Raih Cita-Cita Dengan Perkembangan Teknologi - Aini Syahira


Raih Cita-Cita Dengan Perkembangan Teknologi
AINI SYAHIRA - SMAN 1 TAMBANG

  Di sebuah kota kecil, hiduplah seorang gadis yang masih menduduki bangku SMA bernama Rani. Rani adalah seorang siswi yang rajin di sekolahnya, dia pribadi yang ceria dan senang membuat orang lain bahagia. Sejak kecil, Rani memiliki mimpi yang besar, ia ingin menjadi seorang penulis. Setiap malam, ia duduk di sudut kamarnya yang sederhana, sambil menulis di buku catatannya. Cerita-cerita yang ia tulis adalah tentang kehidupan sehari-hari, impian, dan harapan. Rani percaya bahwa kata-kata memiliki kekuatan untuk mengubah dunia, dan ia ingin menjadi bagian dari perubahan itu. Dia memiliki tekat yang kuat untuk mengubah dunia.

Era globalisasi yang sedang melanda membuat Rani semakin bersemangat untuk menuntut ilmu demi mewujudkan cita-citanya dan cita-cita bangsa. mewujudkan generasi yang bisa membuat era globalisasi ini menjadi penambah semangat untuk meraih cita-cita. Di tengah arus informasi yang begitu deras, ia melihat banyak orang merasa kehilangan arah, dan bahkan kehilangan arti kehidupan. Rani ingin menjadikan tulisannya sebagai jembatan untuk membantu orang lain menemukan kembali cita-cita mereka. Karena Rani yakin, setiap orang yang kehilangan arah itu pasti mempunyai cita-cita yang sudah lama di pendam nya, "Aku ingin menginspirasi orang-orang melalui tulisanku," batinnya.

Suatu hari, Rani mendapatkan tugas dari sekolah untuk mengikuti lomba menulis tingkat provinsi. Ia memilih tema "Menghadapi Tantangan di Era Globalisasi". Rani mulai merangkai kata-kata dalam pikirannya. Ia menceritakan tentang seorang pemuda yang terjebak dalam kebisingan dunia digital, tetapi berusaha menemukan kedamaian dan makna hidup melalui seni. Dalam setiap paragraf, Rani meletakkan harapan dan semangatnya, berharap ceritanya dapat menyentuh hati pembaca. Ia juga berharap dengan tulisannya, ia bisa memotivasi orang-orang bahkan membuat orang sadar bagaimana beradaptasi dengan era globalisasi ini.

Malam-malamnya dipenuhi dengan secangkir kopi agar ia bisa menahan berat mata yang dirasakannya dan gelapnya langit yang bertaburkan bintang, ia selalu menulis pada malam hari agar kreativitasnya semakin meningkat. Rani menulis dengan penuh ketekunan. Ia mengingat setiap kisah inspiratif yang pernah ia dengar dari orang-orang di sekitarnya. Ayahnya yang seorang petani, ibunya yang berjualan di pasar, dan teman-temannya yang berusaha mengejar cita-cita meski di tengah kesulitan. Semua kisah itu ia rangkai menjadi satu, menjadikan tulisannya lebih hidup. Ia merangkai kisah-kisah nyata semua orang, hingga menjadi sebuah tulisan yang bersatu.

Hari pengumpulan ceritanya tiba, Rani yang sudah selesai membuat ceritanya pun mengumpulkan karya yang dibuatnya dengan percaya diri akan cerita yang dibuat nya itu, "Walaupun tidak menang, tapi semoga tulisanku bisa membuat orang termotivasi", ucap Rani dalam hatinya. Ia harus bisa merubah pola pikir orang-orang di tengah era globalisasi ini, yang membuat orang kehilangan arah akan teknologi yang ada, yang membuat konflik karena kesalahan akan melihat berita yang tersebar dengan cepat. Begitulah era globalisasi yang melanda negara ini. Membuat cita-cita bangsa ini susah untuk diwujudkan.

Ketika hari pengumuman lomba tiba, jantung Rani berdebar-debar. Ia tak berharap untuk menang dari lomba menulis itu, yang penting baginya adalah bisa berbagi kisah dan harapannya dengan banyak orang yang akan membaca ceritanya itu. Namun, saat pengumuman, ternyata nama Rani yang disebut, Rani hampir tak percaya. Seketika air mata bahagia mengalir di pipinya. Ia berhasil memenangkan lomba menulis antar provinsi, sungguh sangat tidak disangka baginya, ia bisa menang dari banyaknya orang yang ada dilomba tersebut, "Ini adalah awal yang baru," pikirnya.

Dengan semangat baru, ia ingin sekali mewujudkan cita-cita nya, serta cita-cita bangsa. Walaupun sedang berada di tengah-tengah era globalisasi, Rani memutuskan untuk membagikan tulisannya melalui media sosial. Ia membagikan tulisannya ke semua media sosial yang ada, ia menggunakan era globalisasi ini dengan sebaik-baiknya. Ia membuat blog dan mulai mengunggah cerita-ceritanya. Tidak disangka, banyak orang yang tertarik akan tulisan nya itu, banyak pembaca yang mulai mengikutinya. Rani mendapatkan banyak komentar positif, bahkan ada yang mengatakan bahwa cerita-ceritanya memberi mereka motivasi untuk tetap berjuang dalam hidup. "Era globalisasi ini akan membuat kita menjadi sukses, karena mudahnya untuk mengakses segalanya hanya dengan teknologi yang berkembang pesat sekarang ini", ucapnya di media sosial.

Satu tahun berlalu, Rani terus menerus mengembangkan bakatnya yaitu menulis. Dalam satu tahun ia banyak memiliki karya, karyanya berupa buku-buku dengan kata yang bisa memotivasi orang-orang. Ia juga mulai mengadakan workshop menulis di sekolah-sekolah untuk berbagi ilmu dengan teman-teman sebayanya. Ia ingin mereka tahu bahwa setiap orang memiliki cerita yang berharga untuk dibagikan. Melalui bahasa, mereka bisa merangkai impian dan menginspirasi satu sama lain. Ia ingin cita-cita yang ada pada bangsa ini bisa terwujud, dari menulis, "Orang-orang bisa menuangkan ide-ide yang dipikirkan nya dalam sebuah buku, karena saat ini kita berada di era globalisasi, dimana teknologi berkembang sangat pesat. Karya-karya hasil buatan mereka juga bisa membuat hidup mereka berubah, bukan saja mengubah hidupnya, mereka juga bisa mengubah dunia dengan menuangkan ide-ide kecil yang ada pada dirinya" ucap Rani ke teman-teman nya.

Suatu hari, saat Rani mengadakan workshop di SD, seorang gadis kecil berdiri dan berkata, "Aku ingin menjadi penulis seperti kamu, tapi aku merasa cerita hidupku tidak menarik." Rani tersenyum dan menjawab, "Setiap cerita memiliki keunikan sendiri. Yang terpenting adalah keberanian untuk bercerita. Jangan pernah meremehkan pengalamanmu, karena di situlah kekuatanmu." Mendengar kata Rani, gadis kecil itu tersenyum dan berkata, "Aku bangga dengan mu". Gadis kecil itu seperti nya termotivasi dari kata-kata yang diucapkan dari Rani tadi, ia juga ingin menjadi penulis yang terkenal, dan karyanya bisa dikenal semua orang.

Mendengar kata-kata Rani, gadis itu tampak lebih bersemangat untuk meraih cita-cita nya, gadis itu ingin membuat orang-orang bangga terhadap dirinya dan bahkan bisa membuat dirinya berguna bagi bangsa. Rani merasa senang bisa memberikan motivasi dan bahkan berhasil membuat seorang gadis kecil termotivasi dan ingin menjadi seperti dirinya. Dalam hati, ia mengerti bahwa perjalanan menjadi penulis bukan hanya tentang meraih cita-cita pribadi, tetapi juga tentang menciptakan dampak bagi orang lain di sekitarnya. Ia paham, hidup dan berproses di tengah era globalisasi itu sangat memiliki manfaat baginya, ia bisa membagikan kata-kata motivasinya ke seluruh dunia hanya dengan teknologi yang ada. Begitu bergunanya perkembangan teknologi pada seseorang jika digunakan dengan sebaik-baiknya.

Rani terus menjelajahi dunia penulisan, ia terus menerus memanfaatkan perkembangan teknologi dengan membagikan tulisan-tulisannya ke media sosial yang banyak sekali orang yang bakal bisa menjangkau tulisannya itu, dilihat semua pengguna media sosial. tak hanya sebagai alat untuk mewujudkan impian, tetapi juga sebagai sarana untuk merangkai kisah yang bisa menginspirasi bangsa. Di era globalisasi yang penuh tantangan ini, Rani yakin bahwa dengan bahasa dan cerita, mereka bisa mewujudkan cita-cita dan harapan bersama.  Di situlah, kisahnya baru saja dimulai.

Dari kisah ini dapat diketahui bahwa era globalisasi sangat membantu orang-orang, perkembangan teknologi dapat mewujudkan cita-cita seseorang dengan mudah, apabila digunakan sesuai fungsinya, Rani yang awalnya hanya iseng membagikan cerita-cerita yang dibuatnya ke sosial media, dan malah membuat dia berhasil mewujudkan cita-citanya yang ingin menjadi seorang penulis. Era globalisasi tidak seburuk yang dikira orang pada umumnya.



Posting Komentar

0 Komentar