Moralitas dan Etika - Andini Septya


 Moralitas dan Etika 
 Andini Septya-MAS TAHFIDZ


   Pada zaman sekarang ini di era globalisasi teknologi yang semakin meningkat dari tahun ke tahun hingga perkembangan kebudayaan yang berubah- ubah bumi semakin menua, minyak bumi semakin menipis, populasi manusia semakin meningkat, dan pepohonan tidak lagi menghijau. Bahkan moral dan etika yang sudah tidak lagi berarah kriminalitas, kekerasan, dan pelecahan terjadi dimana-mana. Namun sayang jiwa kemanusiaan sudah mulai memudar atau bahkan mulai memusnah. Kini etika sudah tidak lagi dijunjung membiarkan para biadab bekelana kesana kemari mencaci maki dan tidak berperikemanusiaan. Kini sudah tidak tahu menahu dimana akhlak dan akidah itu berada, sungguh sangat menyedihkan dan teramat menyayat hati.

   Para orang tua yang sudah melanjut usia sudah tidak lagi di dengarkan dan dihargai para orang muda yang masih belum tahu apa-apa kini sudah berani mengambil kebenaran tanpa penjelasan sudah tidak ingin lagi diajarkan, merasa sudah hebat dan paling benar Sungguh benar-benar sangat miris. Lantas bagaimana dengan Generasi emas yang akan mendatang dengan tanpa diiringi dengan Moralitas dan Etika mungkin akan menghilang bagaikan ditelan samudra? Suatu pagi yang cerah kicauan burung-burung yang berirama dan diiringi dengan para pejuang pencari nafkah yang sibuk dengan aktivitasnya masing-masing tanpa terkecuali dengan seorang kakek tua yang sedari pagi buta sudah tertatih-tatih membenahi gerobak rongsokannya. Beliau adalah seorang kakek tua orang setempat menyebutnya dengan sebutan ”Atuk Tan” beliau hidup sebatang kara di gubuk kecil menggunakan lampu teplok sebagai alat untuk penerang di malam hari, sekisar 65 tahun usianya istrinya baru saja meninggal sebulan lalu, mereka hidup bersama namun tidak dikaruniai seorang anak.
Atuk tan menghidupi kebutuhannya dengan mencari barang rongsokan ditepi jalan dengan menggunakan gerobak yang di dorongnya dengan tertatih-tatih, Walaupun hanya menggunakan satu kaki namun tidak akan mematahkan semangat beliau dalam mencari rezeki untuk sesuap nasi. BRRMM... BRRMM...

   Seorang pemuda mengendarai sepeda motor dengan kecepatan tinggi melaju melewati Atuk tan yang sedang mendorong gerobaknya, kemudian pemuda itu membuang botol minuman yang seusai diteguknya ke sembarang arah hingga mengenai wajah Atuk tan.
PLAKK!!
”Astagfirullah... ”. Lirih Atuk tan sembari mengelap wajahnya yang basah akibat
ulah pemuda tadi dengan menggunakan handuk kecil yang melingkar di lehernya
sambil mengelus dadanya perlahan.
”Ck!”. Bukannya meminta maaf namun pemuda itu tak menghiraukan sang kakek,
ia justru menancapkan kembali motornya dan melenggang pergi.
Atuk tan hanya berlirih di dalam hati.
Sungguh miris sekali akhlakmu nak Atuk tan pun kembali mendorong gerobaknya dengan tertatih-tatih. Namun belum sempat beberapa langkah tiba-tiba saja sebuah mobil mewah menabrak gerobak Atuk tan di persimpangan jalan, membuat sang empu tersungkur ke belakang.
CRRTTT....... BRAKKKK!!
” Aduh yaallahh.....”. lirih Atuk tan sembari mengaduh kesakitan.
Sang pemilik mobil pun keluar dari mobil namun bukannya membantu Atuk tan ia
justru memarahi Atuk tan yang masih tersungkur ditanah.

” ADUH KAKEK, LAIN KALI HATI-HATI BAWA GEROBAKNYA PUNYA
MATA TIDAK, LIHAT INI MOBIL SAYA LECET KARENA GEROBAK
KAKEK YANG BUTUT ITU ”. Ucap sang pemilik penuh dengan amarah bak
harimau kelaparan. Ia adalah seorang pemuda perawakannya seperti orang pekerja
kantoran yang memiliki jabatan tinggi.
” Mohon maaf nak, saya tidak ta- ”.
”ALAH ALASAN KAKEK SAJA, SUDAHLAH SAYA MALAS
MELADENINYA ”. Belum sempat Atuk tan memberi penjelasan namun sudah dipotong oleh pemuda tersebut. Kemudian pemuda itu masuk mobilnya dengan angkuh dan melenggang pergi meninggalknan Atuk tan yang masih mengaduh kesakitan dan tak berdaya ia sama sekali tidak memperdulikannya. Dimana akhlakmu berada nak Atuk tan hanya berlirih kembali di dalam hati. Hati Atuk tan teramat perih bagai beribu pisau yang menancap di hatinya beliau hanya ditanah sambil menahan sakit dibagian belakang punggungnya, beliau sudah tidak mampu berjalan lagi tapi rasa sakit dipunggungnya tidak sebanding dengan rasa sakit di hatinya yang melihat para pemuda sudah tidak memiliki sopan santun terhadap orang yang lebih tua sepertinya.
” Yaampun kakek.... ”. Suara seorang gadis yang sepertinya mengetahui
keberadaanya disana, membuat Atuk tan mendongak mencari arah sumber suara.
” Kek, ada apa ini? Kenapa kakek seperti ini ? ”. Tanya gadis itu sembari membantu
Atuk tan yang tak berdaya dan membereskan gerobaknya yang berserakan kemana
mana.
” Sepertinya kakek terluka, ayo kakek saya antar kakek berobat ”. Lalu gadis itu
membopong Atuk tan dan melingkarkan tangan Atuk tan di lehernya.
Kini mereka sudah berada di klinik terdekat.

” Kek, apa yang sudah terjadi? ”. Tanya gadis itu lagi yang sedari tadi tidak
mendapat jawaban dari sang empu.
Atuk tan kemudian menangis beliau sudah tidak mampu menahannya lagi hingga
membuat gadis itu terheran-heran.
” Kakek, mengapa kakek menangis apakah kakek belum makan atau apakah ada
yang terasa sakit ? ”. Tanya gadis itu lagi.
” Hati saya sakit.... nak.... ”. Ucap Atuk tan. Membuat gadis itu kembali dilanda
kebingungan dan tidak mengerti sama sekali dengan maksud Atuk tan.
” Di sebelah mana yang sa- ”.
” Sudah dua kali saya bertemu pemuda yang biadab dengan saya ”.
Gadis itu terdiam sejenak, ia tidak menimpali ucapan Atuk tan.
” H-hi ngga sa-ya se-pe-ti i-nii ”. Ucap Atuk tan sembari menahan isak tangisnya.
” Pergilah nak, terimakasih sudah menolong saya yang tidak berdaya ini, saya sedari
pagi belum memdapatkan apa-apa untuk dapat membalas kebaikanmu nak ”.
” Ouhh tidak usah kek, saya ikhlas menolong kakek ”.
” Sungguh sangat minim menemukan pemudi sepertimu zaman sekarang ini,
pergilah nak kelak engkau akan menjadi orang besar dan berakhlak yang baik ”.
” Amin.. terimakasih kakek, kalau begitu saya pamit dulu ”.
Setelah mendengarkan tutur kata dan nasehat dari Atuk tan gadis itu pun memilih untuk menuruti perintahnya yang menyuruhnya untuk pergi. Atuk tan kembali berlirih di dalam hati sembari melihat punggung sang gadis yang perlahan mulai menghilang dari pandangannya. Semoga kebaikanmu dibalas oleh sang maha kuasa, kelak engkau akan menjadi orang besar dan berakhlak mulia Serangkai kisah singkat yang menceritakan betapa mirisnya akhlak-akhlak Generasi sekarang ini, perkembangan zaman membuat bahasa dan kosa kata menjadi melenceng tanpa arah dan sulit di mengerti, mereka sudah meremehkan dan tidak memperdulikan.

   Saya sebagai Generasi muda bersama para pemuda pemudi indonesia ingin mewujudkan Generasi yang berperilaku dan bertutur kata yang baik dengan menciptakan Generasi yang berlandaskan MORALITAS DAN ETIKA yang baik pada Generasi emas mendatang.
TAMAT......

Posting Komentar

0 Komentar