Nestapa
Fadli-SMAN 1 LAHAT
“Kamu sudah makan belum?”, ujar wanita berparas cantik, manusia berkulit putih, mata indah di balik kacamata, dialah Maudy Nadhira. “Sudah Mody” jawabku. Dia adalah pacarku, Daffi Gentara. Kami bertemu saat penyeleksian OSIS dan dia seperti mawar di antara rerumputan kala itu. Kami memilih untuk berhubungan stay privat dan no face no case karena Mody adalah strict parents, belum lagi Mody memiliki abang ipar yang teramat galak, namanya Pak Rangga dia adalah guru PJOK di sekolah kami. Kami sering bertemu walau berbeda kelas, pertemuan OSIS selalu jadi bahan kebohongan kami untuk sering bertemuan. Pagi itu sesampainya di kelas, di atas meja sudah ada sebuah totebag berisi makanan, saat aku buka di atasnya kulihat secarik kertas “Erika Tasya, hemm.” Dia adalah teman sekelasku, sejauh yang kutahu dia menyukaiku, namun sepertinya dia tak pernah tahu kalau aku dan Mody berpacaran, hanya beberapa orang saja yang mengikuti second account kami dan mengetahui tentang hubungan kami.
Langit cerah dan berawan di lapangan basket, “ayo Dap, three point selisih poinnya beda tipis.” Bola basket itu masuk ke keranjang, tepat di three point line. Seluruh lapangan bersorak, semua menggemakan nama SMA kami. Dari jauh terlihat Mody yang sedang menangis haru, sungguh aku bersyukur memilikinya. Tak sadar dari kejauhan Erika juga memandangi ku kesal. Sepertinya dia melihat bahwa aku sedang memandangi sosok lain dengan penuh bahagia. Teman sekelas banyak mengatakan aku dan Mody sudah berpacaran, mereka mengetahui dari second account milikku, Erika bergegas mencari akun itu dan berharap tidak ada hubungan special di antara kami.
Senin pagi setelah upacara, kembali gosip kelas 12 IPA A sedang membahas tentangku, ”Eh, kok mau ya Daffi sama Mody??”, “Daffi tau ga si kalau si Mody pernah pacaran pas smp dan dipaksa putus sama Pak Rangga”, “Ih beneran?, serem banget”, “Makanya mereka ga publish hubungannya”, “Daffi itu memang jodoh gue..”, “Kepedean lo.” Teman-teman kelas yang sedang bergosip itu pun terdengar oleh telinga Erika. Dia telah melihat beberapa postinganku di instagram dan berfikir untuk memberitahukannya kepada Pak Rangga, "Apa aku bocorin aja mereka biar putus sekalian, sepertinya menarik.” Lirikan mata Erika sambil berfikir. Namun, Erika ragu karena Pak Rangga yang terkenal galak. Terlintas di benaknya, “Atau... begini aja, kalau aku cerita ke Bu Devi sepertinya lebih menarik, selain dia juga wali kelasnya si Mody, beliau sangat suka dunia pergosipan, satu ruangan pasti akan heboh.” Kata Erika, ia segera meluncurkan aksinya itu.
Saat itu sedang ISHOMA, aku beranjak menjemput Mody ke kelasnya untuk sholat bersama ke mushola sekolah, “Mody kamu dipanggil Bu Devi tu, mukanya neror banget lagi.” Ujar Ica yang berlari menghampiri kami. Dengan langkah kaki yang gemetar dan hati yang berdetak kencang, Mody menuju ke ruang majelis guru. "Heyy Mody ke sini cepet, ibu mau nanya..”, “Apa-apaan ini? ibuk nggak nyangka lho Mody sama apa yang terjadi...” Tak hanya Bu Devi, beberapa guru ikut menyerbu Mody dengan rentetan pertannyaan yang menyudutkannya. Di balik kerumunan para guru, sudah terlihat sudut mata Pak Rangga yang memandangnya dengan tajam, wajahnya bagaikan malaikat pencabut nyawa. Semua sungguh di luar dugaan, saat itu juga Mody dan Daffi mendapatkan skors selama 3 hari.
Di rumah, Mody sudah habis-habisan disiksa oleh ayahnya, ia tak tau apa yang terjadi, namun langsung memukul Mody dan melemparnya dengan hp miliknya. Dengan memar dan luka di tubuhnya, di tepian jendela Mody terduduk lemas menatap bulan sembari berkata, “Sehancur inikah aku...?, sudah tidak suci lagi dan sekarang aku disiksa seperti layaknya hewan.” “Bajingan itu mengambil kesucianku padahal aku hanya ingin bahagia dengan pacarku, dengan banyaknya masalah yang aku hadapi, apalah arti sebuah ciuman? Itu adalah hal yang wajar di usiaku, sedangkan si Rangga itu melakukan hal yang lebih tidak terhormat.” Lanjut Mody dengan tersedu-sedu. Malam itu bukanlah malam terburuk bagi Mody, atas perkataanya terungkap bahwa Mody sudah diperlakukan tidak wajar oleh abang iparnya.
Selama 3 hari di-skors, Mody di kurung di kamar serta handphonenya disita, selama itu pula Mody mengalami tanda-tanda kehamilan. “Aku udah lewat 20 hari, aku juga mual, ya TUHAN apa yang terjadi, apa aku hamil?” ujar Mody menggigil karena bekas memarnya yang membuatnya terkena demam. Dari luar kamar Pak Rangga mulai panik dan ternyata baru kali ini ia melakukannya dengan Mody, selama ini Pak Rangga hanya menyentuh beberapa area sensitif Mody, namun tepat seminggu yang lalu Pak Rangga melakukan tindakan asusila kepada adik iparnya sendiri, hal itu dikarenakan kakaknya Mody yaitu istrinya mengalami vaginismus.
Skors berlalu, berita ku dan Mody semakin gempar, semakin banyak rumor yang tidak benar kenyataanya. “Eh tau ga kalian katanya Daffi mencabuli Mody lho...”, “Ah ga mungkin Modynya aja yang ganjen, lihat deh Daffi gimana orangnya”, “Iya bener tu, pasti Mody memasrahkan tubuhnya ke Daffi.” Daffi yang baru saja sampai di sekolah langsung bergegas mencari Mody, “Dimana Mody?” Teriak Daffi di kelas Mody. Semua orang di kelas itu yang sedang heboh dengan berita yang tersebarpun seketika terdiam hening. Dua orang dari kelas itu menyeret dan menarik Daffi keluar, “Lo apain Mody” Ujar Ica, “Jujur kita ga nyangka dengan kelakuan kalian, kenapa? apa yang terjadi?” Lanjut Satya. “Udah diam! dimana Mody?” Jawab Daffi. Mereka berdua terdiam saat melihat Mody menuju kelas, “Sayang... kamu kenapa?” Daffi yang bergegas menuju ke Mody yang terlihat dengan muka pucat, serta tatapan kosong. Belum sampai ke tempat Mody, ia mengalami pendarahan dan pingsan. Seketika satu sekolah histeris dan heboh, situasi saat ini sudah tidak bisa digambarkan lagi.
Mody segera dilarikan ke rumah sakit dan Daffi segera di proses oleh pihak sekolah. Ica dan Satya yang tidak percaya dengan apa yang mereka lihat, menyakin ini semua adalah rekayasa seseorang. Daffi diantarkan Pak Rangga ke rumahnya dan menghina keluarga Daffi sedangkan Mody dinyatakan mengalami keguguran, "Pokoknya anak itu harus tersiksa dan mendekam di penjara" Kata abang kandung Mody dendam. Keluarga Mody telah mengajukan laporan dengan tuduhan pelecehan seksual dengan Daffi sebagai tersangka, ia pun segera ditangkap oleh pihak berwajib untuk selanjutnya akan di sidang di pengadilan.
“Kita harus mengungkap semua ini” Kata Satya, “Ah ga mau... aku ga mau ikut-ikutan.” Balas Ica, “Ca ayolah, demi sahabat kita” Lanjut Satya, “Emang mau mengungkap apalagi, kan udah jelas Daffi menghamili Mody.” Balas Ica, “Lo percaya ini semua ulah Daffi? terlalu plot twist banget ga si... tiba tiba Mody hamil anaknya si Daffi, ini benar-benar ga masuk akal, dan lo setuju kan kalau memang akhir-akhir ini Mody kelihatan banyak banget masalah?.., ya udah kalau lo ga mau ikut, gue sendiri yang akan membuktikan kebenaran yang terjadi,” Tegas Satya yang akhirnya membuat Ica ikut dalam rencananya. Maudy telah pulih, di kelasnya Maudy kembali memikirkan apa yang telah terjadi, dia merogoh kantong dan mengambil handphonenya, telihat di wallpapernya foto mereka berdua, “ini dia, tapi dia dimana, bahkan setelah semua yang terjadi dia menghilang..” kata Maudy sembari membuka aplikasi Spotify. Tiba-tiba Ica dan Satya menghampiri, Ica memeluk Maudy erat "Lo gapapa kan Maudyyyy?? Gue khawatir banget, apalagi setiap mau ngejengukin lo selalu di halangi bahkan dilarang sama Pak Rangga, kejam banget" ujar Ica, "udah aku gapapa makasih ya Ica, Satya juga makasih ya udah tetep mau berteman sama aku" balas Maudy, "Kami gini karena kami ga percaya dengan semua yang terjadi, bahkan rumor itu kami ga percaya" tegas Satya membalas perkataan Maudy, "Udah ga usah bahas itu dulu satya, Maudy kan baru pulih" membalas perkataan satya. Maudy terdiam dan menangis.
“Ca ini ga bisa dibiarin, pokoknya kita harus tanyain ke maudy dan kita harus negakin kebenaran” Kata Satya, “Ga semudah itu, kita perlu bukti bahkan saksi“ balas Ica, “Maudy yang akan menjelaskan semua ini dan dia juga baka...”, “sudahlah, dari Modynya sendiri gak ada menyangkal dan menyalahkan berita ini, berarti semua benar..” Ica memotong perkataan Satya. “Ngga... ini semua ga bener Ca..” potong Maudy yang muncul di dekat mereka “Ayo jelasin semua Maudy, tapi ga di sini..” Satya menyeret Maudy dan Ica ke taman perpustakaan. Disana Maudy menceritakan apa yang sebenarnya terjadi, cerita yang kronologi disebutkan tanpa meninggalkan bagian apa pun. “APAA GILA ABANG IPAR MU ITU, GA NYANGKA, INI SEMUA UDAH GA MANUSIAWI MAUDY” ujar Ica keras, “Lo tau ini udah tindak asusila, kenapa ga ngomong atau ngelaporin ini..?” balas Satya sambil menenangkan suasana dan memberi pengertian, “Aku di ancam dan aku ga tau harus ngadu ke siapa, kalian tahukan keluarga ku mereka gapeduli” jawab Maudy sambil menangis. “Maudy, sekarang ada yang namanya Forum Anak, terus ada Kementerian Pemberdayaan Perempuan dan Perlindungan Anak, kamu pasti mendapatkan perlindungan, kamu tahu beberapa hari lagi Daffi bakalan di sidang,” Ujar Satya. Maudy terdiam.
“Semua udah beres, aku udah ngehubungin beberapa pihak terkait dan mereka udah mewawancarai Maudy" kata Satya, ini berkat bantuan ibu Ica yang seorang RESMOB. Aku sempat berfikir kenapa tidak langsung saja melaporkan dan menangkap Pak Rangga, ternyata itu malah akan menyebabkan kerusuhan dan kami juga masih anak di bawah 18 tahun, bagaimana bisa melawan hukum. Tampak Daffi sudah berada di persidangan, dengan tangan yang diborgol. Pak Rangga hadir bersama Maudy sebagai korban. Sebelum palu diketuk, datang beberapa Aparat, Komnas Ham, Forum Anak, Kemenpppa. Mereka menangkap Pak Rangga atas tuduhan pelecehan seksual dan beberapa kasus berlapis. Aku sangat bingung dengan apa yang terjadi, tapi aku lega bahwa semua berakhir.
0 Komentar