Teknologi ditangan siapa? - Suci Rahma Dhani Sinaga


 Teknologi ditangan siapa? 
 Suci Rahma Dhani Sinaga-MA Assalam Geringging Baru, Kuantan Singingi

Jauh di balik hutan rimbun sebuah kehidupan damai nan jauh dari peradapan. Mereka bertahan hidup dengan hewan ternak dan tumbuh-tumbuhan yang ditanam di tanah milik sendiri. Tak ada lampu, mereka memilih obor sebagai penerang saat gulita malam.
“Sam,sam “ Seorang murid berambut coklat menoleh ke arah temanya yang asik
membaca
“Sam!” siswi itu berteriak, tak sabaran
“Kenapa mi” yang di teriaki masih santai
“Sam, kita harus kekantin” Kini cowok berambut ikal berujar bosan
“Bentar” Akhirnya yang di ditunggu merapikan bukunya beranjak
Mereka berjalan menuju kantin, Orang-orang disini menyebut mereka SANDI. Lima
orang teman yang suka bertingkah berbeda dari manusia pada umumnya.
“boleh aku tanya sam” Kata Domy menyuap saladnya
“ha?”
“Apa yang sedang kau baca tadi?” Mendengar itu tiga temanya menoleh ikut
penasaran
“Bukan apa-apa” Sam menjawab penuh enggan
“Kau mau membohongi siapa sam?” Nive meninjun pelan bahu sam
Tring....

Tring...
Bunyi besi tua peninggalan kerajan firaun berbunyi yang mereka sebut bel sekolah yang lebih mirip rumah papan tanpa cat.
“Hanya majalah biasa” Sam mengunyah rotinya berdiri meninggalkan keempat
temanya,mereka hanya saling bertanya melalui mata.
Tanpa mereka tahu, majalah biasa itu, menyimpan sebuah paragraph yang memuat
informasi tentang terancamnya kehidupan lembah nan rimbun yang mereka tinggali.

***

Bangunan bawah tanah, ruang percobaan

“ Will!” Cowok bermata legam yang dipanggil menoleh
“Oke Will” Cowok berwajah jenaka berujar senag sambil mengacungkan kedua
jempolnya
Willo menaikan sebelah alisnya,bertanya
“Sistemnya udah 80%, nah kita tinggal tunggu 42 jam unutuk tuntas sistem,dan uji
coba”
“Aku akan coba lebih cepat will”
“Aku mau lembah busuk itu hancur secepatnya, mereka mati tidak semuanya.
Tapi,kehidupan disana harus ku akhiri” Cowok itu melihat selembar kertas bergambar
anak lelaki berusia 12 tahun, matanya menerawang jauh.
“Will,dicariin Millo ” Suara itu menyadarkanya dari lamunan
Willo melangkah menghampiri cowok yang berdiri di depan pintu
“Kau gila ya!” Suara Millo meninggi, Willo memandang penuh tanya

“Kau bikin alat itu untuk hancurin lembah Hanai, itu rumah kita will” Millo dibikin
geram dengan kakaknya
“heh, rumah. Untuk mu” Willo tersenyum tipis
“Tujuan kita buat ciptain alat buat pulang, bukan rencana gila mu ini” Millo masih
berupaya
“Gak lagi”
“Ada hana disana” Mendengar nama itu Willo terhenti
“Gak merubah keputusanku Mill, Tak usah ikut jika tak setuju” Willo melangkah
pergi, sementara Millo memandang sendu kakaknya
****

“Sam, kita dilarang membaca majalah itu. Bisa kacau kalau guru tahu” Nive berujar
pelan
“Kau tahu kan cerita lama itu?” Aurme menimpali menyikut hikal
“Kalian melarang ku” Sam menutup majalah
“Bukan gitu, kami hanya tak mau kau kena masalah sam” Nive menjelaskan
“Aku suka membacanya. Kurasa disana kehidupan lebih hidup” Sam mengajukan
pendapatnya
“Kan benar, kacau pikiranmu” Hikal menatap heran temanya
“Coba kalian baca, kurasa kalian akan punya pendapat seperti-
“Seperti apa Sam” Suara pelan mengintimidasi mengejutkan mereka
“Seperti apa?” Wanita berseragam guru itu mengambil majalah itu
“Bu Mangi, majalah itu hanya bacaan” Sam mencoba santai

“Bacaan yang mempengaruhi pikiran mu Sam”
“Sekarang pergi kekelas kalian” bu Mangi berlalu
“Kacau”
“Jelas itu masalah, tapi kau masih melakukanya Sam” Domy beranjak pergi, diikuti
lainya.

Buk Mangi berjalan cepat, setelah membaca sebuah paragraf di halamam majalah itu,
ia seperti melihat hantu masa lalu.
“Permisi Pak Geni” Lelaki yenag tengah membaca menoleh
“Silahkan masuk bu Mangi”
“Ada hal penting yang ingin saya bicarakan, Sam siswa 12 A memiliki majalah LTE
pak”
“Majalah itu, tinggal mengmbilnya dan peringatkan dia”
“Bukan itu pak, Coba bapak lihat. “ROBOT SISTEM KILL LEMBAH HANAI.
WILLO Galt”
Mendengar itu, pak Geni membaca halaman majalah cepat. Air mukanya berubah
“Panggil kepala desa, Kembar, Saka ayahnya Sam, Dan kelima anak itu”
“Willo, anak itu pasti keliru memahami sesuatu”
Buk Mangi menganguk setuju, ia undur diri.Meninggalkan pak Geni yang mencoba
menemukan jalan atas masalah ini
Setelah mengadakan musyawarah dan beberapa perdebatan, dimana tetua Rog
melarang usulan Pak Geni bahwa Sam dan keempat temanya yang harus pergi ke

tempat penuh teknologi yang bahkan belum pernah mereka lihat. Tapi Saka bertanya
yang menjawab segalanya.
“Kau ingat tidak Rog anak yang membuat robot itu, anak yang 12 tahun lalu yaang
diambil paksa karena utang orang tuanya?”
“Dan yang akan mengalahkan dia adalah anak-anak yang berasal dari tempat yang
sama”

****

Berada di tempat asing membuat Sam dan keempat temanya bingung dan takjub. Bagaimana tidak disni semua di lakukan dengan mesin, semua berpakain rapi berbeda dengan lembah hanai, dan baju mereka benar-benar berbeda dan kelihatan mencolok. Mereka sudah diberitahu ayahnya Sam kemana harus pergi. Ruang bawah tanah. Namun kali ini ada yang berbeda, Domy terlihat tak tertarik si irit bicara dan selalu tertari pada hal-hal baru.
“Permisi kami mencari Willo Galt”
“Tuan Willo sedang sibuk, disini tidak melayani pengemis. Sudah sana pergi”
Mereka melangkah lunglai, mengapa orang disini sangat sombong dan kasar.
“Hai” Mereka menoleh, sosok lelaki muda berwajah manis
“Kami?” Tanya nive menunjuk dirinya
“Iya kalian” Lelaki itu tertawa
Mereka menghampiri lelaki itu. Lelaki itu membawa mereka kesebuah ruangan
“Kalian pasti bukan dari sini kan” Lelaki itu duduk, Sam dan keempat temanya
menatap bingung

“Oh, kenalin Millo. Manis kayak Millo sasetan. Belum pernah minum kan?” Millo
tertawa yang terlihat sangat garing
“He..he..” Hikal tertawa menghargai
“Gini, aku tau tujuan kalian kesini dan aku juga punya tujuan yang sama. Kalian
keberatan gak klau kita kerja sama, Patner gitu haha..haa” Sam menggaruk
tengkuknya, tawaran bagus. Tapi orang ini aneh dia selalu tertawa karena leluconya.
“Gimana?” Millo bertanya
“Oke” Sam mengganguk
“Boleh tu” Ujar haikal di balas anggukan Aurme dan Nive
“Aku punya syarat” Domy bertutur datar
“ Kau jarang bicara sekali bicara bikin skakmat” Millo menatap Domy
“Dan mirip seseorang” Willo versi kecil lanjutya dalam hati
Setelah sepakat mereka menyusun rencana, waktu tersisa 60 jam dan seblum sensor dimasukan data yang sesungguhnya harus sampai di tanggan Willo, Semoga ini gak terlambat. Wil, Han. Millo menatap kelima patnernya penuh harap Sementara di ruang bawah tanah sistem telah selesai. Willo menatap robot ciptaanya. Luka itu, akan terbalaskan, ia terkekeh membayangkan orang-orang bodoh itu hancur.
“Willo,berhenti” Millo masuk bersama Sam dan Domy
“Wah-wah,ada adik pembangkang ternyata” Willo terkekeh berdiri disisi meja
“Will, berpikir sebelum melangkah”
“Kau ajari aku ha?, Aku udah pikirin ini dari 12 tahun lalu”
“Will, mereka anak yang sama kayak kita 12 tahun lalu, dan mereka gak terlibat, coba
kau berhenti sebelum semuanya lenyap

“Diam!” Willo mengarahkan pistol kearah Millo
“Tembak!, tembak Will” Millo berteriak marah
BRAK...
Sontak mereka menoleh serempak
“Will, sensor robat telah aktif. Sekarang robot itu menghancurkan kota” Haikal
menjelaskan dengan nafas naik turun
Mendengar hal yang ganjil, Millo berlari keluar mendinggalkan Willo yang
meneriakinya. Menhancurkan kota?, itu bukan rencananya. “Sial, aku dikhianati”
Willo berlari membawa kemarahanya. Willo menatap sosok lelaki penuh amarah.
Seseorang yang sangat dia percaya, seseorang yang lebih dia sayangi dari adiknya.
“Pepi!, Apa ini ha?” Willo berteriak marah melihar robot membasmi kota
“Tenang bro, kita teman” Pepi tersenyum meremahkan
“Kayaknya, kau butuh penjelasan anak lembah” Mendengar itu Willo menepalkan
tanganya
“12 tahun lalu, saat ayahmu tak bisa membayar hutang-hutangnya ayahku meminta
kau sebagai gantinya, dan ayahku sudah merancanakan hal itu bertahun-tahun. Dan
aku tau sekarang, kau benar-benar bodoh seperti orang-orang lembah itu” Pepi
mengarahkan pistolnya membidik kepala Willo
“Berhenti!” Dari arah pintu Millo mengarahkan pistolnya
“Wah-wah ada yang mau mati berdua” Pepi menekan tombol di jamnya, seketika
puluhan robot menepung mereka, mennunggu perintah siap membidik.
Willo menatap Millo, dia amat mengenal adiknya. Penakut bahkan dia tak berani
sekedar meninju orang. Millo mencoba menetralkan rasa takutnya menatap kakaknya
“Aku baik”

Sam menatap teman-temanya, apa ini akhirnya?, tapi takdir selalu punya celah kesempatan memperbaiki,meski amat kecil. Saat Pepi sibuk mengontrol sensor, Domy menekan sebuah tombol, tombol yang dicuri dari ruang Willo. Domy mengerti semua tentang ini karena, dia anak yang berasal dari kota ini. Pepi terperanjak,gadgetnya menginformasikan robot mengaktifkan sistem Metafora, penghancur diri bawaan. Pepi membanting gadgetnya. Menoleh penuh amarah.
“Kau, anak lembah “ Pepi menarik pelatuknya kearah Domy
“Tidak!” Sam berteriak
Peluru menembus dada,darah membanjiri lantai
“Millo!” Willo merengkuh adiknya yang terbatuk-batuk penuh darah
Pepi termangu, kaget melihat hal yang dilakukanya.
“Lenyap kau!” Haikal berteriak marah menarik pelatuknya, pepi tergelatak tak
bernyawa
3 bulan setelah hancurnya kota, Willo membangun kembali peradapan kota memblokir segala sistem yang berbahaya. Willo kembali menempaki kakinya di padang rumpu hanai meletakan setangkai mawar di gundukan tanah. Ia menarik nafas menahan air mata yang ingin luruh. “Will, aku bahagia punya kakak sepertimu, perbaiki semuanya will. Aku nyusul ayah sama mama” Willo memeluk Millo yang tak
bernafas lagi, menangis penuhsesal.
“Aku telah berbaiki Mill, tapi mengahadapi tanpamu amat sulit” Willo menatap
hamparan padang rumput
“Boleh ku genggam, jika sakit kita jalani bersama” Millo terkejut mendengar suara
lembut dibelakangnya
“Hana” Willo menatap tak percaya melihat gadis itu

“Kak Willo Hana disini, ayo bangkit yah untuk Millo” Hana menangkup bahu Willo
Willo memeluk gadis itu “Dia disini Mill, dia seperti mu.terimakasih telah
mengirimnya untukku” Willo memeluk hana erat, ia tak mau kehilangan lagi.

Posting Komentar

0 Komentar