiwijaya. Lalu, pemuda itu langsung bergegas meninggalkan Kinara seperti sedang terburu-buru. Waktupun berlalu, jam istirahat sudah tiba. Kinara bersama teman kelasnya berjalan menuju kantin. Saat diperjalanan matanya tersentak melirik ke arah pemuda itu. Dia sedang berbincang dengan para guru. Mereka pun sempat saling berpandangan. 

“Apa dia orang berpengaruh di sekolah ini?...," gumam kinara sambil melamun. 

Lalu, salah satu seorang guru mengumumkan bahwa salah satu dari siswa SMA Negeri 1 Bakti Jaya meraih Juara Umum di bidang Akademik. Kinara semakin memperhatikan sosok tersebut. Saat pemuda itu berjalan di lapangan, mata Kinara langsung kaget melihat sosok berdiri di tengah sana. Setelah satu bulan berlalu, orang tua Kinara berkunjung ke rumah kakek neneknya. Mereka berbincang di ruang tamu. Kinara tidak sengaja menguping pembicaraan mereka. Setelah mendengar pembicaraan itu, wajahnya menjadi merah dan air mata Kinara langsung mengalir. Rasa sakit, sedih, dan kecewa. Padahal mereka baru saja menjadi teman dekat tetapi segera berakhir. Namun, dia tetap mencoba memendam perasaannya. Langit mulai bergemuruh, berwarna kelabu, rintikan air dari langit mulai berjatuhan ke tanah dengan deras, sontak bola mata Azael langsung tertuju ke arah jendela ruang tamu. Lalu, ke arah Gadis yang duduk di hadapannya hanya fokus menulis di buku catatannya.

“... Kinara, apa cita-citamu?...,” ujarnya tiba-tiba. seketika Kinara langsung berhenti menulis dan menghela napas panjang.

“... Aku ingin menjadi seniman tetapi orang tuaku tidak setuju. Mereka memaksaku menjadi dokter..” Matanya langsung tercengang dan kagum.

“... Mengapa bisa seperti itu?...” – tanya dengan penasaran.
“... Karena... Mamaku tidak memperdulikan aku. Bahkan setelah kenaikan kelas nanti aku akan pindah sekolah..” Mendengar itu Azael sontak kaget perasaan cemas terlihat jelas.

“Bumi itu mirip dengan mental manusia, jika manusia merusak hutan dan lainnya juga akan hancur sama seperti mental manusia ... kita baru sebentar bertemu, kau serius akan pindah begitu saja?...,” ujarnya dalam hati.

Setelah semester dua berakhir Kinara naik ke kelas 11. Sesuai keinginan mamanya, dia terpaksa pindah
sekolah ke kota lain. Demi melanjutkan pendidikannya yang lebih baik lagi. Kinara tetap memilih cita citanya. Tetapi pilihan orang tuanya untuk memindahkan sekolahnya akan tetap Kinara laksanakan. Melihat kepergian Kinara, dengan berat hati Azael harus menerima pilihan Kinara. Kebersamaan selama ini menjadikan mereka paham akan makna persahabatan. Persahabatan tidak akan berakhir hanya karena jarak.

Mereka yakin bahwa dengan tekat dan semangat yang kuat untuk meraih apa yang mereka cita-citakan nanti, akan menjadi jalan pertemuan dan kebersamaan mereka. Tidak selamanya, apa yang kita inginkan akan tercapai. Semuanya diatur oleh sang pencipta, cobalah untuk menerimanya dengan ikhlas. Maka, semuanya akan baik-baik saja. Bagai mutiara dan berlian, keduanya sama-sama indah.


Posting Komentar

0 Komentar